TUJUH BELAS.

863 116 8
                                    

Acara yang benar-benar di luar dugaan Elang. Acara kemaren perihal drama Cinderella, sukses membuat penonton tertarik. Apalagi peran yang mereka jalani, sangat menjiwai setiap pemainnya. Dan sesuai janji Elang, akan mengajak Naya jalan-jalan. Meskipun acara kemaren ada perdebatan Naya dan Senja, namun bisa di perbaiki secara ptofesional. Tapi, tetap saja Naya dan Senja mendapatkan hukuman. Orangtua Senja bahkan meminta maaf pada Bunga yang menjadi korban Senja. Di luar dugaan, Papi dan Mami Naya mengenal orangtua Senja. Supaya adil, Naya dan Senja mendapatkan hukuman dari kepala sekolah langsung.

"Enak?"

"Namanya makanan."

"Bukannya bersyukur. Gue niatnya ajak jalan, bukan jajanin." Naya mendengus kesal, mengabaikan tawa Elang. Lalu kembali menyuapkan makannya.

"Ide dari mana lo, ngajakin gue ke sini."

"Niat gue tadinya mau bawa ke tempat resto bokap lo. Di sana banyak jajanan tuh. Eh, takut lo bosen liat resto bokap lo."

"Yeee sok tau."

"Oh kode?" Naya melotot, menjambak rambut Elang. "Nanti gue cari waktu, gue ajakin makan sore di sana. Tapi geratis ya, Nay?"

"Kalau untuk soal jualan, nggak mandang kenal dan kawan. Bayar tetap bayar. Jordy aja bayar, sodara gue."

"Gue kadang kasian sama Sastra."

"Karena?"

"Jarang banget mulut lo, nyebut nama dia."

"Mungkin karena Jordy satu lingkungan sama gue."

"Iyahlah. Dari bayi."

"Iri." Elang tertawa, lalu menarik tangan Naya. Alasan Elang tidak mengajak Naya ke resto papi Naya, pasti banyak anak Candana. Tau lah murid Candana, isinya mulut gibah. Ya, termasuk perempuan yang di samping Elang.

"Makan indomie warkop, yuk?" Ajak Naya dengan mata menatap tujuannya. Elang melongo tidak percaya. Pasalnya, baru saja makanan turun ke perut, Naya sudah mau makan lagi.

"Nay, lima menit yang lalu bakso malang masuk dalam perut lo."

"Ya terus?"

"Kembung nanti."

"No. Gue masih pengen makan indomie."

"Tinggal bikin di rumah aja sih." Naya menarik baju Elang, menghampiri warkop yang kini sepi. Tidak peduli ocehan Elang, Naya tetap jalan. "Nay, Astagfirullah gue di seret."

"Bacot lo." Elang menghela nafas dengan pelan. "Duduk."

Dengan wajah melas, Elang menurutin perkataan Naya. Daripada debat di warung orang, lebih baik nurut saja. Sepertinya perut Naya tau kalau sedang di traktir, makanya bawaannya lapar terus.

"Habis ini, pulang." Naya menoleh, lalu mengangguk. Lagipula sudah jam 8 malam, ya waktunya pulang. "Nay."

"Hmm."

"Itu Lili bukan?" Naya menatap Elang, lalu mengikuti arah telunjuk Elang. "Mungkin ini jati diri dia."

"Yailah El, dia jalan doang. Jati diri apanya?"

"Liat Kanaya dia sama siapa."

"Anak chilliders." Gumamnya, lalu melihat Elang menggelengkan kepala. Memberikan peringatan jangan ikut campur, apalagi sampai menegurnya.

"Biarin aja. Hak dia." Jelas Elang, jangan sampai Naya menghampiri Lili. Bisa heboh satu sekolahan.

"Bersyukur si Caka udah lepas." Elang mengangguk setuju. "Tuh indomie, cepat makan."

IT'S ME KANAYATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang