[10] "Tetangga Baru"

4.3K 920 61
                                    

Aku tertegun lalu menolehkan kepalaku agak lambat, kuyakin ekspresiku saat ini tak dapat menyembunyikan kejutan di hatiku. Netraku memaku sosoknya dengan raut kebingungan yang menyuarakan makna tanya ada keperluan apa dia memanggilku.

Lee Hyunsung telah selesai membereskan buku-bukunya lantas dia berpaling padaku. Hari ini kami sepakat untuk pulang bersama. Lee Hyunsung menawarkan keramahan yang sulit kutolak siang tadi, dia bersikeras untuk mengantarku pulang sebab kebetulan ternyata arah rumahnya sejalur dengan hotel tempatku menginap.

Kuperhatikan Yoo Jonghyuk melirik sekilas Lee Hyunsung dan entah bagaimana aku tahu bahwa dia ingin berbicara tanpa ada orang di sekitar kami. Oleh karena itu, dengan tanggap aku tersenyum pada Lee Hyunsung. "Duluan saja ke parkiran, aku akan menyusulmu."

Lee Hyunsung menatapku ragu, atensinya bergeser pada Yoo Jonghyuk sekilas. Aku tahu bahwa dia pasti mendengar Yoo Jonghyuk memanggilku sebelumnya, pasti dia punya dugaan tentang keputusanku memintanya pergi, untuk itu dia tetap dengan patuh mengangguk pada akhirnya.

"Oke, aku akan menunggumu di sana," setujunya tersenyum penuh pengertian.

Pemuda itu kembali menyapukan pandangannya dengan ramah padaku sebelum menarik tas punggungnya kemudian membawa jejaknya beranjak pergi meninggalkan kelas.

Kelas yang kini ramai perlahan menyepi.

Seusai gadis terakhir ke luar dari kelas, hanya tersisa kami berdua saat ini. "Apa ada yang ingin kau katakan padaku?" tanyaku setelah beberapa saat, kembali netraku berpindah berbagi pandangan dengannya.

Tirai-tirai di jendela berderak diterpa angin. Seluruh jendela biasanya dibiarkan terbuka untuk menikmati desau angin musim gugur. Suara embusan angin yang menyusup masuk dapat terdengar jelas mengalir di antara kekosongan. Aku melirik jam dinding digital yang menyorotkan cahaya emas di badan angkanya. Sudah semenit berlalu dan keheningan ini masih mengungkung atmosfer.

Ketika akhirnya pemuda jangkung itu berdiri dari tempatnya, meraih tasnya lalu memandangku lekat, aku masih bertanya-tanya hal krusial apa yang ingin diutarakannya. Aku punya kesabaran yang lumayan, kurasa. Setidaknya aku belum mendesak dan berlalu pergi begitu saja dengan tak acuh sebagaimana dia selalu memerlakukanku selama ini.

"Tadi pagi saat di perpustakaan—" Yoo Jonghyuk baru mengangkat suara ketika ujarannya terputus oleh panggilan di ambang pintu.

"Master!"

Kepalaku spontan menoleh. Di pintu depan, seorang gadis berkuncir satu melongokkan kepalanya ke dalam kelas. Kualihkan pandanganku pada Yoo Jonghyuk yang kini juga memandang gadis itu.

Sepertinya gadis itu mencari Yoo Jonghyuk, tapi ... Master? Mungkinkah telingaku keliru mendengar panggilan itu?

Gadis berkuncir satu tersebut melangkah masuk ke dalam kelas. Dia mengenakan jaket baseball putih di atas lapisan blazer sekolahnya sehingga aku tak bisa menebak apa dia seangkatan denganku atau bukan.

"Aku mencarimu sejak tadi! Perpustakaan kosong jadi aku kemari mengecek," katanya mengungkapkan alasan kemunculannya.

Yoo Jonghyuk tampaknya sedikit tidak senang dipotong. Dia menatap gadis itu begitu dingin, sampai-sampai langkah gadis itu membeku sejenak di tengah jalan sewaktu dia berusaha mendekati kami.

Meski itu hanya berlangsung sesaat saja, sebab gadis itu rupanya punya lebih banyak keberanian dari yang kusangka. Dia melanjutkan jejaknya menghampiri Yoo Jonghyuk tanpa merasa takut atau khawatir. Matanya sekilas menyapu wajahku. Tidak mungkin aku tidak mengerti bahwa dia dengan terang-terangan mengukur kehadiranku.

Walaupun sedikit menyebalkan rasanya ditatap seperti itu, aku tetap menggariskan senyumanku padanya. Aku tidak di sini untuk cari ribut. Sebelum dia atau Yoo Jonghyuk mengatakan apa pun, aku lebih dulu menarik garis dari mereka.

[BL] Is It Just Me? (JoongDok) - HIATUSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang