EMPAT PULUH SEMBILAN

827 134 5
                                    

Surya dan Caka masih mematung di depan pintu, perkelahian antara Naya dan Shila mengundang murid Candana berkerumuman. Entah mengapa Guru seakan menulikan telinganya, sehingga tidak ada satu pun Guru yang berniat memisahkan.

Atau mungkin tidak ada yang melapor.

Saat Ratu hendak menarik Naya, sebuah tangan menarik rambu Ratu hingga Ratu terjungkal. Melihat hal itu, Naya menarik kerah baju Yumi.

"Lo urusan sama gue, bukan Ratu. Sampe dia kenapa-napa, tangan lo hilang satu."

"Gue nggak takut." Tanpa terduga, Naya mendorong Yumi hingga punggung Yumi merasakan benturan tembok.

Tingkah mereka tidak bisa di benarkan, apalagi di tiru. Tapi tidak bagi Kanaya, ini adalah hal yang paling seru.

"Bangun lo!!" Sentak Naya pada Yumi yang kesusahan karena rasa sakitnya. "Bangun setan!!"

"Pecundang!!" Teriak Shila hingga semua murid kaget dengan keberanian Shila. Naya maju, menatap Shila dengan tatapan menantang. Sejauh ini, hanya Senja yang berani menjadi patner debatnya. Kali ini, kubu Senja juga mulai terlihat aslinya.

Shila Senja Siska trio S julukan anak-anak Candana.

"Pecundang teriak pecundang."

"Kita selesaikan sekarang juga." Menurut beredar Shila jago bela diri, dan Naya ingin membuktikannya. Shila hampir saja melayangkan tonjokan pada Naya, kalau saja Naya tidak menghindar. Melihat itu, Ratu tidak tinggal diam. Ia berdiri berniat untuk menarik Naya agar tidak melanjutkan aksinya.

Sayangnya, rambut Ratu di tarik Yumi.

"Lepas." Tangan Yumi di cekal kuat oleh seseorang, yang menjadi pusat perhatian. Ratu menoleh, wajahnya luar biasa shok.

"Bintang?" Di hempasnya tangan Yumi hingga Yumi mundur teratur. "Suruh siapa lo berantem?"

"Aku itu--Naya!!" Ratu teriak kala melihat Naya terbentur tembok akibat dorongan Shila. Saat Ratu ingin maju, murid bernama Bintang menahannya. "Tang, aku harus nolong Naya."

"Naya jauh lebih pinter dari lo." Ratu melepaskan cekalan Bintang, ia berniat untuk menolong Naya. Surya dan Caka sudah siap untuk menarik Naya.

"LEPAS SIALAN!!" Semua mundur melihat Naya membabi buta Shila. Rambut Shila sudah tidak karuan, bahkan pipi Shila di cekal Naya. Teriak kesakitan Shila tidak di pedulikan oleh Naya.

"Ca, pisahin cepat. Bisa mati anak orang."

"Anjir!! Mana si Elang sih!?" Yumi menutup mulut tak percaya, melihat Naya seperti kesetanan. Naya tidak segan-segan membenturkan kepala Shila ke tembok. Aksi Naya mendapatkan tatapan ngeri. Naya menghela napas, matanya menatap Shila tengah terduduk lemas.

"Bangun sampah." Ujar Naya, ia menyeka darah segar dari sudut bibirnya. Lalu mengusap rambutnya, hingga matanya mendapatkan banyak orang yang tengah menatapnya ngeri. "Sini bangsat!!" Naya menarik tangan Yumi, lalu di dudukinnya Yumi di dekat Shila yang terduduk lemas.

"Gue udah kasih peringatan sama lo, mau nyoba lagi?" Yumi menunduk, bahunya bergetar. Naya menarik napasnya dalam-dalam. "Dan lo, Shila. Jangan ikut campur."

"Merasa hebat?" Shila berdiri, seringai kecilnya terlihat jelas di mata Naya. "Kenapa? Merasa pahlawan? Lo sadar, lo nggak akan sadar diri sih. Coba, berapa korban anak Candana karena ulah lo. Senja? Bahkan lo mempermalukan Siska, sepupu lo."

"Gue nggak minat punya sepupu yang namanya Siska, btw."

"Pantes aja banyak yang nggak mau deket lo, belagu."

"Kaca di perpustakaan gede, ngaca sana."

"Lo pikir, ini sudah berakhir?" Shila mencibir Naya, tangannya sudah mencekam dagu Naya. "Ini baru awal."

IT'S ME KANAYATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang