The Perfect CEO - 19

1.6K 140 27
                                    

Emma menemui Garnetta di rumah kecil milik Garnetta. Matanya menyapu seluruh sudut rumah. Jarinya mencolek meja yang kotor penuh debu. Dia menatap debu di jarinya. Betapa malasnya Garnetta membersihkan rumahnya. Apa sih pekerjaannya selain meminta uang pada Nick-pikirnya. Dan sekarang wanita itu tetap masuk ke keluarganya melalui Andrew.

"Aku akan membuatkan Tante teh." Kata Garnetta bersiap pergi ke dapur.

"Tidak usah." Tolak Emma. Emma meminta asisten pribadinya pergi dan memberinya privasi.

Setelah asistennya pergi, Emma mendekati Garnetta.

"Silakan duduk, Tante."

Emma menggeleng. "Kamu masih muda dan cantik, Garnetta. Aku senang meskipun kamu tidak menjadi menantuku setidaknya kamu tetap bisa masuk ke keluarga kami." Emma tersenyum licik.

Garnetta tahu kalau Emma hanya mengatakan omong kosong karena faktanya Emmalah yang melarang keras putranya menikah dengan Garnetta.

"Terima kasih." Garnetta tidak tahu harus berkomentar apa selain mengatakan 'terima kasih'.

"Adikku sudah menyiapkan rumah yang akan ditempati olehmu dan Andrew. Adik iparku itu cukup bodoh. Mereka tidak memiliki ambisi apa pun termasuk soal bisnis. Aku tidak tahu mereka bodoh atau memang pemalas hingga Kakek Nick lebih memilih memberikan tanggung jawab bisnisnya pada suamiku."

Emma menatap Garnetta lembut dan beberapa saat kemudian tatapan itu berubah tajam. "Hubunganmu dan Nick sudah berakhir. Jangan pernah mencoba mendekatinya lagi, Garnetta. Kamu tahu siapa aku? Aku bisa membuat hidupmu lebih sengsara kalau kamu mencoba untuk macam-macam dan mengganggu kehidupan rumah tangga putraku. Nick dan Chloe saling mencintai. Kamu boleh tidak mempercayai hal ini, tapi kamu akan tahu pada akhirnya kalau Nick sudah tak menginginkanmu lagi." Emma mengatakannya dengan memberi penekanan pada setiap patah kata berharap agar Garnetta akan selalu ingat apa yang dikatakannya.

Raut wajah Emma berubah lagi. Dia tersenyum pada Garnetta. "Selamat atas pernikahanmu, Anak. Semoga kamu bahagia dengan keponakanku." Lalu, wanita paruh baya yang selalu menenteng tas bermerk itu beringsut pergi.

"Kamu tidak tahu saja kalau tadi siang putramu bersamaku, Nyonya." Gumamnya setelah Emma memasuki mobil limusin hitam.

***

Keesokan paginya saat Chloe baru saja mandi dan mengenakan pakaiannya, Olivia datang ke kamarnya dengan wajah panik. "Nyonyaaa!" serunya.

"Kenapa, Olivia?" Chloe menyapukan lipstik warna maroon di bibirnya.

"Tuan..." Olivia menunjuk ke arah luar.

"Ada apa dengan Nick?" Dahi Chloe mengernyit.

"Ayo, ikut aku, Nyonya." Olivia menarik tangan Chloe hingga mereka sampai di samping dapur. Olivia berhenti disusul Chloe. Mereka mengintip Nick yang mengenakan celemek milik Olivia dengan motif bunga-bunga.

Olivia menunjuk ke arah Nick. "Tuan memasak pagi ini? Dia bahkan bangun lebih pagi dariku." Olivia takjub sekaligus ngeri.

Chloe tidak kalah heran dengan Olivia tapi dia tahu apa yang Nick lakukan mungkin hanya sebagai topeng saja mengingat Chloe pernah mengancamnya. "Ayo, kita sarapan." Chloe menarik tangan Olivia.

"Hai, selamat pagi." Sapa Nick. Matanya tertuju pada Chloe dan bibirnya tersenyum. Senyum yang ditujukan pada Chloe. Entah karena dia memang memikirkan perkataan Jade atau apa yang dilakukannya pagi ini karena Chloe mengancamnya.

Chloe menatap mata Nick beberapa saat, mencoba masuk ke kedalaman mata indah Nick yang selalu berhasil membuat wanita bertekuk lutut hanya dengan kedipan matanya.

Wajah Chloe tetap dingin. Anehnya, setiap Nick bersikap manis padanya maka Chloe akan bersikap dingin dan terkadang begitu sebaliknya. Namun, Nick juga tak jarang membalas sikap manis buatan Chloe.

"Aku membuatkanmu full english breakfast, beef wellington, lamb sandwich, dan lancashire hotpot. Sebenarnya, aku ingin memasak lebih banyak lagi untuk sarapanmu, Chloe. Tapi, kamu sudah bangun lebih dulu."

Chloe tidak berkomentar. Dia duduk dan menyuruh Olivia duduk. Olivia melirik Nick demi sopan santun sekaligus melihat apakah Nick mengizinkannya duduk bersama Olivia di meja makan.

"Duduklah, Liv. Kamu juga bisa sarapan apa saja kok. Aku masak untuk orang rumah juga. Silakan dicoba."

Melihat Tuannya yang bersikap ramah dan tampak baik dengan wajah bak malaikat itu, Olivia tidak tega kalau Chloe menyuruh Nick melakukan pekerjaan yang biasa dilakukannya.

Chloe menikmati sarapan paginya bahkan tanpa menawari Nick.

Nick melipat kedua tangan sembari memperhatikan Chloe makan. Dia berdiri dan pinggangnya bersandar di dekat kompor.

"Tuan, mari makan bersama kami." Kata Olivia.

"Tidak, aku sudah sarapan kok." Nick berbohong dan Olivia tahu itu.

Olivia menatap Chloe berharap Chloe mengerti arti dari tatapan matanya tapi Chloe tampak cuek dan menikmati makanannya.

"Oh ya, Nick, sebelum ke kantor aku ingin kamu menyapu dan mengepel rumah kita." Chloe tersenyum bossy.

"Oke." Nick menyanggupi tanpa protes.

Olivia makin tak tega pada Nick. "Biar aku saja, Nyonya. Tuan mungkin sedang banyak pekerjaan di kantor. Tidak lucu rasanya menyuruh seorang CEO muda dan tampan bersih-bersih rumah." Kata Olivia berharap Chloe berhenti memerintah Nick.

"Tidak, Olivia. Biar aku saja." Nick tersenyum tanpa beban. Astaga, tidak mungkin pria seperti Nick mau melakukan pekerjaan rumah seperti ini.

Nick melepas celemek motif bunga-bunga milik Olivia. Dia bersiap melakukan perintah Chloe.

Jade muncul dan terheran-heran dengan apa yang Nick lakukan. Pria tampan itu mengambil sapu dan mulai menyapu di bagian dapur. "Apa yang Tuan Muda lakukan?" Tanyanya.

"Memanjakan istri." Jawab Nick dengan senyum paksa pada Jade.

Jade mengambil apel dan menggigit apelnya. "Apakah cara Tuan Nick memanjakan Nyonya Chloe seperti ini? Aneh sekali! Memanjakan istri itu membelikannya kasih sayang atau membelikannya berlian."

Olivia menyenggol lengan Jade dan menyuruhnya tutup mulut dengan menempelkan jarinya pada bibirnya sendiri.

"Hari ini aku ingin pergi bersama Olivia ke toko buku. Setelah pulang nanti aku ingin rumah kita ini bersih tanpa debu secuil pun. Jangan lupa menyiram tanaman kesukaan ibu mertuaku tersayang. Bunga azalea." Chloe tersenyum meninggalkan meja makannya tanpa mengucapkan kata terima kasih pada suaminya yang menjadi chef dadakan untuknya.

Olivia mendekati Nick. "Tuan, aku minta maaf-"

"Kamu temani Chloe saja. Aku baik-baik saja kok. Aku suka memasak dan bersih-bersih."

"Jade, kamu yang bersih-bersih." Titah Olivia.

"Kenapa aku? Nyonya Chloe kan menyuruh suaminya."

"Kamu bantu aku bersih-bersih, Jade."

"Tugasku mengantar Nyonya Chloe."

"Biar aku yang melakukan tugasmu hari ini." Kata Olivia sebelum menyusul Chloe.

Jade menatap Nick sembari tersenyum misterius setelah kepergian Olivia. "Aku memang cukup hebat bukan? Membantumu memasak berbagai macam makanan untuk sarapan."

Nick menjatuhkan sapu dengan kasar di atas lantai. "Sekarang kamu di pihakku karena Olivia berada di pihak Chloe."

"Hei, aku belum berada di pihakmu, aku hanya membantumu agar Chloe kasihan pada suaminya."

***

Mau double update?
Boleh banget kok 😉

Btw Chloe dulu atau Nick dulu nih yang bertekuk lutut? 😂

Bab 20-21 aku update di Karyakarsa ya cuma 2500-an

Akun : Sabrinawd

Link : https://karyakarsa.com/Sabwd/the-perfect-ceo-bab-20-21

The Perfect CEO (21+)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang