Hal yang ada di dia:
- Ganteng
- Typing "Wkwkwk" rapi banget
- Pinter, walau ga rajin² amat
- Tertutup pake bangettt
- Misterius
- Susah di tebak
- Diem kalo ga di ajak ngobrol duluan
- Suka menyendiri
- Pake earphone dan jaket kemana mana
- (ga) Murah senyumSemua hal yang Tara ketahui, ditulis di notes ponselnya saat ini. Menurutnya sudah cukup sampai sini dulu... Niat Tara hanya iseng-iseng saja, siapa tahu berhadiah. Tara benar-benar penasaran dengan satu kakak kelas laki-lakinya itu.
Saat ini Tara duduk manis di kelasnya. Ya, Tara sedari tadi memikirkan dan mencatat hal-hal tentang laki-laki itu. Tara berpikir, mengapa ada seseorang yang tidak mudah senyum? Hidupnya bagaimana? Flat, tidak jelas, baik atau biasa-biasa saja? Dia pernah menangis atau tidak? Tertutup sekali. Kira-kira ada perempuan yang laki-laki itu sukai atau ada perempuan yang sedang mengejarnya? Bukan bermaksud menjadi stalker, tapi laki-laki itu memang membuat Tara penasaran.
"Weh, ngelamun mulu! Kesambet berabe lo," Sentak teman sebangkunya, sekaligus sahabatnya. Azra Olivia. Perempuan itu adalah siswi yang kini menjabat sebagai wakil ketua OSIS. Cantik, famous, suka melawak, receh, suaranya seperti toa jika orang-orang bilang, tapi bagus. Gadis itu bisa menyanyi, humoris, dan girlfriend-able. Dia jarang marah, tapi sekalinya marah seram sekali. Lebih seram dari Bu Sri, yaitu wali kelas Tara.
"Hah? Gak ngelamun kok. Cuma mikir aja," Balas Tara sambil menyingkirkan anak rambut ke belakang telinga.
"Mikirin apaan? Emang lo ada ngutang di bu Ida?" Tanyanya. Bu Ida adalah ibu-ibu yang berjualan di kantin. Berjualan jajanan seperti baso, atau nasi bungkus. Setiap istirahat, Tara dan Azra akan selalu mampir ke stan jualan Bu Ida.
"Ngaco. Mana pernah aku ngutang, emangnya aku Kak Bian?!" Tidak terima. Cantik-cantik begini mengutang?
Omong-omong, Bian itu kakak kelas, dia terkenal di sekolahan karena laki-laki itu bengalnya tidak karuan dan sudah merempet berandalan. Walaupun keluar masuk BK, banyak yang menyukainya. Tara akui parasnya memang tampan, tapi masih tampan dia.
"Yaelah. Iya juga," Sedetik kemudian Azra tertawa sendiri. Memang aneh. "Eh tapi dibayar, lah pastinya. Terus lo kenapa? Mikirin doi? Emang ada?"
"Betul," Jawabnya.
"Ya, ada dong, sayang. Emangnya kamu galau mulu!""Sekate kate lo! Enak aja, gua udah suka yang lain," Sentaknya.
"Yang kakel kemarin tuh? Tau kan, gua udah dapet nomer hp nya, coyyy! Gercep, kan?!" Sombongnya sambil menaikturunkan alisnya. Kakak kelas yang Azra maksud adalah Abian Ardiyanto. Iya, Bian. Tara sebenarnya juga heran, mengapa Azra bisa suka laki-laki bengal itu."Dih, aku juga dapet kali,"
Tara menyalakan ponselnya dan membuka aplikasi berlogo telepon. "Nih, punya, kan! Dikira situ doang yang bisa sombong?""Buset, keren dah. Tapi palingan lo gak berani chat ye, kan? Ketebak," Azra meledek.
"Udah, ya! Orang aku minta save back juga, udah dua bulan lalu wleee," Tara menjulurkan lidahnya ke Azra yang artinya Tara mengejek karena salah tebak.
"Njir, gak asik, ah. Gua gak berani chat dia tau gak?! Dia galak keliatannya," Keluhnya.
"Belum kamu coba,"
"Gimana, ya? Ntar deh. Gua mau ke kopsis dah, sekalian keliling. Kali aja ketemu ayang. Lo gak usahlah ikut." Ucapnya yang berujung pamit dan melenggang pergi meninggalkan kelas.
KAMU SEDANG MEMBACA
UTARA
Fiksi RemajaUtara Adzkia. Perempuan yang memiliki rambut dan tubuh yang pendek, serta sifatnya yang benar-benar lucu, mendapati kakak kelas yang menarik perhatiannya. Beruntung, laki-laki itu satu ekstrakurikuler dengannya. Laki-laki itu bernama Raka Ganendra...