TIGA PULUH ENAM

918 120 1
                                    

"Bikin masalah apa lagi, lo?" Naya menatap Jordy jengah. Melihat Caka yang kini tertawa, Naya menggeplak bahu Caka. Elang sedang masa skors, dan Jordy ada latihan renang untuk masuk ke babak selanjutnya. Jadi yang tau semuanya, hanya Caka.

"Gue diem aja di atas mangga."

"Pinter akting lo, Nay." Ujar Caka dengan wajah berbinar. Jordy menahan Naya, yang akan berjalan menghampiri Caka. "Parah Jo, tadi."

"Bikin ulah apa?"

"Nggak ada Jordy." Kata Naya dengan kesal. "Caka, jangan fitnah."

"Terus baju olahraga si Zahra, kenapa jadi warna kuning?" Jelas Caka menahan tawa. Jordy, menatap Naya seksama. Sialan memang Caka. Elang, si ketua osis pasti sudah mendengar kejadian di sekolah hari ini. Semenjak Elang selalu baik, Naya jadi tidak leluasa untuk melakukan keinginannya. Selalu saja Elang ada di setiap Naya berada. Untung saja hari ini Elang tidak masuk.

"Gue kira masalah apa." Kata Jordy menghela napas lega. "Takut kayak Alka."

Lalu Naya dan Caka terbahak mengingat yang sedang menimpa Alka. Anak itu akhirnya memilih sekolah di tempat sekolah Naya dulu.

"Terus lo ngapain elapin motor?" Mulut Caka emang harus Naya sumpel pakai tissue. Tatapan Jordy sudah seperti musuh menemukan mangsanya, tangannya sudah memegang motor Naya. Kali ini Jordy yang harus tegas terhadap Naya. Perempuan satu ini, semakin di biarkan, semakin menjadi. Jodry tidak mau lagi Naya punya masalah. Masalah keluarga maminya sudah selesai, bukan berarti Naya harus punya masalah lagi.

"Mau ke mana?"

"Balapan."

"Baru kemaren lo bikin ulah di Karawang, sekarang mau balapan? Mantap Naya." Kata Caka memberikan dua jempol pada Naya. Jordy langsung menggeplak kening Caka. Sudah tau sifat Naya seperti apa, masih saja jadi kompor.

"Awas tangan lo." Ujar Naya, menyingkirkan tangan Jordy yang sejak tadi mengusap motor milik Naya. Caka tertawa, bahkan menjulurkan lidah pada Jordy.

"Nggak bisa."

"Gue hajar ya, Jo."

"Gue harus ikut."

"Yuadah naik tuh motor si Caka." Caka menoleh cepat, kepalanya menggeleng. Ia harus tolak saran Naya.

"Gue tetap naik motor sama lo."

"Kenapa sih, Jo?" Caka berhenti kala memdengar suara Naya, padahal Caka sudah siap memakai helm. "Lo biasanya santai aja liat gue pake motor."

"Mulai hari ini, gue harus awasi lo." Caka jadi bingung mesti ngapain. Sudah siap melaju, ada saja drama dua bocah di hadapannya.

"Sape yang bayar lo?"

"Papi Gana."

"Jadi bodyguard Kanaya, lo?" Ledek Caka dengan tawanya. Biasanya memang Jordy tidak selebay ini. Hari ini agak sedikit aneh, sampai Caka dan Naya merasa tidak mengenal sosok Jordy biasanya.

"Nah lo di ketawain Caka." Kata Naya, ikut tertawa juga. Caka lalu berjalan, merangkul pundak Jordy.

"Gue cekik lo, Ca." Tangan Jordy sudah menggeplak punggung Caka, hingga keduanya saling tabok satu sama lain. Naya memutar bola matanya dengan wajah malas. Pantas saja mereka cocok di juluki dua cumi, kelakuan mereka mirip.

"Ngamuk mulu, lo." Caka melepaskan rangkulannya, lalu berjalan ke arah motornya.

"Kayaknya Ca, ini anak tadi pas renang ketemu gurita deh." Ujar Naya tiba-tiba, tangannya sudah memakai sarung tangan. Tidak ada yang bisa melarang apa yang akan Naya lakukan.

IT'S ME KANAYATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang