DUA PULUH SATU

859 118 2
                                    

Dua laki-laki remaja kini tengah berdiri dengan wajah galaknya, menatap dua manusia baru saja sampai. Kerutan di dahi Naya makin menambah, ketika Alka keluar dari dalam rumah. Jordy dan Caka semakin intens menatap Naya dan Elang.

"Mereka nggak lagi ngambek kan, Nay?"

"Ngaco lo." Elang melepaskan helm, berdiri di dekat motornya. "Keracunan makan kali."

"Hush." Tegur Elang. "Kayaknya mereka lagi drama jadi bodyguard."

"Bisulan kali, El."

"Bukan Nay, lebih mirip kayak patung batu."

"Boneka santet lebih cocoknya sih, El."

"Astaghfirullah Naya, bener juga." Naya dan Elang tertawa kecil, semakin membuat rasa penasaran Jordy dan Caka membuncah. Terlihat sekali Naya dan Elang sangat dekat. Kenapa mereka berdua melewatkan semuanya.

"Bang Jo, sama Kak Caka, ngapain?" Alka berjalan menyalami Naya, dan sudah terbiasa. Naya semakin kesal melihat kedua sahabatnya. Alka menjadi penonton dadakan.

"Gue sama Naya dari taman sekolah, mastiin buah mangga Kanaya. Puas dua cumi!?" Penjelasan Elang sama sekali tidak mendapat respon dari kedua sahabat Naya. Alka memilih masuk ke dalam lagi, paling malas melihat drama mereka. Nambah satu anggota, yang Alka tau ketua osis di sekolah tetehnya.

"Gue belum percaya sama alasan lo, El." Kata Jordy sudah terlihat biasa saja. Caka masih menatapa Naya dengan seksama. Mencari kebohongan, untuk di jadikan perdebatan nanti.

"Cek cctv taman belakang di sekolah, kalau bisa nyembuhin rasa penasaran kalian." Jelas Elang menghela nafas. Begini banget Elang menghadapi dua sahabat Naya. Posesif juga bukan, lebih ke kepo mereka berdua.

"Berarti selama ini gue nongkrong di pohon mangga, ke sorot cctv dong?" Tanya Naya kaget. Tak di sangka, Naya masuk cctv. Kalau sampai di lihat guru-guru, bisa di tebang pohon mangganya. Gawat, Naya harus musnahin cctv taman belakang. Besok akan Naya liat, barangkali Elang hanya menakuti saja.

"Ke mana aja baru sadar Kanaya pinter. Kalaupun lo masuk cctv, siapa yang peduli? Buah mangga doang, gue rasa anak Candana lima kilo juga bisa di jabanin. Lo doang nih, demen mangga sekolah." Bener juga kata Elang. Mana ada yang peduli buah mangga di ambil salah satu murid Candana. Itu sekolah yang bayarannya mahal, mana mau mereka susah-suah manjatin pohon demi buahnya. Cuma Kanaya doang.

"Beda rasanya, El."

"Bedanya lo demen yang gratis."

"Selagi ada yang gratis, ngapain keluar modal?." Dan perdebatam keduanya semakin terlihat jelas di mata jordy dan Caka. Keduanya yakin, bahwa Naya dan Elang punya sesuatu yang di sembunyikan. Karena untuk pertama kalinya Naya di antarkan pulang. Sejauh ini mana mau Naya di antar pulang. Kalaupun Naya tidak bawa kendaraan, paling di jemput papinya.

Mencurigakan.

"Gue pulang, Nay." Naya mengangguk, lalu melihat kedua sahabat Naya sedang bisik-bisik. Benar-benar dua manusia ini masih curiga sama Naya dan Elang. "Jo, Ca, pulang."

Keduanya mengangguk, melambaikan tangan. Lalu setelah Elang pergi, Naya di tarik paksa oleh keduanya. Di paksa duduk di kursi teras rumah Naya.

Interogasi di mulai.

"Mulai lo berdua." Naya melipat tangan di dada, jangan lupakan meniup poni adalah kebiasannya. Drama kedua sahabatnya di mulai.

"Penjelasan lo, Naya."

"Nah benar kata Caka, penjelasan." Ulang Jordy menekan setiap kata. Naya nampak berpikir, tangannya menepuk-nepuk kening. Penjelasan apa yang mereka mau? Naya rasa tidak ada yang harus di perjelaskan.

IT'S ME KANAYATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang