Nick menghabiskan beberapa gelas wine saat dia dan Chloe sudah di rumah mereka. Hanya ada Olivia di sana. Dan Olivia memilih berada di dalam kamarnya. Chloe duduk di atas rooftop sambil membaca buku. Dia tahu Nick sedang menikmati wine di ruang tamu. Entah perasaan apa yang berkecamuk di hati Nick. Mungkin dia cemburu pada Garnetta yang berdansa dengan Andrew dan melampiaskannya pada Chloe saat di pesta atau dia menyesali apa yang dilakukannya di pesta dansa pernikahannya itu.
Olivia pergi ke atas rooftop untuk menemani Chloe sesuai dengan saran dari Jade. "Nyonya." Dia duduk di samping Chloe.
Chloe menutup bukunya dan meletakkan di atas meja. Dia menyesap kopinya yang masih hangat.
"Tuan sedang minum, apa Nyonya tidak ingin menemaninya minum?" Tanya wanita berambut lurus dengan kulit putih kemerah-merahan itu.
"Tidak. Aku tidak ingin menghabiskan waktu bersamanya hanya untuk menemaninya minum" Ujar Chloe.
"Kalau boleh jujur, Tuan sebenarnya orang yang baik. Dia memang agak tempramen tapi dia tidak pernah bertindak kasar kepada orang lain. Ya, kecuali, Tuan Andrew. Cobalah untuk mengenalnya, Nyonya. Sayang sekali kalau kalian menikah hanya karena paksaan dari keluarga dan tidak mau mencoba untuk saling mencintai."
"Apa cinta bisa semudah itu muncul?"
Olivia tersenyum. "Aku tidak sepenuhnya yakin, tapi mungkin saja bisa kalau kita membuka hati dan mencoba melihat kebaikannya saja."
"Dengan menutup mata soal keburukannya?"
"Selama keburukannya bisa ditoleransi aku rasa itu hanya akan membuat kita kesal saja tidak sampai membencinya kan." Olivia bangkit, dia tersenyum sebelum meninggalkan Chloe yang merenungi percakapannya dengan Olivia di malam ini saat dia sudah menyandang status sebagai istri Nick.
"Sepertinya aku tidak bisa menoleransi keburukan Nick, karena aku juga tidak akan bisa menerima kebaikannya." Kata Chloe pada dirinya sendiri setelah Olivia meninggalkannya.
Nick berdiri di sana, pria itu menatap Chloe dengan tatapan misterius dan bibir yang tersenyum. Dia di sana memperhatikan Chloe yang balik menatapnya tanpa selera. Nick berjalan dengan tangan yang dibenamkan saku celananya. Dia teringat keberaniannya mencium Chloe di depan Garnetta dan Andrew. Melihat wajah Andrew yang terbakar sekaligus melihat Garnetta yang sendu membuatnya merasa senang sekaligus terluka.
Nick duduk di samping Chloe. Bau manis wine menyengat dari tubuh pria itu seakan dia baru saja mandi dengan wine.
"Istriku..." Desah Nick.
"Kenapa saat kamu memanggilku dengan sebutan 'istriku' rasanya sangat menjijikan." Kata Chloe dengan tatapan mata dingin. Lebih dingin dari suasana malam ini.
"Kamu selalu bisa membuatku penasaran. Kenapa kamu bisa sedingin ini, Chloe? Bahkan di saat resepsi pernikahan kita."
Bau manis wine begitu menyengat indra penciuman Chloe saat Nicholas mendekatkan wajahnya pada Chloe. Hidung mereka nyaris bersentuhan saat Chloe menoleh pada Nick. Chloe menyukai bau manis wine. Apalagi wine yang dimiliki Nick bukanlah wine yang bisa didapatkan di sembarang bar.
Kedua daun bibir Chloe terbuka saat matanya tertuju pada bibir Nick. Perlahan dia menggeser pantatnya menjauhi Nick. Dia tidak ingin bibirnya kembali bersentuhan dengan bibir Nick setelah ciuman panas yang dipertontonkan Nick pada Andrew dan Garnetta,
"Malam ini..." Nick membasahi bibirnya.
Chloe merasa tidak nyaman dengan tatapan Nick. Apa yang harus dilakukannya saat ini? Menghindar dengan berlari ke kamar dan mengunci pintu kamarnya. Terdengar sangat kekanak-kanakan. Atau menendang bagian bawah Nick dan menjauhi pria itu, dia bisa meminta Olivia menemaninya di kamar. Itu, terlalu kekanak-kanakan juga.
"Kamu menciumku di depan Garnetta." Chloe mencoba mengulur-ulur waktu.
Saat menyebut nama Garnetta, tatapan mata Nick berubah. Mata yang menginginkan Chloe itu berubah agak terluka.
"Kamu ingin memanas-manasi Andrew? Tapi, kamu lupa kalau kamu juga terluka, Nick. Kamu terluka saat melihat Garnetta melihat adegan ciuman kita. Saat dia tahu kalau bibirmu kini bukan hanya untuk menikmati bibirnya tapi juga bibirku." Chloe tersenyum kecil.
Nick terdiam. Semudah itu mengalihkan pikiran Nick dari hal yang tak diinginkan Chloe. Meskipun dia harus membawa-bawa nama Garnetta. Wanita yang tidak disukainya itu. Entah untuk alasan apa Chloe tidak menyukai Garnetta.
"Aku berhasil membuat Andrew terbakar bukan?" Sebelah alis Nick terangkat tinggi.
Chloe menelan ludah. "Apa kamu tidak memikirkan perasaan kekasihmu?"
"Tidak." Jawab Nick singkat. Nick menyeringai. Dan seringainya lebih mengerikan dari yang sering Chloe lihat.
"Untuk banyak hal aku memang membencimu, Chloe. Tapi untuk masalah ranjang tentu saja itu hal yang aku inginkan darimu. Kamu membuatku penasaran bagaimana rasanya bersama dengan wanita angkuh sepertimu di atas ranjang."
Chloe berdiri dengan gerakan cepat. Dia enggan mendengar omong kosong Nick. Ya, mungkin saja perkataan Nick sebenarnya hanya untuk menakut-nakutinya saja. Bukankah kesukaan Nick adalah membuat Chloe ketakutan.
"Kamu mau ke mana, istriku? Ingatlah, kalau aku punya akses untuk masuk ke kamar tidur yang mana saja. Ngomong-ngomong, aku juga punya akses untuk masuk ke kamar mandi dan seluruh ruangan di kamar ini."
"Luar biasa, Tuan Sampah ini. Kamu sangat ingin tidur denganku rupanya. Kenapa? Bosan dengan Garnetta?" Sebelah sudut bibir Chloe tertarik ke atas. "Sayangnya, aku tidak berminat tidur denganmu, Tuan Sampah."
"Bagaimana kalau kita melakukannya di sini." Nick berdiri sambil membuka beberapa kancing kemeja bagian atasnya.
Mata Chloe terbelalak. "Sudah aku bilang aku tidak berminat bercinta denganmu!" Pekiknya.
Nick menatap wajah Chloe sembari tersenyum manis. Semanis wine yang diminumnya.
"Jangan munafik begitu, Chloe. Kamu sendiri yang pernah menawarkan dirimu. Kamu masih ingat saat kamu memintaku untuk melakukannya?" Nick kembali mendekati Chloe.
"Kamu seharusnya tahu betapa aku membencimu, Nick. Aku tidak akan sudih melakukannya dengan pria yang sangat tidak aku sukai."
"Tapi kamu membiarkan aku menciummu saat di lantai dansa dilihat puluhan orang termasuk Andrew." Nick tersenyum licik. "Kamu menikmatinya, Chloe."
"Kalau aku menolak ciumanmu aku akan dibenci oleh keluargamu karena menjatuhkan harga dirimu itu."
"Berhentilah mengemis untuk tidur denganku, Nick. Apa kamu tidak malu karena penolakanku? Aku mengizinkanmu bersama Garnetta dan kamu bebas dengannya. Cukup? Atau kamu ingin menikmati tubuh wanita lain, aku tidak akan melarangnya."
Nick melipat kedua tangannya di atas perut sembari menatap santai Chloe yang tidak bisa menutupi ketakutannya. Wanita itu cemas. Dan hal itu terlihat jelas di mata Nick. "Semakin kamu menolakku, semakin aku menginginkanmu, istriku."
Hening.
Mata mereka saling menatap.
Yang membuat Nick heran sendiri adalah saat dia mencium bibir Chloe, dia menikmatinya, tapi juga terluka karena harus memperlihatkan adegan itu di depan Garnetta. Dia melakukan hal itu untuk membuat Andrew cemburu mengingat dia sangat membenci Andrew yang menurutnya sok baik. Namun, dia masih merasakan kehangatan ciumannya dengan Chloe. Kehangatan itu bercampur dengan wine di dalam mulutnya menciptakan sensasi yang tak pernah dirasakannya sebelumnya. Sensasi yang menyerupai candu.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
The Perfect CEO (21+)
Romance*** Di saat semua wanita memuja Nicholas Dean Willis hanya Chloe yang berani menyebutnya 'sampah'dan itu membuat Nick tertantang untuk membuat Chloe bertekuk lutut padanya. mampukah Nick membuat Chloe bertekuk lutut ataukah yang terjadi malah sebal...