23. Jadi ini alasannya?

234 43 0
                                    

"Kak Maik!" Teriak seorang perempuan berambut pendek sambil mengejar Michael.

Michael mendengar teriakkan itu. Namun, ia enggan untuk berhenti. Pun, Michael tidak ingin repot-repot menoleh ke belakang.

"KAK MAIK, TUNGGU!" Beruntung, koridor sekolah satu ini tidak banyak orang yang berlalu-lalang. Berharap tidak ada yang terganggu oleh teriakan gadis mungil itu.

Senin telah tiba. Hari ini adalah hari terakhir Tara melewati ujian akhir semester. Karena hari ini hanya ada satu mata pelajaran, setelah mendengar bel pulang sekolah Tara langsung berlari menuju kelas Michael. Sudah hampir satu minggu Michael menghindarinya.

Laki-laki itu berhenti tiba-tiba dan menghela nafas. Lalu, ia berbalik badan dan merasakan tabrakan di dadanya.

"Aduh, sakit!" Ujar Tara sambil mengusap-usap hidungnya.

Michael menatapnya datar. "Apa?"

Kini Tara mendongak dan mundur sedikit. "Maaf. Kak Maik jangan berhenti tiba-tiba dong!"

"Lo mau apa sekarang?" Ketusnya.

"Pulang,"

"Ya udah sana pulang!"

Tara cemberut mendengarnya. "Pulang sama Kak Maik..."

Michael membuang muka. "Pulang sama yang lain aja dulu, gua mau pergi. Ada kepentingan," Setelah itu, Michael melanjutkan langkahnya untuk menuju parkiran.

Tara menyusul dengan langkahnya yang cepat. "Kak Maik masih marah? Maafin aku..."

"Gak, Ra. Lo gak salah, kenapa minta maaf?"

"Kak Maik ada masalah?"

"Gak."

"Bohong!"

"Gak, Ra."

"Kalo gak bohong, ayo pulang bareng,"

Mereka berdua sudah sampai parkiran. Michael hendak menaiki motornya. Namun, Tara terus memegangi ujung seragamnya yang keluar itu.

"Sama yang lain aj—... Raka!" Teriak Michael saat melihat Raka yang sedang melangkah santai menuju parkiran. Hal itu membuat Tara mengalihkan pandangannya ke arah laki-laki yang dipanggil tadi.

Raka nampak kaget. Bahkan saat ini langkahnya terhenti. Apakah Raka mimpi? Michael memanggilnya? Ia menaikkan sebelah alisnya, lalu menghampiri Michael dan Tara.

"Lo manggil gua?"

"Tolong anterin dia. Gua cabut duluan." Ucapnya dengan melirik Tara.

Tara menatap Michael yang mengabaikannya. "Gak mau! Mau pulang sama Kak Maik aja!" ujarnya sambil menarik-narik ujung seragam Michael.
"Lagian Kak Maik pulang, kan?"

Tanpa menjawab pertanyaan dari Tara, Michael langsung menaiki motornya dan memakai helm, lalu pergi meninggalkan area sekolah. Kini gadis itu menjadi lesu.

"Jahat!" Dumelnya.
"Kak Maik tega! Tega! Tega banget!"

Raka mengerjapkan matanya berkali-kali. Ia melihat Tara seperti anak kecil tidak diberi permen. Namun, Tara meneteskan air matanya dan mengusapnya secepat kilat.

"Lo mau kemana?!" Teriak Raka saat Tara melaluinya begitu saja. Raka cepat-cepat menarik lengan perempuan itu.

"Pulang!"

"Ayo, gua anter."

"Mau jalan kaki aja."

"Tunggu!"

Raka lari untuk mengambil motornya. Belum ada satu menit, Tara tidak terlihat di mata Raka. Perempuan itu kemana? Raka segera keluar area sekolah. Tara berjalan di trotoar dengan menunduk dan lesu.

UTARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang