Rabu telah tiba. Saat ini Tara berada di perpustakaan sekolah untuk membaca novel kesukaannya. Di sana, ia duduk sendiri karena Azra sedang latihan untuk tampil lomba besok malam.
Omong-omong tentang besok malam, Tara masih bimbang untuk memilih ajakan siapa. Dirinya pun belum mengabari kedua kakak kelasnya itu.
Tara bingung. Namun, mungkin Mamanya bisa memberi solusi. Ya, Tara akan meminta saran dari Mamanya.
Bel masuk akan berbunyi sekitar sepuluh menit lagi. Tara mengembalikan buku ke tempat semula dan keluar dari perpustakaan. Ia duduk di kursi depan perpustakaan untuk memakai sepatunya.
Perempuan berambut pendek itu berjalan kembali ke kelas. Di lorong lab IPA, Tara berpapasan dengan Raka. Tara yang mengetahui itu pun, langsung menunduk berpura-pura tidak tahu. Ia tak ingin menoleh karena takut akan salah tingkah.
Tara berjalan cepat. Di saat seperti ini, mengapa kelas terasa sangat jauh?
Raka yang tahu Tara hanya menunduk dan tidak menyapanya pun, bingung. Perempuan itu seperti dikejar seseorang saja. Itu pikirnya.
Di kelas Tara langsung duduk dan menghela nafas lega.
Tumben kak Raka ke lorong IPA? Abis darimana ya?
***
"Raka!"
Lelaki itu menoleh ke arah siapa yang menyebut namanya tadi. Saat ini Raka sudah berada di kelas untuk jam pelajaran dan sedang menunggu guru datang. Maka dari itu, suasana kelas sangat berisik dan berantakan.
"Ya?"
Perempuan yang memanggilnya tadi, kini duduk depan meja Raka.
"Sorry ya gua bikin salah paham cewe lo? Gua gak bermaksud. Tolong sampein maaf gua ya?" Naya, perempuan itu mengatakannya dengan gelisah.
"Cewe?" Tanya Raka. Perempuan yang Naya maksud siapa?
"Kok? Parah, pacar sendiri gak inget,"
Raka masih bingung. Naya ini bicara apa? Memangnya Raka punya pacar?
"Hih! Lo tuh ya! Jangan dipikir gua gak tau. Aji bilang kemaren lo sempet bertengkar sama pacar lo, karena lo nganterin gua balik kemaren."
Jago cepu juga ternyata.
"Ah? I-iya, santai aja." Ucap Raka dengan terbata-bata.
"Bener ya? Sampein loh! Gua gak mau jadi perusak hubungan orang. Amit-amit deh, heuu!" Setelah itu, Naya kembali ke kursinya.
Jadi, Tara yang dimaksud?
Aji datang dengan wajah yang senang dan tersenyum-senyum. Temannya itu berjalan mengendap-endap menuju Raka. Aji mengejutkan Raka yang sedang melamun dengan menatap keluar jendela.
"WEY YO WASSAP MEN!" Kejut Aji kepada Raka membuat satu kelas pun ikut terkejut.
"Sini lo!" Raka berdiri dan menghampiri Aji yang tidak jauh darinya. Ia mencekik leher Aji dengan lengannya.
Hal itu membuat kelas heboh.
"HEH HEH WOY, ASTAGA! LO NGAPAIN!" Teriak Aji yang seperti ingin kehabisan nafas.
"Lo yang ngapain kemarin, hah?" Ucap Raka santai.
"HEH, LEPASIN! GAK BISA NAPAS, TOLONG!" Teriak Aji lagi.
"WOY BANTU GUA KEK, JANGAN DILIATIN DOANG GEMBEL!""AJIIIII!!!"
"RAKA LEPASIN, ANAK ORANG KASIAN!"
"BECANDA LO JANGAN KELEWATAN WOY!"
"CANGCIMEN CANGCIMEN."Satu kelas tambah berantakan akibat perlakuan Raka. Raka kesal dengan Aji yang selalu tidak bisa menjaga rahasianya.
KAMU SEDANG MEMBACA
UTARA
Fiksi RemajaUtara Adzkia. Perempuan yang memiliki rambut dan tubuh yang pendek, serta sifatnya yang benar-benar lucu, mendapati kakak kelas yang menarik perhatiannya. Beruntung, laki-laki itu satu ekstrakurikuler dengannya. Laki-laki itu bernama Raka Ganendra...