Makan malam tidak lagi menjadi opsi utama dengan kehadiran tamu yang tak terduga. Aku duduk sopan di salah sofa dan Yoo Joonghyuk mengambil tempat di sampingku, sedang Yoo Sangah sendiri duduk di hadapan kami.
Gadis itu masih mengenakan seragam sekolah, tasnya kini ditaruh dekat kaki. Aku tahu kedatangan Yoo Sangah di sini bukan untukku jadi aku diam saja, tak lupa memberi pemuda di sampingku lirikan sebagai tanda agar dia menyatakan sesuatu untuk melepas atmosfer canggung ini.
Yoo Joonghyuk kelihatan enggan. Kuyakin dia tidak suka waktu makan malamnya disela apalagi sampai membuat masakannya mendingin.
"Jadi apa keperluanmu?" tanyanya bernada bosan.
Aku menendang kakinya secara refleks atas pertanyaan tanpa basa-basi yang dia layangkan. Kuberi dia tatapan tajam. Pemuda ini apa tidak bisa basa-basi sedikit?
Yoo Sangah tersenyum kecil, tidak keberatan sama sekali dengan sikap blak-blakan pemuda itu. "Aku ingin berbicara denganmu."
"Hal penting macam apa sampai kau jauh-jauh datang kemari?"
Cara berbicara Yoo Joonghyuk sering kali membuat seseorang terintimidasi. Aku pun sering merasa begitu karena sikapnya. Setelah kami mulai memiliki interaksi yang lebih dalam, barulah perlahan dia tidak lagi memperlakukanku sedingin itu dan lebih banyak menurunkan suara serta tekanannya. Kuakui, dia jadi lebih sering mengalah padaku.
Ini sudah lama sejak aku benar-benar merasakan kembali tekanan yang menyergap tubuh dengan perasaan kalut ini.
"Aku menghubungimu tapi tidak ada jawaban, maaf aku datang tanpa pemberitahuan lebih dulu," tutur Yoo Sangah menunduk sopan sebagai permintaan maafnya.
Jika itu aku, pasti sebagai tuan rumahnya aku sudah sangat merasa tidak enak. Walau tentu Yoo Joonghyuk tidak memiliki empati yang bisa diberikannya pada gadis itu.
"Aku tidak ingin dihubungi hari ini, jadi katakan saja langsung apa tujuanmu selagi kau sudah ada di sini."
Aku yang mendengarnya merasa sangat tidak tahan dengan tanggapan pemuda ini. Kusikut dia pelan, mengirimkannya tatapan agar memberikan sedikit kepeduliannya. Yoo Sangah bukan orang yang tak masuk akal, sudah pasti kedatangannya berarti ada hal penting yang hendak diutarakan olehnya.
Yoo Joonghyuk berbagi tatapan denganku lantas mengembuskan napas pelan. "Aku sudah berusaha baik dengannya, beruntung dia belum kuusir saat ini."
Itu keterlaluan.
Memang seharusnya aku tidak berharap banyak dari pria yang tidak tahu caranya bersosialisasi. Kemampuanku dalam sosialisi memang tidak sebagus orang lain tapi aku juga tidak seburuk itu sampai tidak tahu mana batas yang menyinggung dan terlalu kasar pada lawan bicaraku.
Yoo Sangah tersenyum tipis. "Tidak apa, Dokja. Ini memang salahku yang datang tanpa izin."
Yoo Sangah memang selalu menjadi gadis yang seperti ini. Tidak mengambil banyak hati atas sikap buruk orang lain padanya, tingkat kesabarannya juga selalu menarik kekagumanku. Dia memperlakukan setiap orang sama tulusnya.
"Yoo Joonghyuk hanya kesal makan malamnya disela, dia tidak bermaksud buruk," kataku mencoba meluruskan kesalahpaman dari komunikasi yang buruk atas dua orang ini.
Gadis itu sangat memahami maksud baikku, dia tersenyum kecil dan berterima kasih atas perhatianku.
"Jujur saja, aku datang ke sini untuk mengajukan permintaan padamu," tukas Yoo Sangah akhirnya menatap Yoo Joonghyuk untuk mengutarakan niat aslinya.
Aku diam-diam menyimak dari samping, tidak akan memberi gangguan atau apa pun pada mereka. Aku sedang berpikir apakah aku perlu menarik diri agar mereka punya ruang pribadi?
KAMU SEDANG MEMBACA
[BL] Is It Just Me? (JoongDok) - HIATUS
Fanfiction[Omniscient Reader's Viewpoint Fanfiction] Kim Dokja berharap kepulangannya ke Seoul akan membawanya pada garis hidup normal yang diimpikannya. Sayang sekali bahwa Dewi Fortuna tak pernah memihaknya. Orang tuanya justru memasukkannya ke SMA Konstela...