12

1.2K 167 57
                                    


"Kenapa?"

Juna yang lagi nyeduh kopi noleh pas Arsa nanya lagi. Untuk kesekian kali tentang alasan kenapa Juna gak mau banget ikut pergi ke Bandung.

"Kepo," katanya singkat.

"Iya, kepo banget, kasih tau dong."

Ya, selain karena emang dia kepo, Yudha sama yang lain juga nyuruh Arsa buat cari tau hal itu, memanfaatkan kepolosan Arsa, siapa tau Juna mau jawab.

"Bayar," kata Juna setelah duduk di hadapan Arsa yang lagi ngaduk bubur ayamnya.

"Gitu doang masa harus bayar?"

"Ya kalau bisa di uangkan mah ngapain harus cuma-cuma?"

"Ish, ok ok, mau di bayar pakai apa?"

"Nanti aja, habis gue kasih tau gue minta bayarannya," kata Juna sambil senyum kecil bikin Arsa mendengus ringan. Anak aneh.

"Ya udah, ayo, kasih tau!"

"Gak sabaran banget," kata Juna dan Arsa cuma bodo amat.

"Apa tadi pertanyaannya?"

Duh, Arsa pengen nampol.

"Kenapa gak mau ikut ke Bandung?"

"Gak ada alasan khusus sih," kata Juna, "tapi, gue punya cerita yang gak mau gue inget lagi di Bandung, disana, tempat gue kehilangan banyak hal dan gue cuma gak mau balik kesana buat ngerasain secara langsung gimana kilas baliknya," imbuhnya.

Kayaknya sekarang Arsa merasa bersalah dan Oh! dia keinget ucapan Panji tentang sebuah nama, dari masa lalu Juna, dia, Lia.

"Gue dan Bandung punya cerita yang udah berakhir dan gak mau gue inget lagi, Sa, udah, gitu aja." tandas Juna.

Arsa masih diem untuk beberapa saat. Apa yang di ceritakan Juna gak spesifik, tapi tetep bikin Arsa merasa cukup tau sampai segitu. Arsa gak punya hak untuk tau lebih jauh dari itu, kecuali Juna sendiri yang mengkehendaki.

"Maaf."

Iya, Arsa beneran merasa bersalah.

"Maaf buat apa?"

"Itu, tadi, kamu pasti keinget lagi sama itu."

"Kenapa nunduk terus?"

"Taplak mejanya bagus."

Juna mau gak mau terkekeh. Dia emang inget lagi kok, dari kemarin semenjak Hanan ngebujukin dia, Juna selalu inget semuanya. Semua rasa kecewa yang Juna bawa pergi meninggalkan Bandung dan ceritanya dengan Lia.

"Nanti nyebat juga gue lupa," kata Juna.

Arsa mendengung, Juna tau anak itu mau ngelarang dia ngerokok, tapi gak enak juga sama dia. Lucu banget.

"Mana bayaran gue?"

Arsa mengangkat kepalanya menatap Juna, "Kamu maunya apa? Duit?" tanyanya polos.

"Enggak, gue udah kaya."

Sombong amat!

"Terus maunya apa?"

Sambil jalan buat letakin gelas kotor di cucian piring, Juna melangkah mendekati Arsa dan yang di dekati terus ngeliatin.

"Buat gue lupa sama Bandung," kata Juna duduk di meja, nunduk natap balik si Arsa.

"Gimana, aku bukan rokok." Arsa bilang gitu bikin Juna gemes, Arsa polos banget dan Juna cuma senyum doang bisanya.

Juna bangkit, gak menjauh tapi menumpu tubuhnya dengan satu lengan di atas meja, merendahkan tubuh terus satu tangan lainnya narik tengkuk Arsa.

Kali kedua, mata Arsa membola ketika Juna kembali menciumnya, kali ini berlangsung lebih lama. Arsa meraih bahu tegap Juna, bersiap mendorong tapi ketika Juna mulai bergerak lebih di atas bibirnya di tambah dorongan dari tangan Juna yang ada di tengkuknya.

Good Days [KyuSahi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang