Preamble

5.7K 335 132
                                    

siapa yg happy good days ada lagi?
jangan lupa vote dan comment!

good days.

Cerita ini di mulai ketika; Hanan sedang masak air biar mateng, Mashi lagi nyapu biar bersih sementara di teras ada Yudha, Panji dan Haris lagi ngopi sambil sebat pagi juga Dean yang lagi keluar beli bubur ayam.

Dua sisanya alias Satria sama Juna masih mendekam di kamar masing-masing; tidur mabur sisa-sisa kobam semalam.

"Serem banget dah!" tiba-tiba Yudha mekik bikin panik, di kira bocah prik.

"Kenapa heh, maneh gering!?" Haris bertanya, orang batak ini emang kocak.

"Bukan, njir, tadi pagi gue bangun keringetan, mimpi gue serem banget, Astghfirullah!" kata Yudha dengan ekspresi yang sungguh lebay.

"Emang lo mimpi apaan?!" Panji yang udahan mencumbu sebatan pun penasaran.

"Gue mimpi meninggal, Ji!" seru Yudha bikin Haris dan Panji kompak ngernyit samar.

"Innalillahi.." kata Mashi yang udah sampai di teras, ternyata sambil nyapu dia mah ikutan dengerin cerita.

"Lupa doa apa gimana lo?" Haris nanya.

"Ketiduran gue!" Yudha pun baru inget, dia ketiduran di lantai pas asik banget ngerjain tugas kuliah.

Tugas beres, lah dia nya teler di lantai. Untung karpetan sih, kalau nggak pasti udah auto rematik, ciri khas remaja jompo.

"Lagian gue kepikiran deh tadi pagi, dua puluh dua tahun hidup di bumi ini gue udah ngapain aja ya?" Panji berkata, agak oot sih, tapi masih masuk ranah topik berat buat di bicarakan sepagi ini.

"Sisanya setelah umur lima baru bisa nginget, tapi gue bahkan gak bisa inget gue ngapain aja pas jaman sd kelas satu!" Haris menyampaikan aspirasi, udah mah masih pagi di suruh ngubek-ngubek ingatan, cetek dia mah masalah sejarah.

"Emang pada dasarnya, ingatan manusia gak pada sama, ada yang kuat dah ada yang lemah."

Habis bilang gitu, si Mashi masuk kontrakan nenteng sapu sambil senandung, syalala.

Panji terkekeh, "cubanget!" katanya.

"Bucin!" seru Haris.

"Lah, nggak ngaca sia!" Panji pun membalas.

Mereka asik saling serang, gak sadar si Yudha dah pergi ke pagar, dimana berdiri seorang anak laki-laki, agak cetek alias bogel tapi lumayan cakep.

Pasti sepupunya Yudha nih, peranakannya mirip.

"Wih, aslinya lebih cakep daripada di foto!" Haris pun membeo bikin Panji nelan ludah kasar.

Liat si cowok kecil yang di rangkul Yudha masuk halaman, dia jadi kaya de javu alias keinget mantan, kecil juga kayak gitu.

"Buset.. bening ya?" Panji menoleh ke Haris, mereka kaya telepati sebelum Yudha sama si cowo kecil sampai di teras.

"Nih. Ris, Ji, ini Arsatya-yang kemarin gue ceritain-dan bakal ikut tinggal di sini."

Haris sama Panji serempak ngeliat ke Yudha terus noleh ke si cowo kecil yang rautnya canggung, ketara banget. Senyumnya kecil, antara irit sama pelit, beda tipis.

Haris ulurin tangan duluan, "Nama gue Haris Jumantara, panggil aja Kakak Ganteng, biar akrab," katanya gak tau malu.

"Gue Panji Waradhana, gak usah dengerin Haris ya, dia emang suka rada-rada miring, btw, lo cakep banget, asalnya dari surga ya?" dan Panji bukannya menunjukan kewarasan malah memperlihatkan kebodohan bikin Yudha gak kuat nahan antara malu dan ngerasa kocak punya temen siluman buaya kaya mereka berdua.

Good Days [KyuSahi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang