The Perfect CEO - 24

1.4K 145 14
                                    

Kamu ke mana, Chloe? Tolong, jangan buat aku khawatir dengan pergi tanpa memberitahuku.

Pesan dari Nick membuat perasaannya semakin aneh. "Kenapa dia mengirimiku pesan seperti ini?"

Selang empat belas detik setelah membaca pesan Nick, suaminya itu meneleponnya. Chloe mengangkat panggilan telepon dari Nick.

"Chloe... halo... Chloe, kamu di mana? Aku mencarimu."

"Aku sedang dalam perjalanan pulang."

"Kamu ke mana saja? Kenapa tidak memberitahuku kalau mau pergi? Kenapa tidak meminta Jade mengantarmu dan kenapa kamu harus berbohong pada Olivia dengan bilang pergi ke rumah orang tuamu?" Nick mencerca Chloe dengan berbagai macam pertanyaan. "Sekarang kamu di mana? Aku akan menjemputmu."

"Tidak usah. Sebentar lagi aku sampai di rumah kok. Lebih baik kamu langsung ke kantor saja."

"Kamu baik-baik saja kan?" Pertanyaan itu menghangatkan sudut hati Chloe.

"Chloe..."

"Ya, aku baik-baik saja. Jangan mengkhawatirkan aku, khawatirkan saja dirimu, Nick." Chloe mematikan teleponnya.

"Nick pasti memiliki rencana dengan berpura-pura mengkhawatirkan aku. Kali ini apa rencananya? Tetap ingin membuatku bertekuk lutut seperti wanita lainnya?" Chloe mengembuskan napas kasar.

"Jangan pernah percaya pada Nick."

***

"Ya ampun, Tuan tadi tampak khawatir, Nyonya. Apa Tuan mencari Nyonya? Soalnya setelah aku beritahu keberadaan Nyonya, Tuan langsung pergi sepertinya ke rumah orang tua, Nyonya." Olivia bercerita setelah Chloe sampai di rumah.

"Ya. Dia meneleponku dan mengirimiku pesan beruntun." Chloe berkata dengan dahi mengernyit.

Pertanyaan dari Nick yang menghangatkan sudut hatinya kembali terngiang dengan visualisasi suara Nick.

"Nyonya, ada seorang pria bertato di lengan sebelah kanannya mencarimu. Dia berada di depan rumah." Jade memberitahu.

Chloe tahu siapa yang datang. Dia adalah El. Adik semata wayang Chloe yang memiliki impian menjadi seorang atlet Moto GP. El masih berusia dua puluh empat tahun saat dia kecelakaan di arena latihan balap yang mengakibatkan bahu dan matanya perlu dioperasi. Tidak berat tapi karena kecelakaan itu karirnya sebagai atlet Moto GP harus berakhir. Dan El yang masih junior dalam hal karir, terpaksa harus mencari pekerjaan. Salah satu pekerjaan favoritnya saat ini adalah menjadi seorang pengusaha. Dia memiliki minimarket dengan menggunakan namanya sendiri sebagai nama minimarketnya. Dan yang memberikan modal usahanya adalah Nick.

"Dia El, Nyonya?" Tanya Olivia.

Chloe mengangguk. "Aku tidak punya teman pria dan satu-satunya pria yang dekat denganku dari dulu sampai sekarang adalah El. Maksudku, meskipun hubungan kami tidak terlalu baik tapi ya, bagaimana pun dia adik semata wayangku." Kata Chloe yang lebih mirip seperti menggerutu.

"El..." Jade yang tidak tahu El mencoba mengingat wajah adik Chloe.

El sedang menggigit apel di ruang tamu saat Chloe muncul dan mendekatinya disusul Jade dan Olivia yang mengekor di belakang Chloe. Chloe menoleh ke belakang dan meminta agar Jade dan Olivia pergi dengan menggunakan wajahnya yang menunjuk ke arah belakang.

Olivia menarik Jade yang enggan pergi. "Aku tidak mau pergi." Kata Jade.

Olivia memelotot dan menarik tangan Jade dengan paksa.

"Hai, kakakku tersayang." El menyambut kakaknya dengan senyuman yang masih diingat Chloe saat El tahu kalau Nick akan melunasi hutang keluarganya atas perintah kakek Nick mengingat Chloe adalah cucu kesayangan almarhum teman kakek Nick.

"Lama tak berjumpa ya? Apa kamu tidak merindukan ayah dan aku?"

"Untuk apa aku merindukan orang yang menjualku secara halus?"

"Kakak, kamu masih marah? Kita tidak punya pilihan. Bisnis ayah bangkrut dan aset kita disita. Kita tak memiliki apa pun selain dirimu. Lagian, Nick baik. Kalau kakak iparku tidak baik dia tidak akan mau melunasi hutang ayah yang luar biasa banyaknya bukan."

"Nick mau melakukan itu karena perintah kakeknya. Dia mengincar harta kakeknya."

"Sungguh, aku merasa sedih karena tak bisa menyelamatkanmu dari pernikahan yang tidak kamu inginkan, kakakku."

"Tidak perlu berbasa-basi. Kamu mau apa?"

"Aku menjual apartemen pemberian kakak ipar. Dan ayah marah padaku. Jadi, aku ingin tinggal di sini untuk sementara. Boleh kan?" El merapatkan kedua tangannya di atas dada dengan wajah memohon.

"Ini rumah Nick bukan rumahku. Minta saja persetujuan darinya. Aku tahu kamu akan menjual apartemen itu." Chloe menggeleng miris.

"Aku mencoba mengembangkan bisnis pakaianku. Penjualannya hanya melalui online. Aku butuh modal dan aku tidak mau merepotkan siapa-siapa."

Chloe tidak peduli mengenai bisnis adiknya. Dia hanya merasa kalau El sebenarnya tidak memiliki bakat sebagai pengusaha. Adiknya itu hanya cocok sebagai atlet Moto GP. Sialnya, takdir berkata lain.

El mendekati Chloe. "Bantu adikmu ini agar kakak iparku setuju. Aku ingin tinggal di sini sampai bisnis pakaianku berkembang. Tidak lama, aku janji akan membeli kembali apartemen pemberian kakak iparku."

Chloe memejamkan mata tidak sepenuhnya yakin akan perkataan El.

"Ayolah, Kak. Bantu aku ya."

"Kamu selalu saja menjadi bebanku."

El tersenyum. Bibir tipisnya mengembang. Dia mengecup sebelah pipi kakaknya. Persis seperti yang dilakukannya saat mereka masih kanak-kanak. Hal ini mengingatkan Chloe pada masa kecilnya saat ibunya masih hidup dan membacakan cerita tentang hantu sebelum Chloe dan El tidur. El memeluk kakaknya saat ekspresi ibunya mulai menakutkan.

Setelah ibu keluar dari kamar mereka berdua, El berkata pada kakaknya. "Jangan tinggalin El, Kak. El takut hantu."

Chloe mengangguk. "Kamu kan adik kesayangan kakak satu-satunya, bagaimana kakak akan meninggalkan kamu. Hantu seperti apa pun akan takut dengan kakak yang galak."

El tertawa. Ketakutannya lenyap setelah mendengar perkataan Chloe kecil.

***

Ada yang minta double update? Kalo iya ntar aku update lagi jam 9 malem 😁

The Perfect CEO (21+)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang