Sudut Pandang Yoo Jonghyuk.
"Jadi sebenarnya, apa yang tidak bisa kau lakukan?" Aku mendengar tanya itu terlontar dari bibirnya disertai nada main-main.
"Makan," tukasku menarik sumpit lalu meletakkan sepotong daging ke atas mangkuk nasinya, memutus percakapan di sana.
Dia tidak banyak berkomentar lagi hanya mengerucutkan bibirnya dengan gerutu tanpa suara lalu mulai menyantap makanan dengan patuh. Aku bisa tahu dia merasa tidak puas tak mendapatkan jawaban, melihat bagaimana bagaimana keningnya masih mengernyitkan garis samar. Namun, aku sungguh tidak tahu bagaimana menanggapinya, bahkan jika aku ingin.
Tidak ada yang sering memulai obrolan remeh denganku. Semua yang datang menghampiriku hanya selalu mengutarakan kepentingannya. Sepanjang jalan yang kulalui, tidak pernah kutemukan ada orang yang benar-benar akan mendudukkan dirinya begitu lama hanya untuk mencoba memahamiku.
Mereka menilai, aku begitu sulit diajak berbicara. Beberapa yang lain mengujarkan, aku terlalu dingin, sedang sisanya berkata aku membosankan dan arogan. Menurutku, mereka saja yang tidak pernah berniat mengenalku sejak awal.
Aku tahu lebih jelas dari orang-orang bodoh itu, mereka hanya ingin mendapatkan atensiku untuk meningkatkan superioritas mereka, seakan-akan aku tidak lain hanya label atau sebuah lencana prestasi yang bisa menaikkan prestise mereka di mata yang lain jika aku sedikit saja memberi mereka jarak lebih. Seakan menyatakan sesuatu konyol seperti, "Aku berteman baik dengan Yoo Jonghyuk." bisa membuat ego mereka melambung tinggi.
Oleh sebab itu, aku mulai memalingkan wajahku dari siapa pun yang berupaya menarik garis mendekat denganku jika aku menemukan ada maksud tertentu di balik sapuan keramahan mereka.
Aku telah tumbuh seperti ini sejak kecil, tidak merasa aneh maupun berbeda. Bagiku, jalan yang kutempuh hanya melalui persimpangan lain dari mereka, dan tidak pernah ada yang salah untuk menjadi berbeda.
Meski begitu, mau tak mau, seiring waktu yang mengalir dan emosiku yang mulai lebih memahami bagaimana dunia ini semestinya bekerja, aku terlambat menyadari bahwa tidak ada yang benar-benar kuketahui tentang bergaul dengan orang lain. Di saat aku sadar, aku sudah melangkah terlalu jauh menarik diri dari segalanya dan tidak ada lagi yang kini berani menyusul langkahku.
Namun, tidak ada tempat untuk meletakkan perasaan yang tidak berguna. Aku tidak peduli pada sesal, toh, tetap seperti ini juga tidak buruk bagiku. Setidaknya, lalat yang mendengung itu tidak lagi berputar di sekitarku tanpa tahu malu.
Sebagian besar waktuku selalu disertai kesendirian dan aku sudah terlalu terbiasa untuk itu.
Hanya sampai dia datang.
Kim Dokja.
Kesan pertamaku tentangnya tidak tertinggal banyak, selain dia hanya orang bodoh lewat yang bahkan tidak tahu arah, seseorang yang hanya dikuasai rasa penasaran. Aku tidak pernah ingin peduli padanya, bahkan jika akhirnya dia ternyata duduk di sampingku.
Lagi pula itu tidak menjadi masalah bagiku. Sejak awal aku tidak peduli siapa yang duduk di sisiku, pada akhirnya mereka akan memutus pindah dibanding menetap di sana. Jika anak yang tampak polos itu tahu tentang rumorku, dia mungkin saja akan merasa tidak nyaman atau takut secara naluri, lalu seperti yang lainnya, dia akan mengajukan perpindahan pada wali kelas. Jika tidak ada tempat lain, maka pindah kelas juga bisa jadi solusi.
Anak-anak Konstelasi punya beragam latar belakang yang tak pernah bisa dipandang remeh. Sebagian besar dari mereka selalu memanfaatkan kekuatan keluarga untuk mengajukan beragam permintaan tak masuk akal ke sekolah. Tidak terhitung berapa banyak kasus yang kuhadapi untuk meladeni sikap merepotkan para tuan muda manja itu. Mereka menjengkelkan dan menyusahkan di saat yang bersamaan. Sedikit status saja, angkuhnya sudah bukan main.
KAMU SEDANG MEMBACA
[BL] Is It Just Me? (JoongDok) - HIATUS
Fanfiction[Omniscient Reader's Viewpoint Fanfiction] Kim Dokja berharap kepulangannya ke Seoul akan membawanya pada garis hidup normal yang diimpikannya. Sayang sekali bahwa Dewi Fortuna tak pernah memihaknya. Orang tuanya justru memasukkannya ke SMA Konstela...