Part 14

63 69 8
                                    

Langit sudah ancang-ancang ingin kabur jika terjadi sesuatu pada film horror itu, ia meremas kursinya kuat.

Hantu di dalam TV itu menyeringai seram sambil mengulurkan tangannya ke arah depan, tepatnya ke arah Langit.

Langit menutup matanya menggunakan bantal sofa. Dengan segenap keberanian yang masih tersisa, Langit membuka kedua matanya dan menurun kan bantal sofa yang di pegang nya.

Seketika tubuhnya menegang kaku saat bertatapan dengan makhluk di depannya.

Wajah mereka sangat dekat, sampai-sampai Langit menahan napasnya.

Bukannya salting atau gugup, tapi melihat penampakan tepat di depan wajahnya yang berupa sosok makhluk pucat dengan rambut tergerai panjang, yang merangkak keluar dari TV, dan sekarang sosok itu tepat di depan wajahnya.

"Aaaaaa!!!!! Hantu!!! Pergi Lo SETAN!!" Ujar Langit sambil berbalik menaiki sofa dan bersembunyi di belakang nya.

"Hihihi Langit lucu deh kalo lagi takut" ujar hantu itu yang suaranya sangat familiar di telinga Langit.

Langit pun secara perlahan mengintip kan kepalanya untuk melihat siapakah sosok itu.

"IHHH, RESEKK" ujar Langit setelah mengetahui sang pelaku yang menyebabkan jantungnya lari maraton. Ternyata Senja.

Sudah kuduga...

"Seneng amat ngerjain orang" gerutu Langit.

"Kok takut sih, Senja cuman bercanda loh tadi" ujar Senja terkikik geli, mengingat ekspresi muka Langit tadi yang kagetnya sama sekali tidak elit.

"Au ah, males" ujar Langit berlalu menaiki tangganya menuju kamar, karena ia harus siap-siap mau ke rumah Vino.

"Langit mau kemana? Langit ngambek ya?" Tanya Senja yang mengintili Langit sampai depan pintu kamar cowok itu.

"Apa?! Gue mau siap-siap pergi ke rumah Vino. Kalo mau ikut ayo, kalo nggak ya udah!" Ujar Langit tidak santai. Dan membuka pintu kamarnya dengan sedikit kasar.

"Ok kalo gitu, Senja tunggu di dekat pohon samping rumah Langit yah" ujar Senja, dan sedetik kemudian menghilang menuju tempat yang di tujunya tadi, memang di dekat rumah Langit terdapat pohon mangga yang buahnya sangat lebat.

5 menit kemudian....
Langit berjalan keluar rumah, dengan ransel yang di sampirkan di bahu kanannya. Outfit Langit hari ini simpel aja, menggunakan celana jeans, kaos putih, dan kemeja kotak-kotak di bagian luar yang sengaja tidak di kancing.

Langit berjalan menuju halte bus, akan selalu menggunakan bus, bukan karena maksud apa dia selalu naik bus. Itu di karenakan sejak sekolah dasar Langit sudah biasa naik bus, Ria juga tidak keberatan, malah lebih menyarankan jika Langit naik bus saja, Ria tidak akan membiarkan Langit menaiki motor sport atau pun sejenis nya, dia sengaja tidak ingin membelikan Langit motor karena dia tidak suka Langit akan berani ugal-ugalan di jalanan. Langit pun tidak apa-apa jika selalu naik bus, toh itu juga demi kebaikannya.

Melewati pohon mangga di samping rumahnya, Langit sudah tau jika Senja nangkring di situ menunggunya untuk sama-sama pergi ke rumah Vino, Langit hanya melirik dengan ekor matanya, tidak berniat menyapa, masih dongkol akan kelakuan Senja yang membuatnya kaget tadi.

"Langit!" Panggil Senja, tapi tidak di hiraukan sama sekali, akhirnya Senja memutuskan untuk turun dari pohon dan menghampiri Langit yang terus berjalan, tanpa niat berhenti saat Senja memanggil nya tadi.

"Mau ikut apa nggak? kalo nggak gue tinggal aja" ujar Langit tiba-tiba.

"Langit masih marah sama Senja?" Tanya gadis ajaib di sebelah Langit ini.

"Nggak"

"Trus, kok jutek banget sama Senja?"

"Gue nggak jutek Senja, emang begini sifat gue"

"Iya-iya, sekali lagi Senja minta maaf ya" ujar Senja sambil terus menatap Langit dari samping.

Langit hanya membalasnya dengan dehaman sambil melirik sekilas ke arah Senja, dan masih melanjutkan langkahnya menuju halte.

Langit menaiki bus yang baru saja berhenti, dan mengangkut dirinya beserta penumpang-penumpang lain yang juga ikut masuk, dengan Senja juga tentu saja. Tak sampai memakan waktu lama, bus berhenti di halte dekat sekolahnya. Langit pernah bilang kan kalo rumah Vino dekat dengan halte sekolah.

Langit turun dari bus di susul oleh Senja, penumpang lain tidak turun, karena mungkin tujuan mereka berbeda.

Langit berjalan menuju rumah Vino yang sangat ia hapal, karena sudah beberapa kali datang ke sana walaupun hanya sekedar sampai depan rumahnya saja.


👻👻👻

Sesampainya di depan rumah Vino...

"Langit..apa gak apa-apa ya kalo Senja masuk?" Tanya Senja agak gelisah menatap rumah besar di depannya.

"Kenapa? Lo takut? Lo takut masuk ke rumah Vino?" Tanya Langit beruntun sambil menoleh ke arah Senja yang berada di sampingnya.

"Bukan gitu...Senja pengen banget masuk ke rumah Vino. Tapi kalo bener Vino itu ada hubungannya sama Senja gimana? Kalo masa lalu Senja buruk gimana? Apa Senja nanti sanggup menerimanya?" Tanya Senja beruntun juga, mengalahkan pertanyaan Langit tadi.

"Gak apa-apa, kita coba aja masuk dulu kan, kalo nggak di coba mana tau itu buruk apa nggak nya, lagian Lo nggak mau nemuin petunjuk tentang masa lalu Lo?" Ujar Langit lebih ke menyemangati Senja agar tidak terlalu khawatir.

"Iya juga ya" balas Senja sambil mengangguk ragu.

Langit pun maju dan membunyikan bel rumah itu beberapa kali, menunggu untuk di bukakan pintu .
Tak lama pintu terbuka menampakkan sosok Vino di sana.

"Hei" sapa Langit.

"Eh, dateng juga Lo Lang, gue kira nggak dateng soalnya Tasya udah dateng juga dari tadi, lumayan lama kita nungguin Lo" ujar Vino pada Langit.

Langit jadi tidak enak hati, ini adalah belajar kelompok pertama nya dengan mereka.

"Biasalah, ada urusan bentar tadi" balas Langit agak canggung.

Vino pun mengangguk.
"Ya udah, masuk aja" ujar Vino sambil berjalan terlebih dahulu masuk kembali ke dalam rumahnya.

Langit pun memberi isyarat pada Senja untuk mengikuti nya masuk juga.


👻👻👻


Sesampainya di ruang tengah, tempat mereka belajar, sudah terlihat di sana ada juga Tasya yang sedang membaca buku.

"Hai sya!" Sapa Langit.

Perempuan cantik itu menoleh, dan tersenyum sambil melambaikan tangannya mengajak mereka segera duduk. Setelah semuanya terasa siap, mereka semua memulai sesi belajarnya.

"Yang lain pada kemana? Cuman kita bertiga aja?" Tanya Langit menyadari hanya mereka bertiga yang ikut belajar kelompok hari ini.

"Pada sibuk mungkin, tadi pas di sekolah katanya iya-iya aja, tapi beberapa menit yang lalu mereka ngabarin gak bisa dateng karena sibuk" jelas Tasya yang matanya masih fokus membaca buku di tangannya.

Langit hanya ber oh ria, dan melirik ke arah Senja di sampingnya yang hanya celingak-celinguk.

"Heh, Lo pergi aja dulu lihat-lihat isi rumah ini. Siapa tau Lo dapet petunjuk" ucap Langit pada Senja sambil berbisik sehingga tidak didengar orang lain selain dirinya dan Senja.





TBC

Jangan lupa vote


Langit SenjaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang