The Perfect CEO - 22

1.4K 157 14
                                    

Keesokan paginya, Chloe mendapati Nick berada di dapur bersama Jade. Matanya menyipit saat tahu kalau Jade membantu Nick memasak. Yang membuat Chloe geram adalah Nick bertingkah seolah-olah hanya dia yang memasak.

Chloe mendekati mereka sembari bertepuk tangan. Nick dan Jade terkejut hingga tak bergeming untuk beberapa saat.

"Jadi, ini yang kalian lakukan di belakangku?" Pertanyaan Chloe menyudutkan Nick dan Jade seperti mereka memiliki hubungan gelap di belakang Chloe.

"Chloe..." Nick tidak sanggup menyelesaikan kalimatnya.

"Mati aku!" Seru Jade memejamkan mata. "Aku permisi, ini masalah kalian berdua."

"Jade." Nick menatap Jade kesal. Padahal Jade memiliki andil dalam hal masak-memasak ini tapi dengan mudahnya dia lepas tangan saat Chloe tahu kalau dia membantu Nick.

Jade tidak menghiraukan Nick, dia melesat pergi.

"Oke, aku tidak bisa memasak, Chloe. Aku tidak mungkin bisa membuatkanmu sarapan tanpa bantuan Jade. Setidaknya, aku ada usaha untuk menuruti perintahmu kan." Nick menunjuk celemek motif bunga-bunga milik Olivia.

Chloe memutar bola mata lalu dia menyilangkan kedua tangannya di atas perut sembari menatap suaminya yang entah bagaimana terlihat takut pada Chloe. Mungkin di mata Nick, Chloe memiliki semacam mantra berbahaya yaitu rahasia pertemuannya dan Garnetta di dalam kamar hotel.

Nick menghela napas. "Sungguh, aku butuh bantuan Jade."

Tiba-tiba Chloe teringat kecupan singkat Nick di bibirnya saat matanya tak sengaja menatap bibir Nick, dia segera mengalihkan pandangannya dari bibir yang berbahaya itu.

"Aku dengar Garnetta dan Andrew akan menikah bulan ini." Chloe memberitahu Nick dengan wajah yang datar-datar saja seolah dia sudah mati rasa pada Andrew.

Nick tidak bisa menyembunyikan wajah sendunya saat Chloe memberitahu soal pernikahan Garnetta dan Andrew.

"Kamu boleh lepas dari perintahku selama kamu masih berduka."

Dahi Nick mengernyit. "Berduka?"

"Ya, kekasihmu akan menjadi istri pria lain. Kamu pasti sangat terluka kan suamiku?" Chloe tersenyum mengejek Nick.

"Untuk apa aku terluka? Aku sudah memilikimu."

Senyuman Chloe lenyap. "Begitu caramu merayu dan menggoda wanita? Cara yang murahan sekali."

"Rasanya tidak enak ya kalau sehari saja tidak berdebat denganku?" Nick mulai gerah. Dia melepas celemek motif bunga-bunganya.

"Aku tidak mengajakmu berdebat."

"Chloe..." Nick mendekati Chloe. Dia menatap wanita yang melihat dirinya sebagai 'pria sampah' itu.

"Akui kalau kamu terluka, Nick. Aku ingin datang ke pesta pernikahan Garnetta dan Andrew dan menjadi pusat perhatian di sana. Aku tidak akan memaafkanmu kalau kamu tidak bisa menuruti kemauanku."

Nick tersenyum tipis. "Memangnya apa kemauanmu?" Tanya Nick penasaran. Dia selangkah lebih maju di hadapan Chloe.

"Kamu akan tahu saat kita berada di pesta pernikahan sepupumu yang pecundang itu."

Nick tertawa kecil saat Chloe mengatai sepupunya yang pecundang. "Kamu penuh dendam rupanya."

"Aku tidak dendam. Memang dia begitu kan."

"Chloe... Chloe... kamu membuatku semakin penasaran dengan dirimu. Bagaimana bisa kamu bangkit hanya dalam beberapa waktu saja. Kamu pasti menangis saat semua orang tertidur."

Chloe menatap Nick dengan tatapan menantang. "Aku tidak akan berlama-lama melakukan hal konyol."

Nick mengangkat sebelah tangannya dan hendak menyentuh rambut Chloe. Hal sederhana yang sering dia lakukan pada Garnetta tapi saat ingin menyentuh rambut Chloe, Nick merasa ada yang mencegahnya. Seperti ada batasan yang tidak bisa dilewatinya.

"Apa yang mau kamu lakukan?" Chloe menatap curiga kalau Nick akan menamparnya. Posisi tangan Nick berada di atas pipinya. Dan yang terlihat di mata Chloe adalah Nick seakan hendak menamparnya.

Nick menurunkan tangannya.

"Kamu mau menamparku, Nick?" Tanya Chloe salah paham.

"Tidak. Aku tidak pernah menampar wanita."

"Kamu jelas-jelas akan menamparku."

"Chloe, aku tidak berniat menamparmu!" Nick kesal hingga dia berkata dengan nada tinggi. "Aku ingin membelai rambutmu. Itu saja. Kamu tidak percaya padaku?"

"Aku tidak punya alasan untuk percaya padamu." Chloe yang marah berbalik badan dan hendak meninggalkan Nick. Namun, Nick mencegahnya. Dia menarik tangan Chloe hingga wanita itu berbalik badan dan jatuh dalam pelukannya.

Nick memeluk Chloe. Wajah Chloe tenggelam di dada bidang Nick yang dilapisi kaus putih itu. Nick tidak bisa menahan diri untuk tidak membelai kepala Chloe. Chloe mendadak menjadi kaku seperti manekin. Otaknya lumpuh seketika. Dia tidak bisa berpikir apa pun. Sentuhan tangan Nick di kepalanya begitu lembut. Kelembutan itu mengirimi rasa hangat yang menjalari tubuh Chloe.

Diam-diam Jade dan Olivia menonton adegan pelukan yang seharusnya menjadi privasi Nick dan Chloe. Jade memotretnya. Olivia masih menggunakan jubah mandi saat Jade mengajaknya mengintip Nick dan Chloe.

"Kamu benar-benar mata-mata Tuan Besar ya." Kata Olivia dengan suara rendah.

"Ini kemajuan yang baik kan. Tidak salah Tuan Besar menyuruhku bekerja di sini meskipun pekerjaanku hanya menonton serial thriller, mendengarkan musik, minum wine dan makan kacang."

"Memangnya apa yang kamu lakukan? Kamu tidak punya andil sama sekali soal hubungan Tuan dan Nyonya."

"Kamu selalu saja meremehkanku, kamu sendiri kan naksir aku. Akui saja kehebatanku." Jade mencubit lengan Olivia lembut. "Kita tiru saja adegan Nick dan Chloe." Jade mengedipkan sebelah matanya.

Olivia memilih pergi daripada dia harus berpelukan dengan Jade meskipun sebenarnya dia ingin dipeluk Jade.

***

Semangaaat ya buat nyepam komemtr ^^
Eh, aku juga udah update cerita Scandal With The Boss.
Happy reading ya semuanya ♥️

The Perfect CEO (21+)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang