04

1.5K 216 61
                                    

baca, vote, comment.

good days.

Singkat kata dan singkat cerita. Arsa trauma.

Juna mendiagnosa si cowok kecil satu itu kena trauma ringan setelah melihat adegan strip delapan belas tanda tambah yang di bintangi oleh Satria dan Hanan tepat di depan matanya tempo hari.

Yang tau hal itu cuma Juna. Sementara yang lain, sedang bertanya-tanya kenapa Arsa diem-diem aja pas sarapan, apalagi pas dia di ajak ngomong sama Satria dan Hanan.

Mashi pun sampai nempelin punggung tangannya di dahi Arsa, "Atuh enggak panas, muka mu kenapa merah gitu, Sa?" ya, Mashi dari tadi merhatiin.

Yang lain langsung pindahin atensi mereka ke Arsa, "Aku nggak sakit kok.." lirihnya canggung.

"Tapi muka lo merah, itu kenapa? lo alergi bubur apa gimana?" pertanyaan Panji yang sangat bodoh ini di sponsori oleh bubur ayam buatan Dean.

"Engga, aku gak papa, Kak." Arsa sok tegar.

Padahal udah ketar-ketir apalagi ketika Hanan sama Satria ikutan musat atensi ke dia.

"Udah, ayo, katanya mau bareng?"

Di tengah tremor nya Arsa, ada Juna yang menjadi—sok—pahlawan, tapi Arsa tetep reflek berkata iya dan bangkit, menghiraukan tatapan aneh yang lainnya minus Yudha yang hari ini gak hadir karena ada kegiatan bersama organisasinya. Yudha adalah salah satu orang tersibuk di kontrakan.

Juna pergi di ikutin sama Arsa yang mencoba menetralkan napasnya. Ada sesuatu yang menjadi pemicu sebuah ingatan di kepala Arsa saat ini. Dan itu secara gak di sengaja.

Arsa cemas.

Dan Juna bisa tau itu dari raut wajah si cowok kecil.

"Lo ngapain ikut?" Juna menotis Panji yang ikutan keluar kontrakan.

"Gue mau pulang hari ini, Jun, Ibu gue sakit."

Jawaban Panji itu membuat Juna mengangguk ringan, "Titip salam ya, Ji, gue doain semoga cepet sembuh," pesannya.

"Yok, thank you, gue cabut ya," sejenak, Panji terdiam di atas motornya, menyaksikan Juna dan Arsa yang berdiri bersisian.

Bukan, bukan perbedaan tinggi mereka atau senyum ramah Arsa yang membuatnya menetap sejenak.

Tapi, karena ada yang bertaut namun bukan simpul.

"Hati-hati di jalan, Kak."

Panji keluar dari lamunannya, dia mengangguk lalu tersenyum ganteng membalas pesan manis dari Arsa, "Pasti kok, see you gess!"

Panji dan motor Honda CBR-nya telah berlalu pergi. Meninggalkan Arsa kembali dengan cemas yang masih ada.

"Kita mau kemana?"

"Udah, ikut aja."

Juna menariknya, membawa Arsa berjalan di sampingnya keluar dari kontrakan. Sebelum itu, Arsa udah mengambil kuasa atas tangannya sendiri dari tangan Juna.

Iya, Juna tadi gak sengaja merasakan tangan kecil Arsa yang bergetar alias tremor.

Arsa diem-diem aja, bahkan ketika Juna menghampiri sebuah mobil yang di parkir di sebuah tanah lumayan lapang beratap reot di salah satu sudutnya.

"Ini mobil siapa?"

"Gue," Juna mendorong Arsa masuk ke dalam mobilnya.

Mobil ini dia taruh disini, bayaran dua ratus ribu per bulan, taruh mobil di kontrakan udah pasti gak muat. Jadi, secara gak langsung Juna adalah seorang anak Sultan.

Good Days [KyuSahi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang