1 tahun kemudian...
Langit sekarang sudah menduduki kelas 3 SMA. Sudah satu tahun ternyata, cepet banget.
Dan sejak satu tahun itu juga, Senja sudah tidak pernah muncul lagi. Langit hanya berpositif thinking saja, mungkin Senja sudah tenang disana.
"Lang! Cepetan turun sarapan! Ada Tasya juga nih nungguin kamu, katanya mau berangkat bareng!" Ujar Ria berteriak dari meja makan.
Langit yang sedang melamun sambil memasang dasinya terlonjak kaget. "Iya Ma! Bentar lagi Langit turun!" Ujar Langit yang tak kalah keras.
Iya, Tasya sekarang lagi di rumah Langit. Kalian masih ingat kan, Tasya, teman sekelas sekaligus sebangku dengan Langit.
Beberapa bulan terakhir ini, Langit agak menjauh dari Tasya. Pasalnya waktu itu pas jam istirahat, Tasya terang-terangan mengungkapkan cintanya ke Langit di depan semua murid di kantin, sampai guru-guru juga tahu.
Pertama-tama sih Langit kagum dan juga suka sama Tasya, tetapi lama-kelamaan Langit tidak tertarik lagi, karena sifat asli Tasya itu ya caper, bawel, manja. Dan Langit nggak suka itu. Hampir setiap cowok yang lewat di depan kelas mereka di godain sama Tasya.
Sekarang Tasya malah nempelin Langit, dan itu membuat Langit risih. Padahal waktu Tasya menyatakan cintanya, Langit menolaknya dengan cara baik-baik agar Tasya tidak terluka, tapi cara itu tidak mempan. Malah sekarang Tasya nggak mau jauh-jauh dari Langit.
Setelah berpakaian rapi, Langit berjalan ke arah meja makan, dan ya ada Tasya juga disana.
"Hai Langit!" Sapa Tasya semangat saat melihat Langit yang turun dari tangga berjalan ke arahnya, sebetulnya ke arah meja makan.
"Hm" ujar Langit, yang malas di ganggu oleh Tasya.
"Ayo Tasya, sarapan bareng sama Tante sama Langit" ujar Ria.
Sedangkan Langit sama sekali tidak memperdulikan nya."Eh, nggak usah Tante, Tasya udah sarapan kok tadi, biar Tasya tungguin Langit aja" ujar Tasya sopan, sambil malu-malu.
"Lo ngapain ke sini Sya?" Ujar Langit.
"Langit, kok ngomong gitu sih?!" Tegur Ria.
"Aku kesini karena mau pergi sekolah bareng kamu Lang" ujar Tasya cemberut, tidak suka dengan pertanyaan Langit tadi.
Langit sangat risih mendengar panggilan aku-kamu dari Tasya.
"Kenapa nggak pergi sendiri aja?" Ujar Langit dingin.Entah kenapa semenjak Senja pergi, Langit tidak suka di dekati oleh perempuan lain, selain Senja.
"Langit jangan gitu dong ngomongnya, Langit nya mau kok Sya pergi sama kamu" ujar Raga.
"Apaan sih Pa?" Ujar Langit yang kemudian mendapati pelototan dari Papanya, Raga.
Rasanya Langit tidak nafsu makan lagi, Langit beranjak dan meraih tasnya yang tadi ia letakkan di kursi sampingnya agar tidak di tempati oleh Tasya.
"Langit pergi sekolah dulu Pa, Ma" ujar Langit sambil salim kepada kedua orang tuanya, dan di ikuti oleh Tasya.
"Misi Tante, kita pergi sekolah dulu" ujar Tasya.
"Iya kalian hati-hati ya" ujar Ria.
"Lang, Tasya nya tungguin dong" ujar Raga yang melihat Langit yang nyelonong duluan keluar rumah.
"Hm" jawab Langit acuh.
Keluar dari rumah, Langit dan Tasya berjalan kaki dulu sampai ke halte bus. Sebenarnya tadi Tasya diantar oleh supirnya ke rumah Langit. Bego banget kan. Kenapa nggak di antar langsung sama supirnya aja, malah melipir ke rumah Langit dan lebih memilih naik bus bersama.
'asalkan bareng Langit' batin Tasya.
Kalian ingatkan, untuk sampai ke halte bus harus melewati danau dulu. Setiap melewati danau itu, Langit selalu ke ingat sama Senja.
"E, Sya, bentar yah. Gue mau mampir ke danau dulu" ujar Langit dan berbelok ke arah danau yang berada di samping jalan itu.
"Ihh buat apa? Ntar kita telat loh" ujar Tasya sedikit kesal.
Langit tidak menghiraukannya, ia tetap berjalan menuju danau.
Ini adalah kebiasaan Langit selama setahun ini. Sudah seperti ritual, sebelum berangkat sekolah, Langit menyempatkan diri untuk mampir ke danau.
Langit menghirup dalam-dalam udara sejuk yang menerpa wajahnya, berasa senja masih berada di sampingnya.
"Kamu lagi ngapain sih Lang? Ayo ah ntar kita telat lagi" ujar Tasya kesal sambil bersedekap dada di belakang Langit.
"Kenapa Lo nggak pergi sendiri aja?" Usir Langit tanpa menoleh sedikit pun, matanya terpejam menikmati suasana tenang di tepi danau.
Langit pun membuka matanya, dan berbalik. Melanjutkan perjalanan nya menuju halte bus. Langit sedikit mempercepat langkahnya, membuat Tasya yang tertinggal di belakang meneriakinya.
Langit tidak menghiraukannya dan tetap berjalan."Langit! Tungguin aku dong!" Ujar Tasya sambil sedikit berlari.
👻👻👻Sesampainya di sekolah....
Langit berjalan menuju kelasnya yaitu kelas 12 IPA 3, dengan Tasya yang terus mengekor di belakangnya.
Seorang siswa yang tiba-tiba datang menghentikan langkah Langit yang hendak masuk kelas.
"Lang, Lo di panggil wali kelas Lo, di suruh ke ruang guru" ujar siswa itu, langit pun mengangguk dan siswa itu berlalu pergi.
"Sya, Lo masuk duluan aja. Gue mau ke ruang guru dulu" ujar Langit, bermaksud agar Tasya tidak mengintili nya terus.
"Ok Lang!" ujar Tasya semangat, ia berfikir bahwa Langit menyuruhnya menunggu dan akan menemuinya kembali, padahal tidak.
Langit pun berjalan menyusuri koridor kelas, dan sampailah ia di depan ruang guru.
Langit masuk dan langsung menuju tempat wali kelasnya berada."Ibuk manggil saya?" Tanya Langit.
Wali kelas yang biasa di panggil dengan sebutan Bu Ririn itu pun mengangguk."Emang ada apa buk?" Ujar Langit.
"Kamu tolong sampein yah ke teman sekelas, hari ini kita free class. Tapi bukan berarti bebas loh ini, kita semua harus bersihin kelas sampai bersih. Itu perintah kepala sekolah" jelas Bu Ririn.
"Ohh gitu, iya buk. Langit bakalan sampein ke temen-temen sekelas. Kalo gitu Langit permisi yah buk" ujar Langit yang di angguki oleh Bu Ririn.
Langit berbalik menuju arah pintu keluar. Saat hampir sampai pintu keluar, Langit berpapasan dengan seorang siswi yang langsung membuatnya terdiam. Siswi itu baru saja keluar dari ruang kepala sekolah.
"Itu...?" Gumam Langit tidak percaya.
"Eh eh bentar" ujar Langit memberhentikan seorang siswa yang juga keluar dari ruang kepala sekolah.
"Kenapa?" Tanya siswa itu.
"Cewek yang tadi siapa? Kok gue gak pernah liat dia di sekolah ini?" Tanya nya pada siswa itu.
"Ohh dia itu murid baru, pindahan dari Surabaya. Mungkin besok dia udah mulai sekolah" jelas siswa itu.
"Ohh gitu, ya udah. Makasih" ujar Langit, dan siswa itu pun berlalu pergi.
Sepanjang perjalanan kembali ke kelasnya, Langit terus melamun.
'Surabaya ya? Dia nggak mungkin Senja. Senja kan orang Jakarta' batin Langit.
TBC
Jangan lupa vote
![](https://img.wattpad.com/cover/273457994-288-k246116.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Langit Senja
Fiksi RemajaTangan Langit terangkat untuk menghapus jejak air mata Senja yang masih menetes. Tapi tangannya menembus kepala Senja. "Eh, gak bisa ya" ujar Langit terkekeh sambil menarik tangannya dan menggaruk belakang lehernya yang tidak gatal. "Lupa kalo Lo ha...