20

1.4K 151 29
                                    

vote dan komen, guys.
terima kasih tetap bertahan sampai sejauh ini, selamat membaca.

good days.

Pukul tiga pagi, mimpi yang udah sempet pergi itu kembali lagi. Mimpi buruk yang Arsa kira sudah berakhir itu datang lagi, membangunkan Arsa dalam keadaan pening dan berkeringat, detak jantungnya berdegup cepat, meraut resah, Arsa menghela napas gelisah.

Kamarnya terasa menyesakan, tanpa berniat membalut tubuh kurusnya dengan hoodie atau apapun itu, Arsa berlari keluar kamar, berniat mencari udara segar di balkon kontrakan.

Malam itu gak ada Juna, entah kemana dia, mungkin udah terlelap. Arsa menghela napas seraya mengusap dadanya yang masih belum berdegup normal. Wajahnya masih meraut gelisah, Arsa terus menggeleng sampai akhirnya merasakan sebuah lengan bertengger di pinggangnya, lalu eksistensi seorang laki-laki tinggi membawa wajahnya untuk bisa teliti.

"Kenapa?" suara rendah itu terdengar mengudara bersama Arsa yang terdiam.

Ah, baru sadar kalau sekarang laki-laki ini adalah pacarnya, serius pacar loh, bukan claim sepihak.

Tangan besar itu menangkup satu sisi wajah Arsa, mengusap titik-titik peluh di dahinya, tanpa memutus tatap, menerima dengan tangan terbuka saat tanpa kata Arsa sudah masuk ke dalam pelukannya.

Juna merasakan desau napas Arsa yang terdengar tidak biasa, berpikir bahwa Arsa masih belum cukup tenaga untuk bicara, jadilah Juna membalas pelukan Arsa sama erat dan mengusap punggung sempit yang lebih muda.

"Mimpi buruk?" tebak Juna dan mendapat anggukan dari Arsa.

Tadi, mendengar suara bantingan pintu, Juna yang lagi fokus nugas jadi kaget, berlari keluar takut terjadi apa-apa dan mendapati Arsa yang kayak orang sawan, Juna pun khawatir.

"Mau cerita?" tanya Juna lembut.

Arsa menghela napasnya berkali-kali, membuat Juna yang melihat mengerutkan kening. Tangan Arsa bergerak naik untuk menyugar rambutnya sendiri, Juna menangkap tangan Arsa yang bergetar, persis seperti saat setelah Arsa melihat adegan kotor Satria dan Hanan tempo lalu.

"Juna..." panggil Arsa dengan nada lirih. Sorot matanya menatap Juna seolah sedang meminta perlindungan.

Juna membawa Arsa duduk, bukan di kursi melainkan di pangkuannya. Mendekap tubuh kecil Arsa dengan jaket yang dia kenakan. Juna siap mendengar cerita Arsa.

"Waktu itu gak mau ngaku, sekarang, udah mau cerita?"

"Susah..." ucap Arsa ragu.

Juna terkekeh, "Yudha tau?"

Jelas, "Kak Yudha tau segalanya."

"Jadi, apa itu?"

Arsa terdiam, mengesampingkan rasa canggung karena berada di pangkuan Juna untuk pertama kalinya, pikirannya harus berkelana singkat untuk mempertimbangkan apakah Juna harus tau, atau enggak.

"It's okay, kalau lo gak bisa ceritain ke gue," kata Juna.

"Tapi..."

"Mau cerita sendiri atau gue perlu tanya Yudha?"

Juna tau, Arsa bukan gak bolehin dia tau, mungkin, sesuatu itu sulit untuk Arsa sampaikan.

Dengan tangan besarnya, Juna menghapus kerut resah di dahi pacar kecilnya, "Lo mimpi ketemu setan apa gimana?" tanyanya bernada canda.

Arsa kembali menghela napas sampai bikin Juna mengerutkan keningnya sekilas lalu dengan cepat mendaratkan ciuman kilat di sudut bibir Arsa, bikin si kecil terdiam kaku.

Good Days [KyuSahi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang