A/n: part ini ada adegan kekerasan, dimohon untuk tidak ditiru ya, terimakasih. DAN SELAMAT MEMBACWAAAAAA.
***
"Kak Maik? Kok di sini?"
Waktu istirahat telah tiba. Kini Tara berada di taman untuk menghabiskan waktu istirahatnya. Daripada di kelas suntuk, lebih baik ia berdiam diri di taman. Azra sedang mengikuti rapat OSIS untuk membahas sesuatu. Maka dari itu Tara sendirian.
Tara kaget dengan kedatangan Michael yang tiba-tiba dari belakangnya. Laki-laki itu mengagetkan dirinya karena tiba-tiba Michael duduk di sebelahnya yang sedang merenung sedari tadi.
"Sendiri?"
Ia mengangguk singkat sebagai jawaban.
"Keliatannya ngelamun terus dari tadi, kenapa?" Tanya Michael dengan menatap Tara.
Perempuan itu mengalihkan pandangannya kearah Michael yang di sebelahnya. "Gak tau, enak aja ngelamun."
Michael hanya terkekeh mendengarnya.
"Kak Maik gak ikut rapat? Azra lagi rapat OSIS katanya." Mengapa Michael tidak ikut? Bukankah dia anggota inti?
"Gak, di bahas sama adik kelas. Kan gua mau pensiun dari OSIS." Ujarnya membuat Tara tertawa kecil.
"Gimana ujiannya, Kak? Berapa mapel hari ini? Susah gak?" Tanya Tara karena penasaran.
"Lumayanlah, cuma satu mapel aja. Bersyukur banget udah selesai tadi,"
"Oh iya, udah terakhir ya hari ini? Lancar?"
"Alhamdulillah, lancar." Jawabnya sambil mengangguk-angguk.
Mereka berdua hening. Tidak ada percakapan lagi diantara mereka. Mereka sendiri tenggelam dalam pikiran masing-masing. Tara mengalihkan pandangannya ke arah depan, begitupun dengan Michael.
"Gua seneng kenal lo, Ra. Walaupun baru sebulan..." Ujar Michael terdengar sedih.
"Ah ya... Me too hehe,"
Michael menghela nafas. "Gua harap, gua gak telat. Gua mau ngomong sesuatu."
Tara kembali menatap manik mata Michael. Menaikkan sebelah alisnya sebagai tanda tanya.
Kini Michael pun menatap Tara dengan pandangan nanar. "I like you, sejak pertama kali gua liat lo. Sorry ya? Gua gak maksud buat lo risih, gua cuma... Gua cuma gak mau mendem perasaan,"
Perempuan itu shock. Matanya tidak berkedip. Tiba-tiba dirinya merasa blank. Ia tidak tahu harus menjawab apa. Hanya diam yang mendampinginya.
"Gua gak minta lo buat bales perasaan gua, tapi gua cuma mau lo tau. Lagian gua tau hati lo buat siapa. Gak apa-apa kalo kita cuma jadi temen akhirnya," Pandangan Michael kini lurus ke depan dan kosong. Rasanya sakit, tapi juga lega. Itu yang ia rasakan.
"Kak Maik gak becanda, kan?"
"Emangnya yang gua bilang kedengeran becanda?"
Tara merenung sejenak. Memikirkan jawaban untuk Michael yang berakhir tidak menyakiti perasaannya.
"Mmm... Sebelumnya makasih. Aku seneng kenal sama Kak Maik juga, aku juga salut sama kakak. Kak Maik bisa ngutarain perasaan kakak sendiri, tapi maaf. Aku gak bisa bales perasaan kakak..." Tara menggigit bibirnya, takut salah bicara.
"Gak apa-apa, gua gak minta lo begitu, kan?"
"Tapi kita bisa tetep temenan kok! Lagipula, aku udah nganggep Kak Maik kayak kakak sendiri. Kak Maik baik, jadi harus dapet yang lebih baik lagi dari aku, ya?"
KAMU SEDANG MEMBACA
UTARA
Teen FictionUtara Adzkia. Perempuan yang memiliki rambut dan tubuh yang pendek, serta sifatnya yang benar-benar lucu, mendapati kakak kelas yang menarik perhatiannya. Beruntung, laki-laki itu satu ekstrakurikuler dengannya. Laki-laki itu bernama Raka Ganendra...