14

1.2K 171 35
                                    

Keesokan harinya, Arsa, Hanan dan Mashi kompak demam bareng. Badan mereka panas tinggi, pagi-pagi bahkan Hanan muntah-muntah kayak orang morning sickness.

Alhasil, Dean harus di titipin tiga surat izin sekaligus.

Yudha balik kalang kabut di kasih tau adiknya demam, terus di ceritain tragedi yang kemarin malam. Satria yang beliin obat buat mereka, merasa agak bersalah kalau mereka demam gara-gara cerita kemarin malam.

"Kasian banget, mana Arsa kemarin keracunan, eh sekarang demam," kata Dean sambil nyiapin nasi bungkus buat ketiga temennya yang lagi demam. Iya, kalau bubur mereka mah udah pasti nolak.

"Tapi udah turun panasnya, udah gak ngigo juga tuh si Arsa," kata Panji nungguin jatah makan buat Mashi.

"Ya iya, untung gercep di kasih obatnya," kata Dean singkat.

Cuma ada mereka di kontrakan, sisanya masih ada kegiatan, bahkan Yudha pergi lagi buat urusan Hima.

Pas Dean mau bawain nasi ke atas, kebetulan banget Juna datang, "nitip dong, Jun, kasih Arsa suruh makan," kata Dean.

"Iya, Hanan masih muntah-muntah, Yan?" tanya Juna sambil ambil minum, haus, Jekardah panas zzz.

"Tadi pagi doang kayaknya, Jun, udah minum obat juga, tu anak sakit kepala brutal gara-gara kepikiran setan!" kata Dean.

Juna terkekeh, Hanan emang diem-diem sensitive, "Ya udah, sana kasih makan, ntar gue liat habis dari atas," kata dia.

Dean nurut lalu pergi ke kamar Hanan.

Juna naik bawa makanan titipan Dean buat Arsa, pas mau ketuk pintu, Arsanya keluar.

"Mau kemana?" tanya Juna.

"Mau keluar," muka Arsa datar banget, keliatan agak linglung.

"Keluar kemana, yang jelas?" Juna masuk, letakin makanan Arsa di atas meja.

Arsa keluar gitu aja, turun tangga dan melangkah ke belakang kontrakan dan Juna jelas ngejar.

"Arsa, lo mau kemana?"

"Arsa? Oi, Jun, dia kenapa lagi?" Panji keluar kamar Mashi bawa piring kosong.

"Gak tau, tadi main ngeloyor pergi gitu aja, Ji!"

Alhasil akhirnya Juna sama Panji nyusulin Arsa yang berdiri diem menatap pohon gede di tanah lapang yang kepisah sama tembok rendah sebagai pemagar kontrakan.

"Wah, gak beres nih, Jun!" kata Panji.

"Masih siang padahal!" balas Juna.

"Samperin aja, samperin, bawa masuk!"

Juna manut aja, dia pegang bahu Arsa tapi di tepis.

Arsa di tarik gak mau dan ngehempas tangan Panji yang mau megang dia.

"Arsa, lo kudu sadar, disana gak ada apa-apa!" bentak Panji keras, dia pernah liat bapaknya marahin adeknya pas lagi sawan, karena kasihan, dia tanya bapak tapi kata bapak itu bukan adek.

"Arsa, ayo masuk!" kata Juna masih usaha narik Arsa.

"Geret aja, Jun, geret!" Panji gregetan, takut sama kasihan jadi satu, badan doang gede kaya bison, sama setan siang-siang aja takut.

"Gak mau, jangan sentuh aku!" bentak Arsa pas Panji mau pegang tangannya, Panji langsung natap julid, dia marah sama yang bikin Arsa kayak gini.

"Ni bocah bener-bener ye!" Panji emosi, dia natap tajam pohon gede itu.

Sementara Juna di pukulin sama Arsa, Panji mau misahin tapi mendadak tenaga Arsa jadi lebih kuat sampai dia kejengkang terhempas.

Panji melihat Juna meluk Arsa erat banget.

Good Days [KyuSahi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang