"Maaf kalau aku mengganggu waktu membacamu." Lee Hyunsung segera berbalik dari kursinya saat aku mendudukkan diriku di tempatku, dia melontarkan permintaan maafnya yang kurasa tak perlu.
"Tidak masalah, ada apa memangnya?" tanyaku sembari menyapu sekilas ke seisi kelas yang mulai kembali ramai.
Dapat kulihat Yoo Sangah juga kembali memasuki kelas bersama Uriel di sisinya. Sepertinya mereka sama-sama mengambil kelas musik untuk pengisi waktu jam kelas pilihan, menilai dari kotak violin yang ditenteng oleh Uriel. Untuk beberapa alasan, semua orang kembali berkumpul di kelas saat ini.
"Dewan Siswa akan memilih perwakilan untuk festival sekolah," jawab Lee Hyunsung mengabariku.
Ah, festival.
Sepertinya ini festival yang disebutkan Yoo Sangah padaku minggu lalu. Sepengetahuanku, biasanya ketua kelas yang mengambil alih memimpin pemilihan dan diskusi kelas, tetapi sepertinya di sekolah ini tidak begitu.
Di SMA Konstelasi, organisasi inti yang memegang nyaris seluruh kendali sekolah adalah Dewan Siswa. Menurut Lee Hyunsung, Dewan Siswa adalah kekuasaan absolut di sekolah ini, sebuah kelompok yang bahkan dapat mengubah keputusan para guru. Di atas Dewan Siswa, hanya Kepala Sekolah yang memiliki kemampuan untuk ikut campur dalam keputusan organisasi tersebut.
Aku baru saja hendak mengajukan tanya lain ketika seseorang melangkah masuk ke dalam kelas dan spontan seluruh kelas perlahan menjadi hening di detik selanjutnya.
Lee Hyunsung pun bahkan segera berbalik memakukan pandangannya lurus ke depan.
Aku terpaksa mengatupkan bibirku kembali.
Seorang gadis dengan rambut seputih salju berjalan masuk ke dalam kelas. Ketukan sepatu berhak rendahnya menimbulkan gema ringan. Melihat jumlah kancing di pergelangan tangan seragamnya, jelas saja bahwa dia seangkatan denganku. Sosok tersebut lalu mengambil posisi di podium utama depan kelas. Ketika dia berdiri di sana dan mengantesikan seisi kelas, aku dapat segera menduga bahwa posisinya di Dewan Siswa harusnya memiliki beberapa bobot penting. Kepercayaan diri serta aura pembawaannya, mudah melihat bahwa dia bukan anggota biasa.
Gadis itu tersenyum manis saat dia memandang seisi kelas kami dengan tenang sebelum bibir merahnya yang begitu kontras dengan warna rambutnya, mulai terbuka memberi sapaan, "Halo, aku Lee Seolhwa perwakilan Dewan Siswa yang akan menjadi panitia penanggung jawab dari kelas ini."
Gadis yang tampak ramah itu kemudian mulai membuka buku pegangan bersampul biru yang dibawanya. "Baik, langsung saja, ya. Seperti tahun sebelumnya, agenda festival kita akan terhitung dua pekan penuh sudah termasuk penutupan. Minggu pertama akan jadi perlombaan antar kelas dan Minggu selanjutnya akan diisi oleh Pertandingan Pribadi."
Pertandingan Pribadi? Keningku lekas mengerut bingung pada pengaturan tersebut. Aku tidak ingat pernah mendengar pembahasan beristilah seperti itu.
Lee Seolhwa mengulas senyum tenang, kembali mengatensikan seisi kelas. "Akan aku jelaskan kembali peraturannya. Perlombaan kelas akan diikuti oleh perwakilan yang terpilih dari masing-masing kelas, kalian akan bertanding melawan kelas lain di angkatan yang sama. Sedangkan Pertandingan Pribadi, sama seperti tradisi festival kita setiap tahunnya, kalian dipersilakan membuat tim yang beranggotakan maksimal sepuluh orang dengan minimal tujuh anggota tanpa terikat kelas maupun tingkatan."
Hah?
Aku merasa kebingungan semakin melandaku ketika reaksi seisi kelas tampak begitu menantikan pertandingan tersebut.
Lee Seolhwa sengaja menjeda selagi membiarkan orang-orang mulai bersemangat saat dia perlahan melanjutkan, "Sebagai perayaan 77 tahun berdirinya sekolah kita, hadiah pemenang pertandingan Festival Konstelasi tahun ini akan dilipat gandakan."
KAMU SEDANG MEMBACA
[BL] Is It Just Me? (JoongDok) - HIATUS
Fanfic[Omniscient Reader's Viewpoint Fanfiction] Kim Dokja berharap kepulangannya ke Seoul akan membawanya pada garis hidup normal yang diimpikannya. Sayang sekali bahwa Dewi Fortuna tak pernah memihaknya. Orang tuanya justru memasukkannya ke SMA Konstela...