Bahkan jika aku ingin, tidak mudah bagiku mengakses untuk melihat CCTV sekolah. Namun, bukan berarti aku tidak punya seseorang yang bisa kuandalkan.
Jung Heewon menanggapi dengan cepat panggilanku. Setelah aku menyatakan kegigihanku, dia bergegas pergi mengecek tanpa bertanya lebih detail masalahku. Sikap gadis itu memberiku banyak rasa berutang budi padanya.
Aku telah menunggu jawabannya di depan gedung kesenian. Akan butuh waktu sepuluh menit perjalanan bagiku kembali ke gedung kelas dua, jadi aku hanya bisa meminta bantuan Jung Heewon melalui telepon.
Untungnya Jung Heewon bergerak cepat, dia telah memberiku informasi tak berselang lama. "Ada gedung lama di dekat gedung G yang dikosongkan untuk perbaikan, CCTV di sana sedang tidak aktif. Aku melihat seorang senior membawanya ke sana," jelas Jung Heewon dari seberang panggilan teleponku.
"Terima kasih, Heewon. Aku berutang padamu."
"Aku akan menagihnya nanti," balas Jung Heewon tertawa ringan. "Kau harus hati-hati, Dokja," tambahnya serius memperingatkanku.
Aku tidak bisa menjanjikannya apa-apa jadi hanya kuberi dia gumaman sebagai tanggapan sebelum memutus panggilan teleponku di sana. Tanpa menunda lagi segera kubawa langkahku menuju lokasi yang Heewon arahkan.
Lee Hyunsung dan Han Sooyoung telah selesai berdebat. Keputusan akhir mereka anehnya mengikutiku. Aku sudah menyuruh mereka enyah, tetapi keduanya sekeras batu. Tidak ada yang bisa kulakukan untuk menyingkirkan kekeraskepalaan mereka.
"Persetan, tutup mulutmu. Kau tidak punya hak memerintahku!" sergah Han Sooyoung jengkel.
Di luar dugaanku, gadis itu mampu berlari dengan ketangkasan yang dapat menyeimbangi langkahku, tidak sedikit pun tertinggal dari kecepatan lariku. Gadis ini lagi-lagi mengejutkanku dengan kemampuannya yang lain.
Selain kedua teman sekelasku, ada satu lagi orang tambahan dalam kesempatanku pergi mencari Lee Gilyoung. Kim Namwoon membawa langkah mendahuluiku. "Aku tahu jalan pintas, lewat sini!"
Bocah itu membawa kami ke arah sebuah dinding. Dia memanjat dinding setinggi hampir dua meter itu dengan terlampau mudah. Aku melirik Han Sooyoung, sayangnya sia-sia mempertimbangkannya.
Gadis itu memanjat dengan gesit sebelum aku bisa bertanya. Dia berdiri di puncak dinding dan menatap ke bawah. "Jangan berharap bisa mengintip apa pun, aku selalu mengenakan celana pendek di balik rokku."
Aku mengutuknya. Dia masih saja selalu bisa menyempatkan diri menyemburkan omong kosong. Aku dan Lee Hyunsung menyusul memanjat dinding itu tanpa banyak kesulitan berarti.
Kim Namwoon memimpin kami melewati koridor dan area yang sangat asing bagiku.
Selagi kami berlari, Han Sooyoung memandang ke kanan, menatap gedung tingkat lima terdekat. "Sial, aku tidak tahu ini dekat dengan gedung senior."
Aku sama sekali tidak peduli bahkan jika ini area senior. Tidak akan kuinjakkan kakiku ke sini jika aku tidak punya kebutuhan.
"Gedung ini cukup besar, apa Sunbae tahu di mana tepatnya?" Kim Namwoon membawa kami menaiki tangga.
Aku menggertakkan gigiku. "Aku tidak tahu."
"Mari berpencar," cetus Lee Hyunsung masuk akal.
"Jika menemukannya, segeralah lari dan berteriak, lalu cari cara untuk menghubungi yang lain," pesanku menanggapi setuju ide Lee Hyunsung. "Kim Namwoon, dampingi Han Sooyoung dan periksa area lantai dua, Lee Hyunsung akan mencari di lantai pertama dan aku akan pergi ke lantai ketiga."
Tidak ada yang menentang pengaturan itu dan kami bergegas berpencar. Aku naik lebih tinggi sedang Lee Hyunsung kembali berlari turun. Kim Namwoon bersama Han Sooyoung bergegas maju memeriksa setiap pintu kelas di lantai dua.
KAMU SEDANG MEMBACA
[BL] Is It Just Me? (JoongDok) - HIATUS
Fanfic[Omniscient Reader's Viewpoint Fanfiction] Kim Dokja berharap kepulangannya ke Seoul akan membawanya pada garis hidup normal yang diimpikannya. Sayang sekali bahwa Dewi Fortuna tak pernah memihaknya. Orang tuanya justru memasukkannya ke SMA Konstela...