2. Loh?!

571 79 0
                                    

Hari Senin adalah hari yang sibuk, dan tentu saja tidak banyak orang menyukai hari tersebut. Namun, lain halnya dengan Tara. Perempuan itu sedang bersiap untuk pergi ke sekolah pagi hari ini. Sangat semangat hingga hampir melupakan uang sakunya.

Jam menunjukkan pukul enam kurang. Saat ini, Tara sudah siap untuk berangkat. Sudah memakai sepatu, menggendong tas, juga berseragam lengkap dan rapi. Hari ini hari Senin, jadi waktunya untuk upacara bendera.

"Ma, Tara berangkat dulu ya!" Teriak Tara kepada mamanya.

"Uang saku nya ada? Ini bawa!" Suruh seorang wanita cantik menyodorkan uang kepada Tara, yaitu Mamanya Tara.

"Hampir lupa hehehe. Makasih, Ma."

"Iya, bilang abang ojol nya jangan ngebut bawa motornya!"

"Sip! Berangkat dulu. Assalamualaikum." Pamitnya, dan bergegas keluar pekarangan rumah untuk menghampiri ojek online nya.

"Waalaikumsalam, hati-hati, ya!"

Sampainya Tara di sekolah, ia langsung bergegas turun dari motor dan memberi uang kepada ojek online. "Ini Mas, makasih, ya."

"Sama-sama, Neng."

Tara memasuki area sekolah dengan tenang. Sesampainya di kelas, ia langsung di sambut oleh keributan. Banyak anak kelas lain melihat kelas sebelas Bahasa ini. Azra, dia sedang memarahi seorang anak laki-laki. Anak laki-laki itu memang teman sekelas, entah apa masalah yang ia buat hingga membuat Azra murka.

"LO UDAH KELAS SEBELAS. GAK USAH LO KAYAK ANAK SD MAIN BOLA DI KELAS. LO KIRA KELAS LAPANGAN HAH?! LO TAU ANAK YANG PIKET HARI INI UDAH BERSIH-BERSIH, BISA-BISA NYA LO NGOTORIN LAGI?!" Amarah Azra meledak di kelas. Mengucapkan kata perkata dengan menarik urat nya. Memang, Azra benar-benar sensitif jika kelas menjadi kapal pecah seperti ini.

"LO JUGA JADI KETUA KELAS GAK BECUS! TEMEN-TEMEN LO MAIN BOLA DI KELAS GAK DI TEGUR, LO PIKIR INI KELAS PUNYA MOYANG LO? BRENGSEK LO SEMUA!" Ucap Azra dengan menunjukkan seorang laki-laki- ketua kelas kita.

Anak laki-laki yang berbuat ulah tadi hanya diam, tidak berkutik. Mereka benar-benar takut untuk menatap wajah Azra. Tara yang tahu Azra emosi, menghampiri Azra dan menarik Azra keluar. Bisa-bisa, kaca yang ada di kelas pecah karena suara dia.

Tara menarik lengan Azra untuk keluar kelas dan menyerobot kumpulan siswa-siswi di depan pintu kelas. Tara pergi untuk menenangkan diri Azra. Suara siswa-siswi bergema menyoraki pertengkaran tadi. Tara membawa Azra ke tempat yang aman, yaitu kamar mandi.

"Lo apa-apaan, sih Ra! Gua belum selesai sama mereka," Ucap Azra dengan mencoba melepaskan cengkraman tangan Tara.

Tara hanya diam. Tidak mengeluarkan sepatah katapun. Sesampainya di kamar mandi. Tara melepas cengkraman nya. Ketahuilah, Tara khawatir dengan Azra jika sudah begini. Azra tidak akan melihat lingkungan sekitar dan kondisi jika sudah marah.

"Marah mu berlebihan, Ra. Bisa-bisa mereka gak akan betah di kelas kalo kamu begitu. Kalo ketauan guru gimana?"

"LO GAK TAU APA-APA RA! MEREKA MAIN BOLA DI KELAS KENA MUKA CEWEK, NOH SI NAYLA. MEREKA JUGA NGOTOT GAK MAU MINTA MAAF! TUH, JUGA KACA KENA BOLA UDAH RETAK." Amarah Azra meledak lagi.

Tara tahu mungkin ini bukan masalah sepele apalagi nanti pasti membahas ruginya kelas tadi. Tapi Tara tidak bisa membiarkan amarahnya menguasai diri Azra. "Iya tau, tapi gak usah marah-marah. Bisa dibicarain baik-baik. Abis ini mau upacara, Ra. Jangan gini. Masih pagi pula,"

"Justru itu! Pagi-pagi udah bikin emosi aja. Sumpah, gua seret ke BK mampus!" Ucap Azra menggebu-gebu dan mencoba mengatur nafasnya.

Tara mengusap lengan Azra pelan. Mencoba menenangkan Azra. Benar-benar mengerikan. "Abis ini upacara, ayo siap-siap. Aku belum taruh tas nih. Gara-gara kamu!"

UTARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang