Akhir pekan, Tara bersiap untuk liburan sejenak. Rencananya Tara akan pergi ke pantai karena kekasihnya itu mengajaknya. Kata Raka, hitung-hitung melepas rindu dan stres.
Sudah hampir dua minggu pasangan itu tidak bertemu. Raka pun tidak mampir ke apartemen Tara. Masalahnya Raka sedang mempersiapkan skripsinya dan sidang, sedangkan Tara sibuk kuliah dan ujian ini-itu. Komunikasi berjalan. Namun, kadang juga susah karena Raka akhir-akhir ini sering ketiduran sekitar jam tujuh malam dan jika ada pesan dari Tara, laki-laki itu baru akan membalasnya pada tengah malam atau dini hari. Tara jadi khawatir karena pola tidur laki-laki itu tidak beraturan. Pola tidur saja tidak benar, bagaimana dengan pola makan laki-laki tersebut?
Seandainya Tara tahu Raka berada dimana, ia akan membawa makanan untuknya. Namun, keberadaan Raka tidak menentu. Terkadang di kampus, di apartemen Aji, rumahnya, cafenya, atau bahkan rumah pribadinya yang satu blok dengan rumah Mamanya.
Dua tahun lalu Raka membeli rumah di sekitar daerah dekat blok rumahnya yang bertujuan untuk tempat menyendiri Raka saat sedang ingin sendiri. Biasanya laki-laki itu akan menghabiskan waktu di rumah pribadinya untuk bermain game dan berolahraga. Tara sudah pernah beberapa kali memasuki rumah itu. Terkadang Tara membantu Raka untuk membersihkan dan merawat rumah tersebut.
Jam menunjukkan pukul enam, Tara meraih ponselnya yang berada di atas laci sebelah ranjangnya. Ia mencari kontak Raka dan menelepon laki-laki itu. Cukup lama Raka mengangkatnya.
"Halo? Aku udah packing barang, Kak Raka jam berapa ke sini?" Tanya Tara saat telepon sudah terhubung.
"Masih jam enam, Ra. Baru bangun." Balas Raka di seberang sana. Suaranya berat dan serak, membuat Tara merinding seketika. Perempuan itu diam sejenak.
"Ra?"H-hah? Kok baru bangun?!"
"Ketiduran abis subuhan tadi,"
"Jadi berangkat, gak? Atau Kak Raka istirahat aja?"
"Mau kemana?" Di sisi Raka, ia mengubah posisinya yang tadinya tiduran, kini menjadi duduk dan menyisir rambutnya ke belakang.
Terdengar Tara membuang nafas panjang. Ia sudah menduga hal ini. Padahal Raka sudah berjanji untuk pergi.
"Ya udah. Kak Raka istirahat aja. Aku mau ke rumah Mama." Putusnya dan menutup panggilan terlebih dahulu.
"Ra? Tara? Halo?" Raka menatap ponselnya. Ternyata Tara sudah menutup panggilan. Raka dengar Tara mengatakan kata packing. Memangnya Tara mau kemana sampai-sampai Tara membawa barang-barang?
Raka melompat dari ranjangnya dan berlari menuju kamar mandi untuk mencuci muka. Lalu ia mengambil kunci mobilnya untuk pergi ke apartemen Tara. Masa bodoh dengan pakaiannya berantakan. Hanya memakai kaos abu-abu tua dan celana pendek berwarna hitam. Posisinya sekarang berada di rumah orang tuanya. Sekarang ia bergegas menuju apartemen Tara.
Sesampainya di apartemen gadisnya, ia masuk dan membuka pintu kamar Tara. Gadis itu belum berangkat ternyata, hanya sedang beres-beres.
Tara terkejut sampai mundur. "Ngangetin!"
"Mau kemana?!" Panik bukan main. Ucapan Raka membuat Tara terkejut. Pasalnya Tara terlihat membereskan pakaian di tas ukuran besar.
"Gak kemana-kemana. Tadi kan, aku udah bilang mau ke rumah Mama. Kenapa Kak Raka ke sini?"
"Lo mau nginep? Bawa tas baju segala?"
"Aku cuma beresin bajunya. Kak Raka lupa juga kita mau kemana harusnya. Ya udah, daripada diperpanjang masalahnya, mending gak jadi." Ucap Tara membuat Raka menyerngit heran.
KAMU SEDANG MEMBACA
UTARA
Teen FictionUtara Adzkia. Perempuan yang memiliki rambut dan tubuh yang pendek, serta sifatnya yang benar-benar lucu, mendapati kakak kelas yang menarik perhatiannya. Beruntung, laki-laki itu satu ekstrakurikuler dengannya. Laki-laki itu bernama Raka Ganendra...