Han Sooyoung.
Perempuan yang duduk di depanku saat ini adalah sosok menyebalkan lainnya, yang sejujurnya kuharap tidak akan kutemui dalam kesempatan apa pun.
Yoo Sangah tampaknya menemukan percikan ketidakakuran di antara kami lantas dengan tanggap memecah hening seusai menyikut ringan teman di sampingnya. "Sooyoung memang punya selera humor yang buruk," tuturnya halus mencoba tersenyum padaku.
Han Sooyoung mendelik pada pernyataan itu. Dia sedikit mencibir, tapi tak lagi membuka bibir untuk memberi pertentangan. Tentu saja aku bisa melihat bagaimana dia hanya terlalu malas berdebat lebih jauh tentang itu. Walau begitu, aku benar-benar tidak bisa tahan untuk diam saja kali ini, untuk itu segera kulepaskan tawa ringanku sebagai tanggapan.
Kutatap Han Sooyoung tenang dengan seulas senyum terbaik yang kupunya. "Tak apa, setiap orang tentu punya kekurangan mereka masing-masing. Aku bisa mengerti bahwa teman sekelas ini menyimpan lebih banyak dari yang kukira."
Kening gadis itu mengernyit dalam, tatapannya menuduh tak senang dengan ekspresi yang benar-benar ingin menghardikku. Meski begitu, aku hanya menarik senyum seakan-akan aku memahami seluruh temperamen buruknya dengan baik.
Setelah beberapa saat melakukan kontak mata, Han Sooyoung yang pertama mengalihkan pandangan disusul embusan napas tak percaya. "Aku benar-benar baru melihat ada orang yang benar-benar begitu tak tahu malu." Dia meletakkan sumpit digenggamannya ke meja, kemudian menatap nyalang ke arahku. "Hei, apa kau bahkan butuh bantuanku untuk menemukan cermin? Dilihat dari mana pun, jelas saja siapa orang yang lebih punya banyak kekurangan di sini."
Gadis ini benar-benar.
Aku menahan diriku sebisa mungkin untuk tidak memberinya tatapan tajam, ketika bibirnya terus saja menumpahkan omong kosong menyebalkan.
Gadis itu mendengus pongah. "Bukan hanya paras saja rupanya, sayang sekali bahwa mata dan penilaianmu pun sama buruknya."
Aku benar-benar tak percaya ini. Bagaimana bisa ada begitu banyak orang menjengkelkan di sekolah ini? Aku berupaya menahan decakanku melihat situasi Yoo Sangah dan Lee Hyunsung yang kebingungan untuk menyela kami. Jadi alih-alih menanggapinya, kupindahkan atensiku pada Yoo Sangah.
"Kurasa aku tidak salah menilaimu, Yoo Sangah. Kau memang gadis yang sabar dan baik. Tentu saja jika itu diriku, aku tidak tahu bagaimana jadinya lagi nanti. Mungkin aku lebih baik untuk tidak punya teman, dibanding memiliki satu dengan temperamen yang paling buruk."
Yoo Sangah segera tertawa renyah merespons dan lekas menjawab, "Sooyoung hanya gadis yang pemalu dengan orang baru."
Omong kosong yang bagus. Wajah Han Sooyoung sendiri bahkan yang paling terlihat tidak bisa percaya dengan pernyataan itu.
Lee Hyunsung ikut menimpali tertawa canggung seraya memutar topik baru. "Omong-omong, bukannya menu hari ini sangat bagus? Aku suka sekali telur gulungnya."
Sayangnya, dia benar-benar sangat payah dalam hal ini. Itu bukan hal yang perlu dibicarakan sama sekali. Lagipula bukannya menu hari ini justru yang paling umum? Aku menghela napas samar dan mulai meraih sumpitku dan memfokuskan diri menyantap makananku. Kuabaikan sepenuhnya aura gelap dari sosok depanku sembari terus melanjutkan makanku.
"Iya, telur gulungnya tidak buruk," imbuhku datar.
~
Hari itu, aku pulang sekolah dalam suasana hati yang buruk.
Briareus menyadari ketidaksenanganku sehingga dia tidak banyak berbicara hari ini. Dia hanya meletakkan satu kotak cokelat di atas meja seraya berujar, "Cokelat baik untuk meningkatkan suasana hati."
KAMU SEDANG MEMBACA
[BL] Is It Just Me? (JoongDok) - HIATUS
Hayran Kurgu[Omniscient Reader's Viewpoint Fanfiction] Kim Dokja berharap kepulangannya ke Seoul akan membawanya pada garis hidup normal yang diimpikannya. Sayang sekali bahwa Dewi Fortuna tak pernah memihaknya. Orang tuanya justru memasukkannya ke SMA Konstela...