"Ra, lo tau gak sih?"
"Gwak, kenwapa tuwh?" Balas Tara kurang jelas karena mulutnya penuh makanan.
Saat ini jam olahraga sedang berjalan, Tara dan Azra kini berada di taman kecil depan perpustakaan untuk makan bekal, karena kemarin Azra meminta untuk membawa bekal bersama saja. Kebetulan di taman depan perpustakaan ada tempat duduk serta dekat dengan lapangan.
Sebenarnya jam istirahat sepuluh menit lagi, tetapi karena jam olahraga selesai lebih dulu maka dari itu murid-murid diperbolehkan beristirahat.
"Apaan sih? Abisin dulu makanan lo deh!"
Tara menelan makanannya. "Apaaa?"
"Kemarin kak Raka nyariin lo tau," Ucap Azra.
"Dia nanya lo ke UKS apa gak, masuk sekolah atau gak.""UKS? Kapan aku ke UKS?" Tanyanya lalu menyuapkan sesendok makan ke mulutnya.
"Lo kemarin bolos ekskul kan? Ketauan, Kak Raka marah sih keliatannya," Jelas Azra mengompori temannya.
Perempuan itu kini memelankan kunyahannya. Raut wajahnya terlihat gelisah. "Masa sih? Jangan boong!"
"Gak cayaan amat! Makanya lo tuh jangan bolos, mana bolos bilangnya sakit. Sakit beneran, tau rasa lo!" Cerocos Azra pada Tara.
"Kamu doain aku sakit?"
"Lagian lo sendiri yang bikin ulah."
Tara cemberut mendengar ucapan Azra. Memang benar, ini adalah salahnya sendiri. Namun, bukan itu maksud dari bolosnya. Ia bolos bukan berniat untuk pergi dengan Michael, tetapi tidak ingin bertemu dengan Raka.
"Ngapa dah pake acara bolos, biasanya lo paling seneng tuh ekskul diadain?" Ujar Azra sambil mengunyah.
Tara sempat diam sebentar. Ia mendekati Azra.
"Kamu tau gak sih, apa yang aku mimpiin kemarin waktu tidur di kelas?" Tara berbisik.
"Hah? Apaan emang?"
"Aku mimpi in Kak Raka, dia bilang dia sayang aku gitu. Aneh banget. Makanya, aku gak mau liat Kak Raka dulu. Malu..." Jujurnya.
"Hah, seriusan? Becanda mimpinya, mana mau si Raka sama lo?" Azra balik berbisik.
"Kok kamu gitu sih?! Jahat!"
"Woi, gosipin apaan tuh ampe bisik-bisik!" Aji meneriaki Tara dan Azra.
"Ka, pacar lo noh!"Tara menoleh ke asal suara tersebut. Ia melihat Raka dan Aji berada di depan perpustakaan. Perempuan itu menatap Raka yang sedang menatapnya dengan tatapan sengit. Tatapan itu membuat hatinya tertusuk.
Kenapa?
Raka masuk tanpa mengatakan sepatah katapun. Laki-laki itu mengabaikan ucapan Aji dan melenggang pergi.
"Kepo amat kudanil," Balas Azra untuk Aji.
"Ngapa lo di situ? Mau bersih-bersih?""Sekate kate lo! Ambil buku nih, di suruh gua. Dah ye, duluan." Ucap Aji dan menyusul Raka dalam perpustakaan.
Azra mengedikkan bahunya dan menatap Tara.
"Ra, lo kenapa? Jangan bilang lo kesurupan. Ra, Ra?!" Ucap Azra dengan menggoyangkan pundak Tara.
"Gak kenapa-kenapa." Lirihnya. Ia masih melihat pintu perpustakaan, tetapi tidak bisa melihat Raka karena perpustakaan saat tertutup.
Tara menunduk dan membuang nafas gusar. Ia membereskan kotak bekalnya lalu berdiri. Di saat itu bertepatan dengan Raka yang keluar dan sudah membawa beberapa tumpukan buku. Raka melihat Tara berlari sambil membawa bekalnya dan Azra yang berkali-kali memanggil Tara.
KAMU SEDANG MEMBACA
UTARA
Teen FictionUtara Adzkia. Perempuan yang memiliki rambut dan tubuh yang pendek, serta sifatnya yang benar-benar lucu, mendapati kakak kelas yang menarik perhatiannya. Beruntung, laki-laki itu satu ekstrakurikuler dengannya. Laki-laki itu bernama Raka Ganendra...