25. Aneh

249 49 7
                                    

Ini sudah hari ketiga Tara dirawat di rumah sakit. Entah mengapa dirinya mendadak bersemangat karena yang ia dengar, ia bisa pulang hari ini. Namun, orang tuanya belum juga mengatakan hal ini. Selain itu, Tara juga berharap Raka datang lagi. Mungkin saja. Ia lama-lama menjadi suntuk di ruang rawat.

Jam menunjukkan pukul sepuluh. Michael sedang mandi karena sehabis melakukan jogging di sekitar rumah sakit. Tara menghela nafas. Ia sangat ingin cepat-cepat pulang.

Michael keluar dari kamar mandi dengan handuk yang ia gosokkan pada rambutnya. Wangi sabun yang digunakan tercium sampai hidung Tara.

"Kak Maik, kapan aku pulang?" Tanya Tara dengan cemberut.

"Nanti sore kali. Lo juga belum copot infus." Balasnya sambil menyisir rambutnya kebelakang.

Perempuan itu kini turun dari ranjangnya. Ia mengambil kantong infus yang tergantung dan membawanya. Tara berjalan ke arah sofa untuk memakan camilan dan menonton TV.

Michael duduk di sebelah adiknya dengan bermain ponselnya. "Sabar aja, nanti juga di kasih tau kapan pulang." Ucapnya membuat Tara mengangguk. "Sini gua bukain bungkusnya."

"Gak, udah bisa." Balas Tara sambil membuka bungkus camilan.

Kini Tara menikmati makanannya, sedangkan Michael bermain ponselnya. Sejak Tara dirawat di rumah sakit, Michael yang menjaganya sehingga ia harus ijin sekolah. Tidak pernah pulang ke rumah. Lagi pula sekolah hanya akan diisi kegiatan class meeting atau jam kosong. Baju-bajunya dibawakan oleh Airin. Jika ingin makan, Michael bisa beli lewat aplikasi.

"Kak Maik udah beli jas buat wisuda?" Tanya Tara disela-sela kesibukan mereka masing-masing.

"Gua punya banyak, ngapain beli. Tinggal cuci lagi aja kayaknya."

Tara mengangkat sebelah alisnya dan menatap laki-laki itu. "Oh, ya? Aku belum pernah liat, sih," ujarnya membuat Michael mengangguk-angguk.
"Aku belum pernah liat Kak Maik pake jas. Kayak gimana ya?"

"Cakep, lah. Gua gitu, loh!" Michael terkekeh.

"Dih? Narsis banget," Ledek Tara.
"Gantengan juga Jungkook ku."

"Gak."

Tara memutar bola matanya malas.

Tiba-tiba Tara teringat obrolan Michael dengan Surya beberapa hari lalu. Apa benar Michael akan pergi ke Belanda? Tara ingin menanyakannya, tapi tidak ada keberanian. Tara merenung sejenak.

"Mmm... Kak,"

"Hah?"

"Kak Maik nanti kuliah?" Tanyanya pelan.

"Iya, kenapa?"

"Ambil jurusan apa?"

"Pengennya seni rupa, sih. Tapi kayaknya ambil business and management aja," jelasnya kepada Tara.

Tara menatap kakaknya itu. "Kenapa gitu? Kok gak ngikutin kemauan?"

"Kalo lo gak lupa, Papa punya perusahaan. Ya kali gua gak bantu,"

"Tapi kan, seneng kalo masuk jurusan yang disuka?"

"Masih ada S2, gak usah buru-buru. Kuliah juga gak harus dimulai abis SMA atau SMK. Abis nikah juga bisa, umur tiga puluhan juga bisa, udah punya lima anak juga bisa. Chill aja." Ujar Michael. Ada benarnya juga.

"Oh, iya-iya. Chill," Tara tertawa kecil.
"Kuliah dimana?"

Yang tadinya Michael berbicara sambil fokus pada ponselnya, kini ia menatap Tara dengan berkedip. "Korea Selatan."

"HAH?!" Matanya terbelalak kaget setelah mendengarnya.

"Kenapa?"

"Katanya ke Belanda?"

UTARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang