21

1.7K 168 36
                                    

Pagi itu sebuah sentuhan membangunkan Arsa, tersentak waktu kasurnya menjorok ke dalam dan ketika Arsa siap berteriak, tangan Juna menutup mulutnya dan tubuh besar berselimut hoodie warna hitam dengan logo Supreme itu udah menaungi dirinya.

"Demi Tuhan, Juna, ini jam berapa coba kamu ngagetin aja?!" kesal Arsa ke Juna yang kemudian mendaratkan tubuhnya di sebelah Arsa lalu menarik Boneka Kertas-nya itu mendekat, mendekapnya erat-erat.

Arsa ngehela napas waktu tangannya berniat menolak tapi malah bersentuhan dengan punggung tangan Juna dengan urat-urat yang menyembul disana menjelaskan seerat apa sekarang Arsa berada dalam pelukannya.

"Juna..."

"Diam."

Arsa ngehela napas panjaaaaang banget mirip banteng di bukan puasa, harus menahan amarah.

"Kok jadi kamu yang marah?"

"Biarin."

Juna menyahut dengan nada dingin tapi gak seinci pun melonggarkan pelukannya sampai lekuk pinggang dan perut kecil Arsa terasa.

"Aku salah apa?"

"Pikir aja sendiri."

"Aku udah coba tapi aku nggak tau?"

"Bodoh."

"Juna!?" lama-lama Arsa kesel banget, Juna gak jelas gini.

"Gue gak suka." Kata Juna, mana bicaranya di tengkuk Arsa.

Jadi merinding walau bukannya dingin malah hangat, tetap aja geli.

"Gak suka apa lagi kali ini?"

"Gak suka si Levin."

"Itu aku udah tau, dan namanya Kevin," jawab Arsa, mulai kebal dengan tingkah Juna yang manjalita sekali kalau udah begini.

"Kapan dia mati sih? kenapa suka banget bikin gue emosi?"

"Hush!" tegur Arsa. Menggenggam tangan Juna yang dia paksa lepas memeluk perutnya.

"Dia gak tau 'kah kalau gue pacar lo?"

"Pacar beneran, anjing! pacar—"

"Kamu ngatain aku?"

"Bukan, tapi si Kevin."

"Kamu se-ngga suka itu ya sama dia?"

Juna melepas pelukannya, kali ini membiarkan Arsa berbalik dan menghadapnya.

"Menurut 'lo?"

"Gue bahkan masih dendam soal dia yang maksa lo minum dan hampir cium 'lo."

"Dia yang maksa lo ikut demo dan dengan gak tau malunya tetap minta maaf dan berlagak seolah-olah semua gak pernah terjadi."

"Dan sampai sekarang dia masih deket-deket sama lo bahkan setelah kita pacaran beneran?!"

"Juna..."

"Lo harus jadi gue dulu supaya tau gimana rasanya—"

"Juna!"

Arsa merangsek mendekat setelah menyela ucapan Juna yang dibuatnya dia dengan bibirnya. Kali ini, Arsa yang nyosor duluan, minimal Juna mau diam walau akhirnya malah membawa tubuh Arsa ke atas tubuhnya sendiri dan menekan pinggang Arsa dengan kedua tangannya yang melingkar apik disana.

Arsa berusaha walau kewarasannya hampir lenyap ketika tangan Juna menggerayangi punggungnya. Walau Arsa mulai menyesal nyosor duluan, tapi Juna yang sedang melahap bibirnya dengan rakus lebih baik daripada Juna yang mengomel soal apa yang belum tentu sesuai dengan kenyataannya.

Good Days [KyuSahi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang