[30] "Hitam dan putih"

2.3K 471 74
                                    

Mari angkat hati dulu siapa yang beneran kangen sama fanfiksi ini?

Oke, sekarang kalian tarik napas. Selamat membaca.

.

.

.

Apa yang benar dan apa yang salah? Baik hitam dan putih, tidak ada yang peduli kebenarannya yang nyata selain apa yang ingin mereka percayai. Oleh karena itu, sekeras apa pun aku ingin meluruskan, tidak ada lagi yang bisa memercayaiku.

Seminggu setelah kejadian di gedung olahraga, kabar tentang relasi tertentuku dengan seseorang telah menyebar hingga tidak ada yang tidak tahu lagi mengenai masalah itu di angkatanku.

Banyak saat aku benar-benar tak tahan atas seluruh tatapan yang dilayangkan ke arahku hingga aku menolak berbicara dengan Yoo Jonghyuk. Sayangnya, aku tidak bisa marah lebih lama setelah sadar bahwa tidak ada yang akan berubah bahkan jika aku melampiaskan emosiku padanya.

Persetan, biarkan mereka bergosip sesukanya. Toh, pada akhirnya ketika mereka bosan tak akan ada lagi yang mengungkitnya.

Aku kini tiba di titik masa bodoh.

Yoo Jonghyuk entah bagaimana mulai mengenal temperamenku. Dia sepertinya mulai menyadari kapan aku tidak bahagia atau kapan aku benar-benar jengkel dan berusaha menghindarinya.

Setelah semuanya, dia tidak terlalu peduli dengan sekitar.

Aku sendiri tidak yakin apa dia sungguh mengerti bagaimana orang-orang memandang kami atau tidak.

Sebelum ini aku benar-benar tidak ingin mengungkitnya, tetapi sejak aku memutuskan untuk masa bodoh dengan semuanya, aku tak lagi sesensitif itu untuk membawa topik ini. Bagaimanapun, bahkan seseorang akan muak sendiri jika disajikan menu yang sama tiap harinya. Rasanya aku pun sudah mati rasa sekarang.

"Apa kau benar-benar tidak terganggu atau pura-pura tidak peduli?" tanyaku di suatu saat ketika aku bersandar di badan mobilnya, menunggu dia selesai mengetikkan pesan pada Lee Seolhwa, yang belum lama ini kuketahui adalah Sekretaris Dewan Siswa.

"Tentang apa?" Dia mengantongi ponselnya kembali setelah selesai menyampaikan kepentingannya.

Aku menunggunya membuka kunci pintu mobil kemudian masuk ke dalamnya. Setelah dia menyusul dan telah duduk di belakang kemudi, baru aku melanjutkan, "Rumor itu."

Yoo Jonghyuk menoleh, dia menatapku lekat dalam diam, tanda dia ingin aku lebih menjelaskan detailnya.

Aku meringkukkan sudut bibirku ke bawah. "Kau benar-benar tidak tahu?"

Melihat aku mulai sedikit kehabisan kesabaran, pemuda itu membalas, "Ada banyak rumor di sekolah, yang mana yang kau maksud?" Dia lantas mulai memutar kuncinya, menyalakan mesin mobilnya lalu mengarahkannya ke luar dari area parkiran.

Aku terdiam lama, berpikir keras bagaimana mengatakannya, bahkan jika aku sudah berusaha terbiasa dengan tatapan orang-orang padaku, tetap saja sulit rasanya untuk mengutarakan secara langsung tentang bagaimana pandangan orang menganggapmu.

Aku menggigit bibir bawah bagian dalamku sejenak. Kutarik napas panjang dan hanya ketika mobil yang dikendarai Yoo Jonghyuk mengambil jeda berhenti di depan lampu pejalan kaki, aku mengungkapkan, "Aku merujuk rumor tentang kita."

Rasanya benar-benar seperti ada sesuatu yang menggerogoti dadaku hingga rasanya aku menjadi tidak nyaman hanya dengan menyebutkannya.

"... Kita?"

[BL] Is It Just Me? (JoongDok) - HIATUSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang