17

11.9K 1.1K 133
                                    

Agatha menatap ke depan dengan kobaran api yang masih menyala. Suara langkah kaki terdengar dari arah belakangnya.

"Diem disana, jangan mendekat atau lo gue lempar dari atas sini"

Tak perlu berbalik atau sekedar memuaskan rasa penasarannya dengan melihat siapa sosok itu. Sudah pasti Angkasa bukan, pemuda itu saat ini pasti sedang kalut.

"Tha..."

"Gue bilang berhenti disana"

"Dengerin gue dulu"

"Apa lagi yang perlu didengar sih Sa? Kalo lo cuma nolongin Karina, Kalo lo terpaksa dan harus jaga image sebagai ketua osis" semua tebakan Agatha benar, ia harus menjaga imagenya.

"Sekalipun tu kunti maksa harusnya lo bisa nolak, buang ke selokan atau lempar langsung biar sampai kelasnya tanpa lo yang harus peluk - pelukan" lanjut Agatha yang terus berbicara dan tak memberi kesempatan pada Angkasa.

Angkasa tak bisa berkutik, ia terus mendengarkan semua keluhan Agatha yang menurutnya menggemaskan saat marah. Ia merutuki Karina yang menyebalkan, kalau tau begini lebih baik tadi ia berpura - pura tak melihat dan melanjutkan berpatroli. Ditambah rasa sebal saat mengetahui cewe itu menipunya.

"Lo dengerin gue gak sih Sa. Lo itu milik Agatha gak ada yang boleh sentuh atau ganjen sama lo kecuali gue"

Angkasa terus melangkah mendekat menghiraukan semua ancaman kosong Agatha, tangannya melingkar di perut Agatha, memeluk erat kekasihnya yang mencoba memberontak terus menerus.

"Lepas ya Asa. Kita lagi marahan"

"Denger gak, KITA MARAHAN" Agatha meronta mencoba melepas tapi Angkasa tak bergeming akhirnya ia pasrah.

"Udah?" Tanya Angkasa

"Belom"

"Gue boleh bicara?"

"Ngomong mah tinggal ngomong gak perlu izin"

"I'm yours, cuma lo. Gak ada istilah oramg ketiga keempat atau bahkan kelima dalam hubungan kita" Angkasa membalik badan Agatha agar menghadapnya.

Hidung mancungnya memerah, mood seseorang memang mudah sekali berubah. Angkasa jadi tak enak karna secara tak langsung tindakannya membuat Agatha sedih.

"Udah gak usah nangis" tangan Angkasa mencubit pelan hidung merah kekasihnya.

"Siapa yang nangis, gak guna nangisin cowok kek lo"

"Oh gak guna"

"Iya, mau cari om-om ganteng. Kek Dokter Alka misal"

"Berani lo deketin tuh om-om gue bakar rumahnya" kesal Angkasa, ini kenapa Agatha jadi hobi sama om-om. Enakan sama yang seumuran masih cakep kek dia.

"Orang marah tuh dibujuk kek ini malah nanggapin mulu omongan gue"

"Okey sayang mau apa?" Bujuknya, ia ingin memikirkan berbagai cara membujuk cewe, tapi Agatha berbeda dengan cewe pada umumnya. Lebih baik bertanya daripada berfikir sendiri masih salah.

Agatha berfikir, apa yang ia inginkan saat ini. Banyak sih yang dirinya inginkan misalnya membeli helikopter, pergi ke pulau yang penuh dengan makanan, memiliki kekuatan seribu bayangan atau bahkan menaklukan bumi. Akhirnya ia memutuskan.
"Jalan nanti sore, lo yang nyari tempat"

"Okey, sekarang lo masuk sebelum gue bawa ke bk" ucap Angkasa

"Tuhan Angkasa gak pernah baik sama pacarnya"

"Tugas sayang, harus profesional"

"Profesional genit sana sini, rangkul cewe sana sini" cibir Agatha yang kembali mengingat adegan menyebalkan tadi di koridor.

All Of My Happiness (TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang