[18] "Pengaruh Buruk"

4.1K 836 74
                                    

Aku menyayangkan bagaimana pembicaraan itu tak berjalan semesti yang kupikirkan.

Dan Lee Jihye—gadis yang menjadi penyela dan memadamkan atmosfer dengan sangat sukses, dia memang sangat tidak bisa kuharapkan.

"Master, apa aku mengganggumu?" tanyanya meragu seakan baru tersadar memotong di waktu yang tidak pada tempatnya.

Aku tidak menggubrisnya, alih-alih kubawa langkahku pergi meninggalkan kelas. Manikku masih bisa menyaksikan punggung Kim Dokja yang perlahan menjauh di koridor kemudian tenggelam di belokan kanan. Selintas rasa kesal menyusupi benakku.

Walau terdapat sekelebat gagasan yang berbisik agar aku mengejarnya, kewarasanku tak mengizinkanku memenuhinya. Memangnya apa yang bisa kukatakan setelahnya? Aku tidak tahu bagaimana harus membangun kembali suasana untuk mengajukan topik yang serupa, kurasa itu hanya akan membangun kecanggungan lainnya.

Lupakan saja.

Masih selalu ada waktu untuk mengobrol. Toh, dia akan selalu duduk di sisiku. Kuputuskan mengarahkan tungkaiku menuju koridor yang berlawanan. Lebih baik untukku pergi mencari hal yang bisa membuat kerangka pikirku tenang sejenak.

"Master!" Lee Jihye menyeru dari punggungku, mengejar terburu.

Gadis itu masih belum menyerah untuk mengikuti langkahku. Dia mengambil tempat berjalan di sampingku sembari mengutarakan rasa bersalahnya. "Maafkan aku, aku tidak tahu kalau Master sedang mengobrol dengannya," gumamnya melirih pelan. Suaranya yang bergetar samar menunjukkan gamang yang mungkin tengah merambati hatinya.

Aku tidak punya waktu untuk peduli pada emosinya. Walau begitu, sedikit kuturunkan amarah yang bisa jadi kini tergambar di parasku. Aku menguasai ketenanganku kembali lantas mataku bergulir, melirik gadis itu dingin, memberinya tanda untuk menutup mulutnya.

Aku tidak akan memarahinya untuk kali ini.

Dia menyusut lemah, tetapi rupanya memang ada yang salah dari gadis itu hari ini. Dia sama sekali menolak menangkap maknaku dan terus saja mengutarakan hal-hal dalam pikirannya, seakan mengacaukan konversasi yang kubangun belum cukup.

"Ini pertama kalinya aku melihat Master sedang berbincang kasual dengan orang lain, jadi tadinya kukira kalian memang tidak ada urusan penting satu sama lain." Alisnya berkerut, mewakili perasaan heran, bingung, serta sekilas rasa bersalah.

Padahal aku tidak butuh komentarnya sama sekali.

"Apa maumu?" tukasku menanyakan kepentingannya, tidak tahan jika dia terus saja mengoceh di sekitarku.

Lee Jihye lantas membulatkan mata, tampak baru tersadar tujuan utamanya mendatangiku. "Ah, iya!"

Gadis itu menjengit lalu melompat ke depanku, menghadang langkahku yang hendak naik ke atas tangga menuju lantai empat, tepatnya ingin pergi ke atap sekolah untuk mencari udara segar.

"Master, kau harus membantuku!" seru Lee Jihye mendadak, merentangkan tangannya setelah memanjat tiga anak tangga lebih dulu dariku, tidak mengizinkanku mengambil langkah lebih jauh.

Demi apa pun, aku tidak ingin terlibat masalah terutama saat ini. Aku yakin gadis ini seharusnya telah memahami emosiku dengan baik, dia semestinya segera dapat membaca bahwa aku benar-benar tidak ingin diganggu saat ini.

Namun, lagi-lagi Lee Jihye hari ini begitu keras kepala. Tidak biasanya gadis yang menjadi juniorku di sekolah ini benar-benar tidak mendengarkanku sama sekali.

Dia sungguh meneguhkan dirinya tak peduli pendapatku. Sepasang matanya berkilat penuh keseriusan yang langka. Ketika aku ingin menegurnya, sebuah permintaan yang tak pernah kusangka akan datang tiba-tiba meluncur dari celah bibirnya. "Tolong ajari aku berkelahi!"

[BL] Is It Just Me? (JoongDok) - HIATUSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang