DUA PULUH DUA

821 121 10
                                    

Jordy dan Caka keheranan melihat Kanaya membawa indomie. Pasalnya, ini semakin lama, Naya semakin tengil. Dengan gaya menyebalkan, Naya berdiri di depan jalan kantin. Bahkan orang-orang berniat masuk kantin saja, pada sungkan.

"SELAMAT SIANG KALIAN!!!" Kan, Jordy dan Caka sudah menebak. Setiap hari selalu ada ucapan dari Kanaya. Dan lebih lucunya lagi, semua para murid yang di kantin, menjawab sapaan Naya.

"Napa lo, Jo?"

"Ngapain lo bawa indomie?"

"Wah, prontal ini anak." Caka hanya mengangguk, sudah malas menanggapi Naya. "Ya, buat di makan lah."

"Makan mentah?"

"Kagak elah." Jordy masih setia menatap Naya. "Gue ke mang Yahya dulu, mau masak indomie."

Hampir saja Caka terjengkang. Seribet itu Naya, mau makan indomie. Padahal, tinggal pesan mang Yahya, jadi. Harus banget bawa dari rumah? Kemaren nasi goreng. Sekarang, Indomie. Besok apa lagi? Jordy dan Caka masih setia melihat Kanaya di warung mang Yahya. Ini serius Jordy rasanya ingin memakai helm, dan tidak mau mengakui Naya sebagai saudaranya.

"Nape lo berdua?" Surya sudah duduk di samping Jordy. Lalu mengikuti tatapan kedua sahabat Naya. "Gitu amat kalian, liatin Naya."

"Sur." Panggil Caka, masih dengan posisi sama. Yakni melihat Naya di warung mang Yahya.

"Apa Ca? Gue lagi makan siomay."

"Lo tau apa yang kita berdua liat?"

"Naya."

"Tepat."

"Terus, lo berdua napa sih!? Aneh banget."

"Kalau mau makan indomie, harus bawa gitu dari rumah?"

"Ya kagak, Ca. Tinggal ke warung mang Yahya aja, di bikin langsung."

"Masalahnya Naya bawa dari rumah indomienya."

"Anjir!!" Surya sampai kepanasan makan siomay, lalu melihat Naya masih berdiri dengan tangan memainkan ponselnya. Surya beberapa kali menahan nafasnya, mendengar perkataan Caka. Lalu melihat ke arah Jordy, masih bungkam.

"Itu yang kita liat." Sambung Jordy dengan helaan nafas, lalu menyudahi tatapan ke arah Naya. Jordy mengambil pesanannya, siap menyantap.

"Untung kagak ada si Elang. Makin jadi kelakuan mereka kalau bersatu." Gumam Surya, lalu melanjutkan makannya. Caka dan Jordy terdiam mendengar ucapan Surya. Memang ada benarnya juga sih, kalau ketua osis ada di sini, sudahlah kacau.

"Makan guys." Naya duduk di samping Caka, lalu makan tanpa ada niatan memberi penjalasan. "Nggak usah pada liatin, gue makan indomie."

Kini mereka menikmati makan siang, dan tak lupa pergibahan di mulai. Tenang saja, gibah kali ini soal mangga, bukan orang lain. Naya mana mau ikut campur urusan orang lain, kecuali liat dengan jelas.

"Oh, ini sekertaris yang katanya di takutin." Naya hanya mendongkak ke arah meja makan Bunga, dan temannya. Jangan lupakan ada Ratu si sekertaris medit. "Berani juga lo ngaduin gue."

"Karena lo udah keterlaluan."

"Bukan keterlaluan Ratu sayang, tapi cocok buat seorang cewek munafik. Ya, kayak si Bunga."

Senja lagi aja.

Bosan lama-lama Naya melihat Senja. Ada saja masalahnya. Entah itu mutia, Bunga, Zahra, dan sekarang Ratu. Kayaknya memang Senja tipe anak yang ingin menang. Egonya tinggi dan keras kepala. Naya tidak peduli dengan perseteruan mereka. Makanan lebih menggoda.

"Senja tuh kenapa sih?" Tanya Caka, kini semua mulai beralih melihat perdebatan yang takjub. "Ada aja masalah dia, tuh."

"Nggak usah di pedulin." Tegur Naya, sembari menyantap makannya. "Kepedean dia kalau dapat perhatian dari kita."

IT'S ME KANAYATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang