[24] "Godaan Kecil"

4.1K 769 266
                                    

Jika hidup memang selalu sebercanda ini, ingin sekali kuhantamkan tinjuku pada rangkaian jalan bodoh yang diciptanya. Ah, dibanding terjebak omong kosong ini, akan jauh lebih mudah bagiku menghadapi orang-orang berengsek yang tak pernah lelah menyandung langkahku di masa lalu. Setidaknya, aku bisa mengayunkan pukulan membabi buta ke wajah menyebalkannya, tidak mesti diam membeku tak berkutik di bawah kungkungan Yoo Jonghyuk yang membuat hatiku mengetat.

Jika kupejamkan mataku sekarang, bisa terbayang tawa kakak sialanku si Dyonisus bajingan yang akan sangat menikmati situasi burukku.

Aku menarik napas dalam-dalam, berusaha menyeimbangkan kembali kewarasanku yang terporak-porandakan sejenak. "Kau ... bisa, 'kan?" gumamku cemas kalau saja dia tidak mampu menanggung sebanyak itu.

Aku menggigit bibir bawahku tanpa sadar, keningku mengerut cemas, tidak yakin apa aku benar-benar bisa bertahan jika dia dihukum di atasku ataukah jika dia benar-benar berhasil menyelesaikan semuanya. Apa pun itu, tidak ada penyelesaian sempurna untuk ketenangan batinku.

Yoo Jonghyuk mengambil posisi awalnya dengan ketenangan yang menakjubkan, dia menggeser pandangannya tepat padaku. Obsidiannya kini mengunci lekat parasku yang bisa kusaksikan tercermin dalam lindapan bola matanya. Wajahnya sekarang berada tepat di atasku. Napasku tidak bisa untuk tak tertahan karenanya.

Nyatanya, melihat wajahnyaーyang persetan tampannyaーitu saja belum bisa benar-benar membuatku terbiasa. Sekarang dengan jarak di mana aku bahkan bisa merasakan embusan napasnya di depan bibirku, mustahil aku bisa menahan jantung di balik rusukku untuk berhenti menderukan badai. Jarak ini terlalu dekat. Sialan.

"Oke, mulai! Lakukan dengan serempak, aku akan membuat kalian mengulang jika ada yang berani mendahului hitunganku!" Suara menggelegar guru Namgung menggema ke seisi lapangan. "Satu!"

Yoo Jonghyuk tidak mengatakan apa pun saat dia mulai menekuk sikunya. Aku segera memalingkan wajahku secara naluri. Dengan jarak sedekat ini aku khawatir degup jantungku sendiri akan bisa terdengar olehnya.

"Tujuh belas, delapan belas ...." Hitungan terus mengalir.

Di atas dua puluh, napas pemuda di atasku masih terdengar stabil. Lengan Yoo Jonghyuk juga masih sama tak tergoyahkan. Jika diperhatikan dekat, bisep Yoo Jonghyuk tampak memberi kesan sama kuatnya dengan Lee Hyunsung.

Apa dia biasa mengikuti pelatihan ketat seperti halnya Lee Hyunsung?

Aku memutar banyak asumsi dan dugaan, berupaya menepis kesadaran yang menyusupiku dan bertahan dari semua proses yang berjalan seperti sapuan film slow motion.

Di atas tiga puluh, sudah banyak pemuda lain yang mulai kewalahan. Namun, hanya tekad mereka yang membawa mereka dengan keras kepala menolak jatuh. Memandang ke samping, bisa kusaksikan bagaimana bukan hanya aku yang tampak tegang di bawah seseorang.

Setelah sedikit tenang, barulah kuberanikan diriku melirik ke atas. "Sudah lelah?"

Yoo Jonghyuk mengembuskan napas, suaranya membalasku tepat saat bibirnya mendekat ke bawah, berbisik berat di daun telingaku, "Belum."

Aku bisa merasakan bibirnya menyentuh ujung telingaku dan hangat dari napasnya menyapu daerah leherku. Sial, kapan ini berakhir. Aku bahkan tidak perlu melihat cermin untuk tahu seberapa merah padamnya kulit tipisku saat ini. Panas yang menjalar hingga ke wajahku sudah membentuk kenyataan terburuk yang tidak bisa kukendalikan. Ini sangat tak tertahankan.

Walau berkata belum, Yoo Jonghyuk sendiri tampaknya semakin sulit untuk mempertahankan dirinya dan deru napasnya perlahan kian memberat. Saat aku mulai mengkhawatirkannya kubawa tatapku sedikit ke atas, tetapi dengan jelas kutemukan bagaimana dia menghindari tatapanku dan spontan memalingkan wajahnya ke samping.

[BL] Is It Just Me? (JoongDok) - HIATUSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang