The Perfect CEO - 18

1.6K 158 12
                                    

Nick pikir Chloe tidak akan tahu soal pertemuannya dengan Garnetta tapi Chloe tahu dan Nick mencurigai Olivia. Dia menenggak wine untuk kesekian kalinya. Menyesapi tiap wine yang membasahi lidahnya. Melihat Chloe seperti bukan Chloe rasanya aneh. Bukannya dia tidak menyukai jika Chloe mengenakan gaun seperti itu, tapi, Chloe yang dikenalnya tidak akan mengenakan gaun macam itu bahkan mungkin di depan Andrew sekalipun.

"Kenapa aku melarangnya mengenakan gaun tipis itu di rumah? Apa aku melarangnya karena benar-benar takut kalau Jade menikmati pemandangan tubuh Chloe? Sialan! Apa-apaan aku ini?!" Dia menyalakan rokok, menyesapnya perlahan dan dalam.

"Kamu di sini rupanya, Tuan Muda." Jade duduk di samping Nick.

Nick melirik enggan Jade.

"Untung Olivia membuka kunci kamarku, kalau tidak bisa-bisa aku menelepon polisi. Oh, tidak, bukan polisi yang aku telepon tapi Tuan Besar kesayangan kita." Jade nyengir.

"Uhuk..." Jade pura-pura terbatuk menanggapi Nick yang tidak meresponsnya. "Jadi, kamu tidur dengan Garnetta di sela-sela jam kantormu?" Berkat pertanyaan kurang ajar itu, Jade akhirnya mendapatkan perhatian Nick.

"Sialan! Berani-beraninya kamu bertanya padaku seperti itu." Mata Nick menatap tajam Jade.

"Aku bingung harus berpihak pada siapa. Kamu, Chloe atau Tuan Besar. Kalian semua memiliki keinginan yang berbeda satu sama lain. Aku benar-benar bingung." Jade memasang ekspresi seolah-olah dia beneran bingung.

"Kamu tidak akan mengatakan ini kepada kakekku?" Tanya Nick lemah.

"Aku ingin melihat bagaimana hubunganmu dengan Chloe terlebih dahulu. Apa ada kemajuan atau stuck seperti ini."

"Nyonya Emma mengizinkan Garnetta menjadi simpananmu ya? Tapi, kenapa Garnetta malah mau menikah dengan Andrew. Sudah begitu, kalian malah tidur bersama. Sialan bener! Chloe dan Andrew saja belum ada komunikasi sejak Chloe tinggal di rumah khusus dari Tuan Besar ini." Nada suara Jade seolah menyalahkan Nick dan Chloe adalah korban.

"Padahal Chloe sudah berusaha semaksimal mungkin agar kalian terlihat sebagaimana pasangan yang saling mencintai saat Tuan Besar, Tuan Peter dan Nyonya datang ke rumah ini."

Nick hanya terdiam. Dia agak heran dengan Jade yang serba tahu. Entah dapat dari mana semua informasi mengenai dirinya, Chloe dan keluarganya. Nick memilih menyesap lama rokoknya dalam-dalam.

"Yang mau dengan Chloe itu bukan hanya Andrew, Nick. Coba bayangkan kalau Chloe tetap mengenakan pakaian serba terbuka begitu, kamu pikir puluhan pria akan mengabaikannya begitu saja. Kalau aku bukan bawahanmu dan mata-mata kakekmu, aku pasti sudah mengejar-ngejar Chloe." Jade menatap Nick dan memperhatikan ekspresi Tuan Muda-nya itu.

"Apa kamu melihat cara kedua temanmu itu menatap Chloe? Mereka menatap Chloe dengan tatapan kagum, takjub dan bergairah."

Nick menoleh pada Jade sembari mengingat cara Noah dan Steven menatap Chloe.

"Aku harap pertemuanmu dan Garnetta di dalam kamar hotel adalah pertemuan terakhir kalian sebagai pasangan kekasih. Oh ya, aku sekarang berada di pihak Chloe untuk sementara."

"Chloe semakin menjadi-jadi. Dia mengaturku dan menyuruhku mengerjakan pekerjaan Olivia. Apa ini tidak sinting namanya? Aku... Nick Dean Willis, Jade." Siapa pun yang mendengar perkataan Nick pasti bisa merasakan emosi Nick yang kesal dengan sikap semena-mena Chloe. Tapi, dia lupa dengan sikap semena-menanya pada Chloe.

"Chloe istrimu, apa susahnya menuruti keinginan istri." Jade tertawa kecil. "Lagian, Chloe tidak akan bisa menyiksamu lebih dari mengerjakan pekerjaan Olivia kan. Kalau kamu ingin menang, lakukan saja perintah Chloe. Buat dia jatuh hati padamu bukan jatuh cinta. Kalau kamu saja sikapnya begini, bagaimana dia bisa menyukaimu apalagi jatuh cinta dan jatuh hati."

Jade pergi meninggalkan Nick yang termenung.

"Chloe... Chloe... kamu membuatku gila hanya dalam beberapa waktu hidup denganmu." Gumam Nick. Dia lupa tentang percintaannya dengan Garnetta siang tadi. Agaknya, Chloe menguasai pikirannya saat ini.

Chloe melewati Nick saat dia hendak mengambil segelas air putih. Dia agak terkejut melihat Nick duduk sendiri di meja makan ditemani wine dan rokok. Chloe sudah mengganti gaun tidur seksi itu dengan piama andalannya.

Mereka saling bertatapan beberapa saat. Tak ada sepatah kata pun yang keluar dari kedua daun bibir Chloe maupun Nick hingga Chloe kembali melewatinya dengan segelas air putih yang dibawanya.

"Kamu cemburu pada Garnetta, Chloe?"

Nick bertanya dengan lirikan yang mampu membuat wanita mana pun terkapar. Penuh pesona. Soal 'penuh pesona' Chloe memang tidak bisa mengelak. Tapi, dia bisa menutupi 'pesona' Nick sehingga yang terlihat seolah-olah Nick hanyalah pria biasa yang sama sekali tak istimewa.

"Iya. Tentu saja aku cemburu."

Kedua daun sudut bibir Nick tertarik ke atas membentuk sebuah senyuman bangga.

"Tapi, dalam mimpimu." Chloe tersenyum dingin.

Senyuman bangga Nick lenyap.

***

The Perfect CEO (21+)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang