A/n: maaf ya guys, w cepetin alurnya biar cepet dpt hilal mau selesai nya (kali aja) 😭😅☝🏻
Soalnya w nulis part maren tuh kek sesak napas sndri, takut nerusin kejadian itu HAHAHA MAAF YAAA 🥺💐***
Waktu terus berjalan. Semua tidak terasa jika terlewati begitu cepat. Michael sudah sembuh total, Tara akan mengikuti ujian akhir semester, dan Raka serta siswa kelas dua belas lainnya akan mempersiapkan kelulusan. Masalah kemarin, sudah larut begitu saja, walaupun belum selesai sepenuhnya. Namun, bukan berarti Raka sudah bisa memaafkan Michael. Kedua laki-laki itu masih saja melempar tatapan sengit jika bertemu.
Soal Tara dan Michael, mereka benar-benar menjadi kakak adik, bahkan sudah tinggal satu atap. Surya dan Airin sudah menikah sah secara agama dan hukum satu bulan lalu, tetapi tidak mengundang banyak orang. Hanya orang-orang terdekat saja. Rencananya Surya dan Airin akan mengadakan pesta pernikahan mereka saat libur sekolah anak-anak mereka nanti. Tara sudah bisa menerima Surya sepenuhnya, walaupun Surya semakin sering menjahili Tara. Rumah mereka masih sama. Surya tidak mengajak Airin dan Tara pindah ke rumahnya, biar Surya dan Michael saja yang pindah. Rumah Surya tetap ditinggali. Terkadang Michael akan pulang ke rumah lama dengan embel-embel healing. Healing kok tetap di rumah.
Satu lagi mengenai Tara dan Raka. Jika diingat-ingat kejadian waktu itu, Tara masih saja malu. Pipinya akan merah seperti tomat jika membayangkannya lagi. Raka benar-benar tidak waras! Ia ucapkan seperti itu dalam hati saat bertemu dengan Raka. Hubungan Tara dan Raka masih teman. Entahlah. Raka memang suka sekali menarik ulur perasaannya. Tara tidak tahu apakah Raka benar-benar suka padanya atau sudah suka orang lain. Tara tidak pernah menyinggung soal itu. Lagipula Tara nyaman jika begini. Dekat, tetapi hubungan tidak jelas.
"Kak Raka, lusa aku udah mau ujian,"
Malam Minggu memang enaknya jalan-jalan. Raka menjemput perempuan itu menggunakan mobil secara tiba-tiba dengan alasan jalan-jalan sebentar saja. Hal itu membuat Tara tergopoh-gopoh. Tentu saja. Siapa yang tidak terkejut jika tiba-tiba dijemput seperti itu? Laki-laki itu mengajaknya ke mal terdekat, alasannya mencari makan malam. Kini mereka sedang berada di sebuah restoran khas Korea. Itu direkomendasikan oleh Tara.
"Enam hari?" Tanya Raka sambil mengelap tangannya dengan tisu.
Tara mengangguk singkat. "Seperti biasa, diawali dengan mapel agama sama bahasa Indonesia." Ucapnya dengan terkekeh.
"Hm, semoga lancar,"
"Gitu doang?" Sewotnya dengan mengalihkan pandangannya ke Raka.
Tadinya yang memperhatikan ponselnya, kini Raka mengalihkan pandangannya ke Tara yang menatapnya sebal. "Emang lo maunya gimana?"
"Au ah, males!"
Makanan yang mereka pesan telah diantar. Tidak ada percakapan lagi. Tara menikmati makanannya tanpa memedulikan sekitar. Satu hal terlintas dipikirannya. Pipinya kini memanas. Ia terus menunduk untuk menyembunyikannya.
"Ra, kenapa?" Tanya Raka saat menyadari ada yang aneh pada gadis itu.
Dengan cepat Tara menggeleng. "Gak kenapa-kenapa!"
"Pipi lo merah. Kalo gak kuat sama pedesnya jangan dilanjut,"
"Ih, gak! Ssttt diem!" Padahal makanan yang ia pesan memang merah merona, tapi tidak pedas. Malu melapisi jiwa raganya. Ia berpura-pura meminum minumannya dan membenarkan rambutnya. Tara tersenyum.
"Lo kenapa?"
"Gak kenapa-kenapa. Udah, lanjut makan aja."
Haduh, Tara! Ada-ada aja sih!
KAMU SEDANG MEMBACA
UTARA
أدب المراهقينUtara Adzkia. Perempuan yang memiliki rambut dan tubuh yang pendek, serta sifatnya yang benar-benar lucu, mendapati kakak kelas yang menarik perhatiannya. Beruntung, laki-laki itu satu ekstrakurikuler dengannya. Laki-laki itu bernama Raka Ganendra...