Part 16

61 54 6
                                    

Langit dengan tergesa-gesa keluar dari rumah Vino.
"Senja kemana?" Gumam Langit sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Langit menoleh kan kepalanya ke kiri dan ke kanan tapi sama sekali tidak ada yang lewat.

'Apa dia balik kerumah gue' batin Langit.
'gue liat aja lah dulu' Langit bergegas ke rumahnya.

👻👻👻

Sesampainya di rumah...

Terlihat Langit mondar-mandir mencari keberadaan Senja dengan keluar masuk ke semua ruangan yang ada di rumahnya. Tapi tetap tidak ada tanda-tanda adanya Senja di rumah ini.

Langit menghela nafas panjang, mengatur nafasnya yang tidak beraturan karena mencari Senja tadi.

Langit berkacak pinggang. "Kok dia tiba-tiba kabur sih? Bukannya tadi dia yang mau banget ke rumah Vino?"

"Apa dia di tepi danau kali ya?" Gumam Langit.

Tanpa menunggu lama, Langit bergegas menuju danau yang biasa dia datangi jika ingin bertemu Senja.

👻👻👻

"Senja! Di cariin juga, ternyata malah di sini. Eh? Lo kenapa? Lo nangis?" Ujar Langit beruntun sesaat setelah dia menemukan Senja yang sedang duduk di atas ayunan tepi danau.

"Hiks" hanya suara isakan yang terdengar dari mulut Senja, kepalanya semakin tertunduk.

Langit menyamakan tinggi nya dengan Senja dengan berjongkok di depan Senja yang duduk di atas ayunan. Untung saja sekarang danau sedang sepi.

"Ja, Lo kenapa nangis?" Tanya Langit sekali lagi, dengan suara yang lebih lembut, tidak tega melihat perempuan menangis.

" Senja sedih banget Langit...." Ujar Senja menjeda sebentar ucapannya. Langit masih setia mendengar dan menatap Senja yang masih menunduk.

"Seharusnya Senja nggak usah tau dari awal gimana Senja mati, saat denger kata-kata ibunya Vino tadi
Rasanya sakit banget.." ujar Senja semakin tertunduk dan tidak kuat melanjutkan ucapannya.

Langit menampakkan ekspresi senangnya
"Lo udah tau masa lalu Lo? Bagus dong." Ujar Langit tiba-tiba membuat Senja mendongakkan kepalanya menatap Langit yang juga tersenyum menatapnya.

"Maksud gue..." Langit menjadi gelagapan karena di tatap dengan tatapan datar khas seorang Senja.
"Maksud gue, Lo gak akan penasaran lagi sama masa lalu Lo itu. Kenapa malah sedih?"

Kepala Senja kembali tertunduk.
"Masalahnya bukan itu Langit....Masa lalu Senja itu nggak sesuai sama yang Senja bayangin" air mata Senja kembali turun setelah beberapa saat tadi berhenti.

"Senja kira masa lalu Senja itu bahagia, tapi ternyata......hiks" Senja menjeda ucapannya sebentar.

"Itu aja masih sebagian masa lalu Senja. Tapi Senja udah nggak sanggup buat tahu masa lalu Senja yang lainnya" ujar Senja.

Langit memalingkan pandangannya, berpikir, Langit masih bingung, masa lalu apa yang sudah di ketahui Senja sampai dia menangis seperti itu.

Langit kembali menatap Senja yang masih setia menunduk.

"Emangnya...apa yang Lo dengar tadi di rumah Vino?" Ujar Langit hati-hati agar tidak menyinggung perasaan Senja.

"Senja.... Senja ternyata bunuh diri Langit. Bunuh diri, dan Senja nggak tau kenapa itu bisa terjadi. Dan ternyata orang tua Senja udah nggak ada" ujar Senja sambil memberanikan diri menatap mata Langit.

Langit tertegun mendengarnya, bisa ia lihat kesedihan bercampur kecewa dari mata Senja. Langit kembali memalingkan wajahnya tidak sanggup melihat mata Senja.

Kening langit berkerut, berpikir, kenapa bisa masa lalu Senja seperti itu.

"Hiks" Isak Senja yang masih terdengar.

Langit kembali menatap ke arah Senja yang masih menatapnya.

"Senja udah, jangan nangis lagi. Gue akan bantu lo buat nyelesain masalah Lo ini." Langit menjeda ucapan nya sesaat.

"Dan Lo harus ingat. Walaupun itu menyakitkan, Lo harus tahan Ja. Masa lalu Lo itu, adalah jalan satu-satunya buat Lo bisa tenang dan nggak gentayangan lagi" ujar Langit berusaha menenangkan Senja.

Senja mengangguk. "Langit benar, walaupun masa lalu Senja itu buruk, Senja harus bisa terima. Agar Senja bisa tenang dan nggak nyusahin orang lagi. Langit harus bantu Senja yah" ujar Senja yakin dan tersenyum.

"Iya, pasti gue bantu" ujar Langit tak kalah yakin.

Tangan Langit terangkat untuk menghapus jejak air mata Senja yang masih menetes. Tapi tangannya menembus kepala Senja.

"Eh, gak bisa ya" ujar Langit terkekeh sambil menarik tangannya dan menggaruk belakang lehernya yang tidak gatal.

"Lupa kalo Lo hantu" lanjut Langit masih di iringi kekehannya, ia merasa canggung.

"Gak papa, Senja bisa hapus sendiri air matanya" ujar Senja terkekeh. Tangan pucat nya mengusap wajahnya yang sebelumnya di genangi oleh air mata.
"Udah" ujar Senja dan tersenyum manis ke arah Langit.

"Mm.. kerumah gue aja yuk" ajak Langit.
Entah kenapa kata-kata itu langsung keluar dari mulut Langit.


👻👻👻

"Ja, kalo Lo mau sendiri dulu....gue nggak bakalan ganggu kok. Lo ke kamar gue aja, gue mau disini dulu, mau nonton soalnya" ujar Langit sambil meraih remote TV sambil menghempaskan diri ke sofa dan mulai menyalakan televisi.
Senja hanya menurut dan langsung pergi ke kamar Langit.

"Duhh lapernya.... makanan nggak ada, Bi Ina mana lagi, nggak datang-datang? Di kulkas ada nggak ya makanan?" Gumam Langit, menguap lebar, dan beranjak menuju dapur untuk melihat apakah ada sesuatu yang bisa di makan di rumah ini.

Badan Langit mengarah ke sebuah lemari Dapur di samping lemari es yang biasanya terdapat cemilan di sana.

"Untung aja masih ada cemilan, kalo tidak, aduhhhh bisa mati kelaparan anak mu ini mah" ujar Langit dramatis sambil memeluk dua bungkus cemilan yang lumayan besar dan membawanya kembali ke ruang keluarga tempat ia menonton televisi tadi.

Langit tertawa melihat adegan lucu di TV, sesekali terbahak-bahak sampai tenggorokan nya sakit karena tersedak kacang yang sedang di makannya.
Setelah menghabisi sebungkus cemilan yang cukup besar itu, Langit membuang bungkusnya sembarangan di dekat karpet. Matanya masih setia memandang ke arah layar televisi.

Kriekk

Ada yang membuka pintu, langit hanya melirik sekilas lewat ekor matanya, dan kembali menonton TV, ia tidak peduli siapa yang masuk, palingan juga Bi Ina yang datang.

"Ya ampun Langit! Makan cemilan kok bungkusnya sampai berserakan gitu!"

Langit berjengit kaget, dan langsung berdiri menoleh ke sumber suara yang tak lain adalah suara Ria, Mamanya.

"Mama?! Mama udah pulang? Kapan?" Tanya Langit beruntun, yang juga masih kaget atas kedatangan Ria.

Ria menghembuskan napas lelah. "Baru aja nyampe" ucapnya sambil berjalan dan duduk di sofa.

Langit mengambil alih koper Mamanya dan ia letakkan di samping sofa. Langit Menyusul duduk disamping Ria.

Ria melirik bungkus cemilan Langit yang berserakan, melihat itu Langit juga ikut melihat ke arah bungkusan cemilan yang tergeletak di karpet itu.

"Eh nanti Langit bakal bersihin Ma, beneran deh" ujar Langit sambil menyengir membuat Ria hanya bisa menggelengkan kepalanya.






TBC

Jangan lupa vote

Langit SenjaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang