[9] "Keganjilan"

4.2K 927 108
                                    

Jika aku mengurutkan banyak hal yang tidak ingin kutemui, mungkin sosok di hadapanku saat ini akan menahtai peringkat pertama dalam daftar hitam teratas. Sungguh, pagi hariku yang damai lekas terbanting turun jatuh ke dasar jurang berkabut hanya dengan menyaksikan presensinya yang terasa begitu menyesakkan.

Dia masih saja bergeming bahkan dengan posisiku yang telah menarik langkah murah hati agar dia bisa masuk duluan. Jika kau memang tidak ingin masuk, setidaknya jangan menghalangi jalan keluar orang lain. Kesabaranku rasanya selalu diuji tiap berpapasan dengannya.

Kali ini, aku merasa tak ingin banyak bersabar lagi. Aku melangkah maju dengan berani. "Tolong minggir dari jalanku."

Yoo Jonghyuk memandangku sejenak lalu dengan sikap yang amat menyebalkan dia melangkah melewatiku begitu saja, seolah-olah aku tak pernah ada di sana. Belum lagi sebab jarak yang cukup rapat, bahunya menyambar bahuku dan itu benar-benar membuat emosiku meluap menyentuh batas yang telah berusaha kukekang rapat.

"Keparat sialan," gerutuku menggemeretakkan gigiku—sedapat mungkin menahan diri menyemburkan amarah di depan wajah sialan itu—lantas kuraih pintu perpustakaan yang hendak menutup otomatis kemudian tanpa peduli kubanting pintu tersebut menutup dengan debum yang bergema.

Perasaan jengkel membuatku luput menyadari jika langkah pemuda itu sontak terhenti di punggungku dan dia menoleh tepat ketika pintu perpustakaan terbanting menutup.

Aku mengembuskan napas tidak percaya atas sikap arogannya. Dia bukan hanya memerlakukan orang lain seperti udara, tapi sikap sombongnya itu sungguh meminta pemukulan. Apa begitu sulit untuk tahu etika dasar pergaulan sosial? Mengapa bisa ada orang yang begitu menyebalkan?

Aku tak memedulikan apa pun lagi, saat kulangkahkan kakiku masuk ke kelas, hingga tak sengaja kuabaikan Yoo Sangah—yang sedang mengobrol dengan Han Sooyoung di depan kelas—sewaktu dia lekas tersenyum padaku ketika melihatku datang.

"Benar-benar tidak sopan," komentar Han Sooyoung sinis pada sikapku.

Aku yang mendengar itu spontan menghentikan langkahku. Kupalingkan wajahku memandang tajam gadis itu. Dia tersentak di bawah tatapanku mendadakku. Namun, segera mengangkat dagunya dengan kilatan angkuh yang tak ingin kalah.

Kuabaikan dia alih-alih menggeser pandanganku pada Yoo Sangah. "Selamat pagi, Yoo Sangah," sapaku dengan nada yang kubuat sesantai mungkin sebelum atensiku kembali memaku Han Sooyoung lekat.

Jika aku tidak sopan maka keparat sialan itu adalah manusia paling tak beretika. Dasar bajingan es menyebalkan, kuharap dia tersandung dan menghantam kepalanya di ubin.

Meskipun begitu, yang mengalir dari mulutku ialah ujaran ringan yang ramah, "Terima kasih pengingatnya, Han Sooyoung."

Aku berbalik kembali melajukan langkahku menuju kursiku. Selanjutnya kududukkan diriku dengan derit yang cukup menggema ke seisi kelas yang masih lengang. Melirik meja di sampingku, aku tak tahan menendang meja itu sebelum melemparkan tas punggungku ke atas mejaku sendiri.

Uriel yang sedari tadi duduk tenang menggulir ponselnya di kursinya sontak berbalik ke belakang—terkejut akan suara yang bergema, dia menatap kemarahanku dengan selintas keheranan. Aku jadi sedikit merasa malu padanya atas sikap kekanakanku sebelumnya, jadi kuberikan dia senyuman singkat.

"Mejanya terlalu dekat denganku," ujarku memasang wajah paling serius yang kubisa.

Uriel menahan tawa atas tanggapanku lantas dia mengangguk mengerti. Senyumnya yang manis melekuk cerah di paras memikatnya. "Yoo Jonghyuk memang pantas mendapatkan itu. Seseorang benar-benar perlu memberinya perhitungan."

Aku mengerjap seiring kelegaan meningkatkan suasana hatiku. Rasanya tidak buruk melihat seseorang mendukungku atas sikap burukku pada Yoo Jonghyuk.

Akan tetapi, gadis itu tidak sampai di sana. Dia kembali melanjutkan ramah, "Hanya menurutku Dokja, semakin bagus kalau kalian bisa lebih akrab, pastinya."

[BL] Is It Just Me? (JoongDok) - HIATUSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang