[38] "Kenyataan Tak Terduga"

2.3K 411 97
                                    

Setelah aku benar-benar menjalaninya, ketika rumor itu kini berubah menjadi realitas, aku tidak bisa lagi merasa terlalu buruk jika mendengarnya.

Setidaknya, saat ini ada seseorang yang lebih terkejut, sekian lama akhirnya baru tahu akan rumor yang telah lama beredar itu.

"Sejak kapan?" tanya Yoo Joonghyuk saat kami melangkah di koridor sekolah.

Aku melihat beberapa gadis yang berdiri di koridor pagi ini, mereka melayangkan pandangannya pada kami kemudian menahan senyuman satu sama lain. Aku mencoba berpura-pura tidak melihatnya.

Sepanjang waktu ini, bahkan jika aku selalu pergi ke sekolah bersamanya, kami akan berpisah di tempat parkir. Yoo Joonghyuk akan pergi ke Ruang Dewan Siswa atau ke suatu tempat, di mana saja sebelum jam pelajaran pertama dimulai, sedang aku akan selalu menarik langkahku ke kelas. Namun, pemuda ini tidak lagi melangkahkan kakinya ke tempat lain dan beralih mengikutiku hari ini. Sudah pasti aku tidak mungkin mendorongnya untuk pergi.

Aku harus mulai terbiasa dengan ini.

"Sejak bulan lalu?"

Yoo Joonghyuk terdiam sejenak. Aku memutuskan untuk benar-benar mengabaikan ketertegunannya.

"... Apa itu sebabnya kau sering menghindariku?"

Aku menghentikan langkahku di tangga saat pertanyaan itu terlontar dari bibirnya. Tangga itu sepi dan jam pagi ini memang masih terhitung sangat awal hingga belum banyak siswa yang berdatangan.

Aku berbalik, berdiri di dua anak tangga yang lebih tinggi darinya, membuatku sedikit menundukkan tatapan padanya. "Aku tidak tahu apa kau sudah terbiasa dengan jadi pusat perhatian atau tidak, tetapi tidak mudah bagiku terbiasa."

Pandangan orang lain padaku adalah sesuatu yang sangat sulit kuhindari. Walau psikiaterku sudah berhasil menyembuhkan sebagian besar traumaku, itu masih sulit untuk benar-benar mengabaikan apa pun yang orang lain katakan. Aku tidak pernah bisa benar-benar menutup telinga dan mataku dari kata yang terlontar di sekitar tentang diriku.

Yoo Joonghyuk selalu melihat ke dalam mataku saat aku berbicara, dia selalu mengatensikanku sangat lekat sampai-sampai kadang kala aku merasa seperti pemuda ini akan selalu bisa menyaksikan seluruh sisi yang kututup rapat.

Aku memutuskan tatapanku pertama, memalingkan wajahku darinya, tidak ingin dia mengetahui lebih jauh tentang pikiranku. "Jangan khawatir, aku akan mencoba tidak peduli lagi."

Saat aku berbalik, pemuda itu melangkah naik meraih tanganku. "Kim Dokja."

Aku tidak ingin berbalik menatapnya. Aku tidak ingin dia menggali lebih dalam lalu menyibak lembaran yang tidak kutahu kapan akan berhamburan dan kembali mengacaukanku.

Kehangatan dari genggaman tangannya mengerat, seolah-olah dia bisa membaca seluruh kekhawatiranku dan mencoba menenangkanku. Sebisa mungkin kuredam kembali kegelisahanku.

Tanpa perlu berbalik, aku tahu dia sedang berdiri tepat di belakangku, terpisah dari satu anak tangga dariku, mengikis ketinggianku dengannya menjadi setara.

Lalu, satu lirihan mengalir di telingaku, berbisik lembut,

Saat itu juga, sebuah kesadaran datang melingkupiku. Kali ini, seberapa pun aku berlari jauh atau terperangkap di tengah tatap menyesakiku, akan ada seseorang di sana yang mendampingiku, menguasai seluruh atensiku hingga tidak akan ada lagi yang bisa menyentuh perhatianku selain eksistensinya.

~

Aku selalu ingin melihat pemandangan di samping jendela, jadi aku meminta untuk bertukar kursi dan Yoo Joonghyuk segera mengangguk, memberiku ruang miliknya yang tidak pernah berani diisi siapa pun.

[BL] Is It Just Me? (JoongDok) - HIATUSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang