18

1.3K 166 47
                                    

Genap sudah dua hari Arsa menghindar dari Juna. Dia gak sedikitpun bicara sama cowok yang dengan gilanya meng-claim bahwa status mereka adalah pacaran, malam itu, Arsa masuk kamar langsung guling-guling di kasur sambil mewek, antara marah dan salting menjadi satu.

Ya bayangin aja, siapa sih yang gak marah di bentak-bentak terus gak salting karna di cium dan di claim jadi pacar?

Tolong, berhenti membuat Arsa nyaris mau mati.

Eksistensi Juna sekarang suka bikin jantungnya bekerja dua kali lebih cepat, Arsa kewalahan, dia yang biasanya lempeng aja akan segala hal jadi harus susah payah mikir "akan melakukan apa gue kalau ketemu Juna?" dan, jadilah dia menghindar.

Tiap kali ngeliat Juna, papasan atau mau di ajak ngomong gitu, Arsa auto melengos, pergi dan mengalihkan diri, tapi sayangnya pikiran dia gak bisa di alihkan, Juna tetap menguasai seluruh pikirannya, Arsa kan jadi stress.

"Sa, ayo!" Mashi datang dengan almamaternya.

"Yakin mau ikut? kata kak Yudha mah mending diem di kontrakan, Shi, aku gak mau ngelawan, takut kualat," kata Arsa.

"Ya ayo atuh ini mah ngajak pulang ke kontrakan, Arsa, tadi kak Ji juga telepon aku ngelarang ikutan demo," kata Mashi.

"Oh, ya udah, ayo pulang!"

"Arsa, Mashi!"

Kevin datang, bersama dengan segerombolan mahasiswa fakultas mereka lengkap dengan almamater dan sarana demo lainnya.

"Ayo!" kata Kevin.

Arsa noleh ke Mashi, Mashi mengulum bibir, ini gimana ya, hampir semua anak sefakultas ikut demo sih, "Kita absen dulu ya, Vin?" ucap Mashi pelan.

Jangan tanya gimana, intinya Kevin udah minta maaf ke Arsa atas kejadian di Bar waktu itu. Dah, gitu aja. Arsa anak baik, jelas di maafin.

"Ayo sih, anak-anak pada ikut semua, lo berdua masa mau pulang?" kata Kevin.

Cowok cewek sih udah pada siap di kendaraan masing-masing, tinggal nunggu aba-aba Kahim aja si Yudha buat berangkat.

"Tapi—"

"Ayok, jadi mahasiswa kalau gak ikut demo itu hambar, ayo cabut!" Kevin mengambil posisi di antara Mashi dan Arsa lalu merangkul mereka, membawa dua orang itu ke mobil bak terbuka yang isinya anak-anak fakultas mereka.

"Mau gimana lagi? semoga gak ketauan kak Panji aja deh," kata Mashi.

"Kak Yudha juga," kata Arsa.

Gak tau aja sekarang Juna, Panji, Yudha, Satria dan Haris lagi pusing banget mimpin mahasiswa dan aparat yang terlibat bentrokan.

Entah sejak kapan ini demo berujung pada anarkis gini.

"Woiy, Jun, di barat ada yang tumbang!" Bimo salah satu temen mereka datang bawa kabar.

"Aparat nurunin damkar, gas air mata sama—"

"Anak buah Yudha ada yang pingsan!" omongan Dion di potong sama pekikan Haekal.

Sebagai ketua Himpunan, Yudha gak tau sekarang ada dimana. Satria sama Haris juga udah cabut ke fakultasnya, Juna sama Panji yang harusnya di depan sekarang kudu banget bantuin Dion sama Haekal buat nolongin temen-temen yang lain bareng para pengurus yang lain.

"Yudha kemana?" tanya Panji sambil jalan bergegas.

"Gak tau, kayaknya sih di suruh masuk!" kata Bimo.

"Ekal, anak buah Yudha yang pingsan udah di tanganin?!" tanya Dion.

"Udah, disana parah banget, deket sama aparat, bentar lagi kalau jatuhin gas udah pasti kena duluan!" kata Haekal serius.

Good Days [KyuSahi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang