"Siapa yang suruh lo ikut demo?" tanya Juna seraya melepas sepatu Arsa.
"Bukannya Yudha udah bilang, kelar ngampus lo harus langsung pulang?"
Ada luka di pergelangan kaki Arsa, darahnya udah kering.
"Sakit?" tanya Juna seraya menatap Arsa yang duduk di hadapannya, berlutut kayak gini udah berasa pangeran sama cinderella.
Iya, pangeran kegelapan dan cinderella-nya.
Arsa mengangguk lalu mengusap air mata, serius demi Alek, kaki Arsa nyut-nyut-nyus gitu rasanya.
"Ya bagus, jadi tau akibat gak nurut sama orang tua?" kata Juna.
Arsa tertohok, tapi kan ini gara-gara di paksa, Juna kenapa sih marah-marah mulu?
Juna berhenti sama kegiatannya, meletakan kedua tangan di lengan kursi yang Arsa duduki, jadi memerangkap Arsa di antara dirinya yang berlutut dan kursi.
Sejenak mereka bertatapan, Arsa memutus kontak ketika Juna gak berhenti menatapnya.
"Kenapa lo menghindar dari gue?"
"Arsa?"
Arsa yang mengalihkan atensinya ke langit putih di luar balkon sana jadi auto fokus ke Juna yang manggil namanya.
"Jangan gini, Juna.." katanya lirih.
"Kenapa?"
"Kita—"
"Kenapa lo nangis?" potong Juna, masih dengan tatapan yang sama.
Arsa bukannya berhenti nangis malah air matanya makin deras, di tatap sama Juna gini bikin dia takut sampai rasanya mau mampus.
"Jangan gini, Juna.." lagi, dengan kalimat yang sama.
"Jangan apa? gini gimana?"
"Jangan gini—"
"Ya gimana?"
"Takut! Aku takut, Juna jangan marah-marah..."
Juna terdiam, lalu Arsa semakin menunduk dan menangis, andai kata ada Yudha sekarang udah pasti Arsa memilih memeluk Yudha sampai kakaknya itu sesak di banding harus berhadapan sama Juna.
Juna menghela napas, akhirnya dia memilih beranjak, turun dan meninggalkan Arsa.
"Juna.." setelah sadar Juna gak balik-balik, Arsa malah menggumam tanpa sadar.
Ada Juna takut, gak ada Juna gak tau kenapa rasanya tuh, gak aman banget.
Arsa menangis sambil menutup matanya dengan satu lengan. Sampai Juna kembali datang dengan handuk dan semangkuk air hangat.
"Udah, jangan nangis," ucap Juna pelan, menyingkirkan lengan Arsa.
Juna dengan telaten membersihkan wajah Arsa yang penuh peluh dan bekas air mata.
Dari posisi ini, Arsa rasanya bimbang banget, Juna ini kenapa sih?
Orang ini yang tadi masih menatap tajam ke dirinya, orang yang sama yang sekarang lagi membasuh wajahnya dengan perlahan, gak ada senyum tapi rautnya yang datar itu malah bikin Arsa pengen meluk dia.
Demi Tuhan.
Hening di antara mereka bikin Arsa ngerasa degdegan dua kali lipat.
Entah ada setan apa, tangan Arsa meraih pergelangan tangan Juna lalu menahannya di udara, membuat sebuah tautan tatap mata.
"Maaf." Kata Arsa.
"Obatin luka lo, sebelum Yudha pulang, lo harus lebih baik dari ini atau—"
"Juna, aku minta maaf."
KAMU SEDANG MEMBACA
Good Days [KyuSahi]
Fanfictionlove never looks for each other, they're met when they are both lost. pernah di : #1 on #seungsung #1 on #hanjisung #1 on #kyusahi #5 on #treasure #2 on #jaesahi