10

1.3K 177 79
                                    

biasakan, tolong vote dan komen.

good days.

Arsa keracunan.

Besok adalah jadwal mereka semua bakal pergi ke Bandung buat liburan. Tapi Arsa harus mendekam di rumah sakit sampai besok pagi karena keracunan makanan yang di kasih sama Haris.

Isi kontrakan pada heboh semua, malem-malem Dean mau pinjem charger karena jenis ponselnya sama Arsa sama, ketok pintu dan langsung liat Arsa yang bukain udah kaya mayat hidup. Mukanya pucet dan keliatan gak berdaya.

Dean auto teriak-teriak bikin Juna langsung keluar kamarnya, singkat kata dan cerita sekarang Arsa masih harus habisin infus. Mana sedih banget tadi dia harus di tusuk-tusuk jarum berkali-kali karena suster susah buat cari pembuluh darahnya.

Satu jam di rawat, tangan Arsa bengkak, cairan infusnya ngumpul di punggung tangan dan bikin Hanan kalang kabut nyaris nangis, dia marahin suster yang menurut dia gak becus ngurusin pasien sampai susternya minta maaf berkali-kali seraya memindahkan infus ke tangan kiri Arsa yang beruntungnya berhasil di percobaan pertama. Hanan udah bodo amat kalau susternya kena mental gara-gara dia omelin, liat Arsa yang gak berdaya gitu sakit banget hati Hanan.

Haris udah habis di caci maki sama Dean gara-gara kasih makanan paketan dari mantannya buat Arsa sore tadi.

"Gitu tuh makanya, lo jadi laki jangan kebanyakan tingkah, dendam 'kan mantan lo!" kata Dean masih kemusuhan.

Haris meringis di pojokan ruang rawat Arsa.

Omong-omong ini semua anak kontrakan ikut, Satria yang langsung bilang masukin Arsa ke ruang VIP katanya kalau bareng sama pasien lain bikin pusing, belum virus dan tetek bengek lainnya. Untung sultan, dan Haris juga berkenan bertanggung jawab.

"Jadi aja mantan lo kirim makanan kadaluarsa, Ris, dia senep banget kali sampe pengen elo mati!" kata Panji ikutan julid.

"Mulutnya, Kak!" Mashi yang duduk sebelah Panji mendengus, sementara yang di katain cuma bisa menghela napas.

"Gue gak tau dia semarah itu, lagian udah lama kita putusnya, gue pikir niat baik mau silaturahmi," kata Haris mukanya penuh penyesalan.

"Eh, ternyata malah ngirim racun!" kata Hanan.

"Udah gitu yang kena orang yang gak tau apa-apa lagi!" sambung Yudha.

"Maafin Abang ya, Sa?" itu kata Haris untuk kesekian kali ke Arsa.

"Gak apa kok, aku udah baik-baik aja sekarang."

Untung ini Arsa, coba kalau Hanan, pasti Haris udah di gebukin Satria dan di suruh ganti rugi satu miliyar.

"Terus ini, besok kita gak usah jadi liburan aja gimana?" kata Yudha yang lagi elus-elus perut Arsa biar gak sakit, soalnya Arsa sempet ngadu perutnya nyeri.

Enaknya jadi Yudha ya.

"Eh, jangan, ini 'kan liburan yang kalian semua tunggu-tunggu, aku gak apa kok, besok aku juga udah sembuh," kata Arsa.

"Mana ada sembuh, muka lo aja masih kayak mayat hidup gitu," kata Panji julid, sebenernya dia khawatir, tapi emang apa yang keluar dari mulutnya selalu terdengar julid, jadi mohon maap aja sih.

"Gak apa, serius, nanti aku minta tolong Kevin buat anter pulang ke kontrakan," kata Arsa.

"Kevin siapa?" tanya Yudha.

"Temen aku, kita sefakultas," kata Arsa.

"Ngapain nyusahin orang lain? gue gak ikut pergi ke Bandung, lo sama gue aja."

Semua mata memusat atensi ke Juna, terus, Arsa yang setengah duduk senderan di brankarnya melirik Mashi, yang di lirik diem-diem aja, diem-diem nahan cemburu kayaknya.

"Nggak usah, aku—"

"Kalian pergi aja besok, udah booking tempat bagus sama tenda 'kan? udah di bayar juga, sia-sia kalau batal gitu aja," kata Juna bikin semua yang ada disana natap heran.

"Lo kenapa gak mau ikut?" Yudha nanya dong, "Bandung kan tempat lahir lo, Jun."

"Gue gak perlu alasan buat gak mau dateng ke Bandung, kalau gue gak mau, ya gue gak akan pergi."

Semua orang diem sampai Satria berkata, "Ya udah, Arsa lo beneran gak apa-apa ditinggal?"

Arsa mengangguk, terus noleh ke Yudha, "Kakak juga pergi, ya? aku tau kakak capek banget sama kuliah dan kerja," katanya.

Sebenernya, Arsa mau ikut juga karena mau bareng dan liat Yudha melepas penatnya, tapi berhubung dia sakit, alhasil, Arsa mau Yudha tetep pergi.

"Tapi kamu gimana, sayang?" kata Yudha, mukanya masih khawatir.

"Aku gak apa-apa, besok juga kan udah pulang," kata Arsa.

Diem-diem, Panji melirik raut muka Mashi yang agak keruh dan Juna yang santai-santai aja kayak gak habis bikin hati orang tersayat-sayat.

Malam itu Arsa di tinggalkan berdua sama Juna, yang lain mau siap-siap soalnya besok jam delapan udah harus berangkat sebelum jalanan macet.

good days.

"Mashi," Yudha yang lagi bikin susu tengah malem gara-gara gak bisa tidur menemukan Mashi lagi duduk sendirian di dapur.

"Eh, kenapa Kak?"

"Kamu ngapain belum tidur? besok kita berangkat pagi, nanti telat bangun, gimana?" Yudha akhirnya duduk di depan Mashi.

"Gak akan kok, lagian sengaja, biar nanti tidurnya bisa di perjalanan aja," kata Mashi sambil senyum kecil.

"Kamu pasti mikirin Juna, ya?"

"Engga," kata Mashi.

"Pasti lagi bohong ya?"

"Engga," Mashi bilang sambil terkekeh.

"Engga, engga salah lagi, ya kan?" kata Yudha.

Mashi cuma bisa tersenyum kecut, tapi Yudha masih bisa membalas dengan senyum teduh.

"Mashi."

"Hm?"

"Gak perlu di kejar karena dia bisa lari, gak perlu di pegang karena dia bisa lepas, biarin aja, biarin berjalan sebagaimana mestinya."

Alis Mashi berkerut mendengar ucapan Yudha yang sedikit rumit di malam yang cukup berat ini. Mashi bingung.

"Biarin semesta bekerja, kalau Juna emang di ciptakan untuk berlari jauh dan pulang ke kamu, maka kamu pasti bakal jadi rumah buat Juna." Kata Juna bikin Mashi cuma bisa mengukir senyuman.

Yudha, sudah lama menerapkan teori ini di dalam kisah hidupnya.

Karena kadang, ada usaha-usaha yang harus gagal, ada saatnya kita manusia cuma boleh menyaksikan semuanya kejadian dan menerima apa yang udah di berikan.

Juna gak pernah cerita hatinya untuk siapa, Yudha gak pernah bertanya sudah sebanyak apa Mashi menginginkan Juna, dan Mashi juga gak tau kalau ngobrol sama Yudha bisa bikin dia merasa jauh lebih tenang kayak saat ini.

Di balik dinding pemisah ruang tengah sama dapur ada Panji, yang sekaligus mendengar semuanya. Meskipun dia rada kesel karena bukan dirinya yang ada buat malam badmood Mashi, tapi, ucapan Yudha emang ada benarnya.

Lagian, Panji punya intuisi yang kuat kalau Mashi gak akan pernah bisa sama Juna.

"Selamat malam epribodi, gue lapar banget, buset gak bisa tidur!"

Ketenangan malam Mashi pun sirna seketika, berganti dengan tengah malam berisi canda dan gelak tawa.

Perpaduan antara Panji dan Yudha emang gak pernah mengecewakan, tapi, bumi gak pernah punya dua matahari,

Bumi cuma boleh punya satu.

tbc.

Good Days [KyuSahi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang