Di sepanjang jalan Flavia hanya diam saja dengan wajah menunduk, dia terlihat sangat gelisah terlebih setelah mendengar Akasia akan tinggal selama beberapa hari di istana. Dia yakin kesempatannya mendekati Jarrel akan semakin terhalangi.
Saat ini dia berusaha untuk menjadi bisu saja, hatinya merasa sedih tapi dia tidak memiliki hak untuk marah.
Jarrel merasa aneh karena perempuan itu hanya diam saja, dia juga tidak marah saat dirinya mengajak berjalan kaki tanpa kendaraan.
Mereka berdua sedang menyamar, Jarrel memakai kerudung dan menutup wajahnya dengan kain sedangkan Flavia memakai cadar.
Dirinya merasa bersalah karna telah memarahi Flavia tapi itu juga salah Flavia.
"Apa kau marah......? " tanyanya setelah terdiam cukup lama
"...................... "
Tidak mendapat jawaban membuat Jarrel menghentikan langkahnya dan Flavia juga ikut menghentikan langkahnya.
Jarrel melihat ke belakang dan Flavia juga melihat ke belakang. Karena kesal dia mendekati Gadis itu dan berdiri di hadapannya.
Flavia mendengus, dia menghadap ke arah samping, jarrel menggeser posisinya menjadi ke samping. Flavia menghadap ke arah kanan dan Jarrel pun kembali bergeser ke kanan. Begitu seterusnya sampai Flavia mulai emosi dan berjalan Melewati Jarrel.
"Flaviaaaaaa.............. " Jerit Jarrel marah dan gadis itu berhenti tanpa melihatnya
"Apa kau melupakan sopan santun mu....? "
"................... "
Kembali tidak mendapat jawaban...
Dengan wajah geram dia kembali mendahului Flavia dan memimpin Jalan.
Mata Flavia tidak sengaja melihat sebuah kerumunan dan dia berjalan mendekat. Terlihat beberapa orang sudah tergeletak dengan tubuh penuh luka dan juga sedang menahan sakit.
"Baiklah apa ada lagi yang ingin mengikuti pertandingan ini.... ? "
"Jika ada yang bisa mengalahkan nya maka aku akan memberi kalian satu kantung uang ini yang pastinya sangat banyak.... "
Mata Flavia berbinar cerah, ini kesempatan langka dan dia tidak boleh menyia-nyiakannya.saat dia memiliki waktu luang, dia meminta Fremont untuk melatihnya menggunakan pedang. Meskipun dia tidak begitu mahir tapi jika dia mau mencoba dia yakin pasti bisa.
"Tapi... Jika yang menang mencoba membunuh yang lemah maka aku tidak akan bertanggung jawab. Itu adalah hak mereka para pemenang dan mereka bisa melakukan apa saja sesuai keinginannya.... "
Senyum Flavia luntur seketika, hatinya menjerit takut tapi uang yang di tawarkan tidaklah sedikit. Dia juga tidak tau kapan dirinya akan diberi upah oleh Raja songong itu.
Dengan perlahan dia mengambil sebuah pedang yang telah disediakan dan langsung naik ke atas panggung.
Sedari tadi Jarrel tidak merasakan langkah seseorang yang mengikutinya di belakang. Dia berbalik dan tidak mendapati siapapun.
Melihat orang-orang yang berlarian mengerumuni panggung, dia menjadi bingung dan matanya sukses melotot lebar ketika melihat Flavia sedang berdiri di atas panggung dengan sebuah pedang di tangannya.
"Flavia tidak bisakah kau sehari saja tidak membuat ulah... " bisiknya lirih dan berjalan mendekat
"Ya akhirnya ada juga seseorang yang berani menantang mu tuan Dusten.... Dan dia adalah seorang perempuan..."
Flavia tentu saja terkejut,orang itu membuka tudungnya kemudian terlihatlah wajah tampan yang sedang menyeringai lebar dan sangat berbahaya.
"Aaaa lihat Tuan Dusten sangat tampan.... " ucap para gadis histeris
KAMU SEDANG MEMBACA
Become A Servant Of The King
RomanceHidup dengan penuh kemewahan tapi di perlakukan seperti anak tiri, hanya karna dirinya tidak secantik adiknya. Terlebih setelah kecelakaan yang disebabkan oleh Brisa membuat Flavia harus menggantikan posisinya untuk menikah dengan pria tua yang cac...