DUA PULUH

870 120 7
                                    

"Nay, menurut lo gimana?" Dahi Naya mengerut, tidak paham arah pembicaraan Jordy. Mereka kini tengah berada di lapangan. Caka mengajak keduanya basket bareng. Katanya sih, karena udah lama tidak main. Padahal Caka dan Jordy memang mau tebar pesona aja.

"Apanya?"

"Elang."

"Kenapa sama si ketos?"

"Gue akhir-akhir ini jarang liat ketos tengil. Apa dia punya masalah berat?" Sela Caka menimbrung obrolan kedua sahbatnya. Belum Naya jawab, Caka sudah menyerobot. Naya menatap Jordy, dan anggukan Jordy seolah membenarkan pertanyaan Caka. Memang Caka ini sehati sekali dengan Jordy, selalu tau apa yang akan Jordy katakan.

"Tapi kita kayak kepo banget tau, Ca." Kata Jordy so bijaknya. Caka mendengus, tangannya menarik rambut milik Jordy.

"Elah, lo aja penasaran."

"Banget." Angguk Jordy, lalu beralih menatap Naya. "Lo pasti tau sesuatu, Nay."

"Apa sih lo beruda? Mulai nggak waras." Naya berdiri, mengabaikan keduanya. Kalau di lanjutkan pembahasannya, bisa merambat. Perasaan Naya, Elang masih ketos tengil. Perubahan apa coba. Jordy dan Caka ikut berdiri di samping Naya. Kini ketiganya menatap ke arah kursi penonton. Geng Dion, dan ada Elang juga. Sepertinya mereka tengah terlibat sesuatu.

"Berantem kali." Tebak Jordy, kalau di lihat-lihat memang seperti tengah adu mulut. Naya menahan kedua manusia kepo. Pasti mau menghampiri mereka, lalu dapat info.

"Diam kalian di sini." Naya segera menarik kedua sahabatnya, di paksanya agar duduk di kursi. "Gue maling mangga dulu."

"Kagak ada bosennya ini mahluk." Mulut Caka memang tidak punya rem. Atau bisa saja Caka pelupa. Sejak kapan Naya bosen sama buah mangga?

"Tau. Beli aja sih, Nay." Timpal Jordy, kepalanya mendongkak. "Buset ini buah banyak amat."

"Beda sensasinya. Dah kalian di situ aja diem."

"Oke." Seru keduanya, Naya segera menuju tempat duduknya. Naya mengeluarkan pisau lipat, lalu mengambil buah mangga. Tak ada niatan untuk memberi kedua sahabatnya. Bagi Naya, kalau soal buah mangga, takan ada kata bagi. Lagipula, kedua sahabatnya akan lupa kalau sudah sibuk dengan game.

"Naya mana?" Suara sesorang dari arah bawah. Naya dengar, dan hapal dengan suaranya. Namun, Naya tetap diam menikmati makan buah mangga. Tidak sia-sia buah mangga di plastikin, jadi aman. Apalagi matangnya alami.

"Lo liat atas, ketemu wujudnya." Kata Jordy, tanpa menoleh saking sibuk dengan game. Sastra mendongkak, melihat Kanaya tengah mengunyah buah mangga. Perempuan satu ini luar biasa anehnya. Mau heran, tapi Kanaya.

"Naya!!"

"Nggak usah teriak."

"Turun."

"Dua buah lagi, gue turun."

"Penting." Sastra tidak akan mungkin sampai mau mencari Naya, kalau tidak ada hal penting. Di sekolah boleh saja saling cuek, kalau sudah kumpul di rumah Sastra, jangan harap kamar Sastra terlihat layak.

"Kenapa, Tra?" Jordy mulai meraskan suasana yang beda. Mendadak perasaannya tidak tenang. Ini ada apalagi coba. Apakah Sastra dan Naya tidak bisa akur sehari saja.

"Lo diem, Jo. Gue maunya Naya turun." Jordy segera memasukan ponselnya. Tatapan Sastra beda kali ini. Ketika Naya sudah turun, Sastra langsung menarik Naya.

"Napa deh?"

"Lo ada masalah apa sama si Sandy?" Naya menoleh ke arah Jordy, lalu menatap Caka. "Sejak kapan lo sering adu mulut sama si Sandy?"

IT'S ME KANAYATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang