DELAPAN

938 121 3
                                    

"Mau ke mana papi sama mami?" Gana terkekeh lalu mencium kepala Naya yang sedang leha-leha di sofa. Ya, kalau malam memang seperti itu kebiasaan Naya.

Nonton Upin & Ipin. Kalau kata Alka, tuyul eksis.

"Mau ngdate dong."

"Widih." Naya duduk menegakan tubuhnya, menatap maminya yang sangat cantik. "Mami cantik banget. Spesial ya, buat papi."

"Amin." Jawab maminya dengan senyuman mirip sekali senyuman Naya. Naya bangga memiliki orangtua yang selalu apa adanya. Selalu banyak berinteraksi dengan anak-anaknya. Sesibuk apapun papinya, pasti tidak akan membiarkan waktu yang menyitanya. Papi akan selalu meluangkan waktu untuk keluarga, itu yang Naya kagumi dari sosok papi.

"Yaudah papi sama mami berangkat." Naya mengangguk, salim pada keduanya. "Oh iyah, papi sama mami, nginep teh."

"Alka ikut?"

"Kalau adek ikut, namanya liburan." Ujar papinya dengan wajah menengejek. Naya terkekeh. Iyah juga sih, mana ada mau diner ngajak anak?

"Mami nggak mau kasih petuah?" Alis maminya naik, merasa heran. Petuah macam apa? Dan papinya, hanya terkekeh geli. Mau petuah sepanjang gerbong kereta juga, mana ada yang di patuhi Naya.

"Besok ke Karawang. Mami sama papi nyusul."

"Yailah mami." Naya menghela nafas beberapa kali. "Harus banget apa? Libur kek, ke rumah Opa-nya. Sesekali Naya mau ke rumah Papa Banu."

"Ini udah kesepakatan papi." Papi setuju dengan ucapan maminya barusan. Seminggu sekali adalah peraturan yang harus di laksanakan. Berkunjung ke karawang. Begitu peraturan yang di buat bapak Gandana pemilik reestoran dimana-mana.

"Mau kemana lo?" Semuanya menoleh ke arah suara langkah kaki dari arah tangga. Alka memang terlihat sangat rapi. "Wah parah Dek, mau ninggalin teteh?"

"Ke rumah Jeff." Kepala Naya mengangguk mantap.

"Ngapain?"

"Game."

"Astagfirullah Alka." Kepala Naya geleng-geleng, papinya hanya terkekeh menyaksikan kedua anaknya yang sangat banyak perbedaan. "Yang banyak ngapa ngomongnya."

"Banyak."

"Gue gibeng lo." Alka hanya menaikan satu alisnya, lalu memilih duduk di sofa menunggu orangtuanya akan pergi. "Lo lebih irit dari mami kalau ngomong."

"Justru Alka masih mending tau, Teh." Sela papinya yang memberikan wajah meyakinkan. Naya menoleh, menatap kedua orangtuanya bergantian. "Tanya aja tante Rindi."

"Masa iyah?"

"Dulu nak," Gege duduk di dekat Alka yang masih santai dengan tangan melipat di dada.

"Iyah dulu, Teh." Sambung papinya yang masih sibuk dengan jam tangan. Ya begitulah bapak-bapak, pakai jam tangan saja makan waktu. "Sekarang udah nggak. Mami definisi es mencair."

"Mantap." Naya memberikan dua jempol pada maminya dengan cengiran yang benar-benar mirip Gana. Alka pamit pergi ke rumah Jeff, untuk main game. Jeff adalah adik dari Jordy Ramadhan, yang tak lain anak dari Bayu yang notabene sepupu maminya.

Tak lama orangtuanya juga pamit, Naya ikut mengantar sampai depan rumah. Berbalik badan, melihat sekeliling ruang tamu.

"Masa gue kalah sama Alka?" Monolognya yang kini duduk di lantai. Memang Naya beda dari lain. Sofa mahal, duduk di lantai. Itulah Naya.

"Tumbenan lo ngajak kita bedua nongkrong, di restoran."

"Bener Jo, tumben ini bocah. Udah kayak orang-orang kekinian deh, kita nongkrongnya."

IT'S ME KANAYATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang