24. Oh no...

226 52 3
                                    

"HEH! WOY RAKA!" Azra berlarian tergesa-gesa sepanjang koridor untuk mengejar Raka. Banyak siswa-siswi yang melihat mereka. Sebenarnya Raka tahu, tapi malas saja menghadapi kehebohan Azra.
"BERHENTI, WOY. RAKA, BUDEK LO, HAH?!"

Raka menghela nafas dan berbalik badan melihat Azra. Kini perempuan berambut panjang itu berhenti dengan nafas yang tersengal-sengal. Secepat kilat Azra mengibaskan rambutnya dan berkecak pinggang. Menatap Raka dengan tatapan butuh penjelasan. Pasalnya, tiba-tiba Raka datang ke kelasnya dan menitip surat dari Tara. Begitu katanya.

"TARA SAKIT APA?! KOK LO YANG NGANTER SURAT?" Teriak Azra dalam satu tarikan nafas, membuat Raka meringis pelan karena telinga sedikit tidak aman.

"Jangan teriak-teriak."

"Jelasin!"

"Gua cuma nganter surat,"

"Terus?"

"Ya? Terus?"

Azra melotot mendengar responnya. Bagaimana bisa Tara betah mengobrol dengan laki-laki kulkas seperti laki-laki itu? Spontan Azra menepuk lengan Raka, tapi tidak mengenainya. "Rumah sakit mana? Lo tuh bisa gak sih jelasin yang bener? Heran gua. Gimana bisa sih, Tara betah ngobrol sama lo? DARAH TINGGI GAK, SIH?!"

Laki-laki itu menatap Azra datar. Yang heran adalah dirinya. Bagaimana bisa Tara berteman dengan manusia setengah lumba-lumba seperti ini? Suka teriak-teriak dan suaranya yang... Begitulah. "Rumah sakit deket komplek nya. Lo tau, kan? Gitu aja, kalo perkara sakitnya gua belum tau." Setelah mengatakan itu, Raka melanjutkan langkahnya.

"OK, THANKS. LAIN KALI KALO NGEJELASIN, JELASIN YANG SEJELAS-JELASNYA!" Teriak Azra kembali tanpa dihiraukan oleh Raka.
"Tuh Tara bukannya plong abis ujian, malah nge-drop..."

Seandainya Tara tahu kelakuan teman satu-satunya ini, pasti akan malu.

***

Pulang sekolah, Raka berniat pergi ke rumah sakit untuk menjenguk Tara. Ia mampir ke sebuah toko roti, membeli beberapa untuk Tara. Berharap perempuan itu akan menyukainya. Setelah membeli beberapa roti, ia langsung pergi ke rumah sakit tanpa pulang terlebih dahulu.

Sesampainya di rumah sakit, Raka masuk dengan menenteng kreseknya lalu menanyakan ke petugas di mana letak kamar yang dihuni gadis itu. Setelahnya, Raka pergi diantar oleh salah satu perawat di sana.

"Ini, Mas." Ujar perawat perempuan yang mengantarkan Raka ke kamar Tara.

"Ya, makasih."

Perawat itu meninggalkan Raka depan pintu kamar. Kini laki-laki mengambil nafasnya sebelum masuk. Ia mengetuk pintu kamar pelan. Terlihat Michael yang membukakan pintu. Lalu, Raka masuk.

"Masuk aja,"

"Thanks."

"Lo sendiri?" Tanya Michael saat melihat Raka datang.
"Duduk situ aja, gua duduk di sofa kok."

Raka duduk disebelah ranjang pasien. "Ya." Kini perhatian Raka beralih ke ranjang pasien yang ditiduri Tara. Perempuan itu nampaknya tengah terlelap. Terdapat selang infus di tangan kirinya.
"Dia tidur?" Kini Raka menatap Michael yang sedang menonton TV.

Laki-laki itu memakan kacang nya dan menonton layar TV tanpa menatap balik Raka."Iya, kena obat. Bentar lagi juga siuman, udah lama tidur."

Suara batuk tiba-tiba saja terdengar.

"Buset!" Hampir saja Michael tersedak kacangnya karena mendengar suara batuk dari Tara.

Raka mengambil gelas berisi air yang berada di atas meja, lalu membantu Tara duduk. "Minum dulu." Raka memberikan gelasnya.

UTARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang