[13] Jarak yang Mengikis

4.9K 969 230
                                    

Jam biologis tubuhku yang tertata dalam jadwal baru mulai mendorongku terbangun di pukul enam. Kelopak mataku berkedip lambat, menyesuaikan laju cahaya lampu tidur yang menerobos masuk ke retinaku. Seusai dunia menjelas dalam bidang pandang jernih, sekali lagi aku masih meragukan apakah pandanganku masih baik-baik saja ataukah mungkin kesadaranku masih tertinggal di lautan mimpi.

Realita pertama yang kusaksikan ketika bangun ialah wajah Yoo Jonghyuk yang terbaring di sisiku.

Obsidiannya yang kerap melayangkan silauan dingin kini bersembunyi di balik kelopak mata yang terpejam. Napasnya mengalun teratur, terdengar begitu tenang dan menghanyutkan. Aku terpaku sejenak, tatapku ikut bergeser pada bibir ranumnya yang digarisi tipis. Benakku membeku, bukan terperangah maupun terpukau pada pemandangan yang tak ayal kusangka bisa kusaksikan di depan mata, alih-alih pikiranku kini berkelebat liar—sial, mengapa dia bahkan tampak lebih menawan saat tidur?—tidak, itu bukan tanya tepat yang mesti kuajukan sekarang.

Selanjutnya, pertanyaan terus merebak seperti hamburan dedaunan musim gugur yang ranggas, di ujung kebingunganku, kenangan akan hari kemarin perlahan membangkitkan memoriku satu per satu, meruntut tiap kejadian yang membawaku pada kesadaran penuh.

Sepertinya aku yang pertama merebahkan diriku di ranjangnya semalam.

Aku tidak bermaksud begitu. Namun, semalam kala aku ingin pulang dan beranjak mencari makan malam guna mengisi geram perut yang tak tertahankan, demam Yoo Jonghyuk meningkat pesat. Dia seakan-akan tak ada bedanya dengan panci mendidih, begitu panas sampai ke titik mengkhawatirkan, sehingga aku tak punya pilihan selain menetap untuk mencari handuk kecil guna membantu menurunkan panas pemuda itu. Aku terpaksa begadang hingga jam ... entahlah sudah terlalu larut aku tak ingat pasti kapan tepatnya akhirnya aku kalah dan jatuh tertidur oleh penat.

Aku mencoba bangkit bangun sewaktu kurasakan ada tangan yang melilit pinggangku. Keningku mengernyit. Ketidaknyamanan bergegas menghinggapiku. Ah, pemuda ini tidak hanya menjadikanku penghangatnya melainkan juga menghitungku sebagai bantalnya. Aku mencoba menyingkirkan tangan besarnya, tetapi gerakan kasarku malah tak sengaja membangunkannya.

Aku harusnya lebih berhati-hati agar tidak mengganggunya. "Maaf, aku membangunkanmu. Tidurlah lagi. Aku akan pergi menyiapkan sarapan," ujarku sedikit serak sembari menarik kain lembap di atas bantal, bekas kompresan keningnya semalam. Kuletakkan handuk kecil itu kembali ke dalam mangkuk air hangat yang telah mendingin.

Yoo Jonghyuk memandangku sejenak sebelum menahan pergelangan tanganku yang hendak beranjak turun dari ranjang.

Aku menoleh padanya, bertanya bingung, "Apa kau masih merasa dingin atau panas? Ataukah mungkin pusing?"

Aku menyimpulkan gerakan mencegatnya sebagai bentuk refleks semata, lantas kuulurkan tanganku memeriksa keningnya dan menemukan bahwa panasnya telah turun, sepertinya tubuhnya juga tak lagi menggigil seperti kemarin sore.

Aku mengembuskan napas lega. Setidaknya usahaku menjaganya tidak sia-sia. "Baik, panasmu sudah turun. Istirahatlah lagi," tukasku mengusap sekilas rambutnya secara spontan, itu adalah gerakan alami yang biasa kulakukan pada kakakku. Sekarang juga masih pagi sehingga benakku belum memproses baik sikapku yang tidak menahan diri.

Aku mencoba melepaskan tangannya yang menahan pergelangan tanganku. Namun, dia justru ikut bangun untuk duduk tanpa pernah melepas atensinya padaku.

Setelahnya dia berkata berat, "Kim Dokja, kau yang harus istirahat."

Sepertinya dia sadar sudah merepotkanku semalaman. Aku mendengus lalu bangkit berdiri. Kali ini aku bergerak seusai dia menarik tangannya dari lenganku lebih dulu.

"Terjaga sedikit bukan apa-apa bagiku." Aku sudah terbiasa dengan gangguan sulit tidur. Aku punya insomnia parah, kadang-kadang di malam tertentu aku bahkan mampu untuk tidak memejamkan mataku hingga fajar menyingsing, jadi ini bukan masalah besar bagiku. "Sudah pagi aku akan pergi menyiapkan sarapan," tandasku tidak ingin lagi menyentuh topik itu lagi.

[BL] Is It Just Me? (JoongDok) - HIATUSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang