LIMA PULUH DELAPAN

1.8K 162 18
                                    

"Nay."

"Paan?"

"Bakso punya gue gede-gede, tukar boleh?"

"Mengcapek gue kalau udah makan bakso bareng mantan ketua osis." Elang terkekeh, ia mengambil mangkuk Naya, lalu memberikan mangkuk miliknya.

"Saling melengkapi namanya."

"Ribet yang ada." Sesederhana itu mereka kalau jalan. Tidak perlu ke mall, atau restoran mahal. Apalagi anak sekolahan, uang saku saja pas-pasan. Tapi, Elang mampu sekedar nonton doang. Atau jalan doang ke mall, Elang mampu. Hanya saja, Elang dan Naya seleranya bukan di mall.

"Ini beneran kita ngintip di sini?"

"Nah tuh Jo, si Surya nanya."

"Pada diem." Ujar Jourdy yang masih melihat Naya dan Elang makan bakso. Jourdy mengajak kedua sahabatnya untuk mengikuti Naya dan Elang. Lebih bodohnya lagi, Surya dan Caka menyetujui perkataan Jourdy. Alhasil mereka terjebak di atas pohon. Salah Elang, kenapa bawa Naya makan bakso pinggir Danau. Jadinya trio cumi terjebak di atas pohon.

"Gue lapar." Rengek Caka yang terdengar menjijikan. Surya sudah tertawa duluan melihat Jourdy yang kesal, karena rengekan Caka. Dua sahabatnya ini, memang patut di ceburin ke danau.

"Jo, udah ayok. Kasian Caka lapar. Nih anak kalau modar di atas pohon, gimana?"

"Ngucap Surya. Lo doain gue mati."

"Bukan doain Ca, perumpamaan."

"Mata lo umpama?"

"Kan, ngegas Caka mah."

"Lagian lo."

"Ganteng kan?" Caka pura-pura memuntahkan sesuatu karena jijik mendengar rasa percaya diri Surya. Jourdy mah anteng mengawasi Naya dan Elang.

"Jo, turun hayu."

"Sabar Ca, gue lagi memantau dua manusia bucin itu."

"Lo kurang kerjaan sumpah." Kata Surya yang sudah siap akan turun, di susul Caka ikutan mau turun juga. "Ngapain mantau orang pacaran? Bikin lapar."

"Tau Jourdy." Gumam Caka, kakinya menginjak satu dahan agar mudah turun. Surya sudah di bawah duluan. Lalu tak lama Caka sudah di bawah juga. Mereka berdua meninggalkan Jourdy yang masih di atas pohon. Apa Jourdy tidak tau, menahan lapar itu tidak enak. Sedangkan Caka memang anaknya tidak suka kalau lapar di diamkan. Kata bundanya, takutnya kena asam lambung. Asam lambung itu bahaya kawan.

"Mang, mie ayam dua mangkuk." Pesan Surya, lalu mengambil air minum. Keduanya menenggak minuman tanpa memikirkan nasib Jourdy yang masih di atas pohon.

"Anjir!! Kenapa mereka malah makan mie ayam? Sialan." Jourdy segera turun juga. Enak saja main tinggal. Sangat tidak setia kawan sekali. Bisa-bisanya Jourdy di tinggal. Kalau Jourdy bentol-bentol gimana? Oh tidak. Jourdy adalah manusia paling aneh. Phobia bentol.

"Enak?" Caka dan Surya mengangguk, keduanya tidak sadar itu suara Jourdy. Dengan kesal Jourdy segera ke tukang mie ayam, memesan untuknya. "Bagus lo berdua."

"Sur, kayak suara Jourdy."

"Udah makan aja. Palingan itu anak masih nyangkut di pohon."

"Jadi mereka kagak sadar gue udah turun? Astaghfirullah." Jourdy berdiri dari duduknya, ia menjewer telinga kedua sahabatnya. "Bagus lo berdua."

"Sakit Jo!!" Teriak Caka, yang memang sakit kebangetan.

"Mie ayam gue tumpah bangsul." Surya menggeplak bahu Jourdy sangat keras. Dan Jourdy malah tertawa cengengesan.

IT'S ME KANAYATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang