Pelukan hangat Nick berlangsung cukup lama. Chloe mulai sadar dari kelumpuhan otaknya. Dia ingin melepaskan pelukan Nick tapi di sisi lain dia juga membutuhkan pelukan hangat itu. Pelukan yang mungkin membantunya bangkit dari kesedihan yang tak terlihat orang lain kecuali dirinya sendiri.
"Lepaskan aku." Pinta Chloe dengan nada suara rendah.
"Tidak untuk saat ini." Nick memejamkan mata. Kedua tangannya meraih punggung Chloe dan pelukan itu semakin erat. Entah sadar atau tidak tapi Nick sangat menikmati pelukannya. Dia merasa tenang saat memeluk Chloe. Apakah kebenciannya pada Chloe perlahan mulai memudar?
Ponsel Nick berdering, pelukan Nick merenggang dan Chloe mengambil kesempatan untuk lepas dari pelukan Nick. Mereka saling menatap beberapa saat dengan ditemani suara dering ponsel Nick.
Perlahan Chloe beringsut meninggalkan Nick.
"Apa yang baru saja dia lakukan? Kemarin dia mengecup bibirku dan sekarang dia memelukku." Chloe masuk ke dalam kamarnya. Dia mengunci pintu kamarnya.
***
Saat Nick bersiap untuk sarapan, dia hanya melihat Olivia dan Jade yang sibuk di dapur. "Di mana Chloe?" tanyanya.
Bukannya menjawab Olivia malah melirik Jade. "Tuan bertanya padamu, Olivia." Kata Jade.
"Emm, Nyonya pergi ke rumah orang tuanya. Katanya, dia akan pulang nanti siang."
"Dia tidak ijin padaku?" Nick berkata dengan ekspresi menegaskan kekuasaannya.
Olivia mengangkat bahu.
Nick menatap Jade. "Kenapa kamu tidak mengantarnya, Jade?"
"Aku saja tidak tahu."
Nick memikirkan pelukannya semalam. Setelah pelukan itu atmosfer di antara dia dan Chloe menjadi kaku. Tapi, kenapa Chloe harus menghindarinya? Kenapa tidak mencoba untuk melanjutkan kedekatan mereka saja?
Nick menyempatkan diri untuk menemui Chloe di rumah orang tuanya. Tapi, di sana tak ada Chloe. Orang tua Chloe tidak tahu di mana putrinya dan malah menyangka kalau Nick dan Chloe bertengkar.
Nick berkali-kali menelepon Chloe tapi nomor Chloe tidak aktif. Dia tampak frustrasi. Entah kenapa dia malah lebih mengkhawatirkan Chloe daripada mengkhawatirkan pernikahan Garnetta dan Andrew.
Nick tidak tahu apa pun soal Chloe. Dia tidak tahu siapa saja teman Chloe, tidak tahu tempat favorit Chloe, tidak tahu jenis musik favorit Chloe, tidak tahu film kesukaan Chloe, tidak tahu makanan favorit Chloe. Nick tidak tahu apa-apa soal istrinya itu. Dan dia menyesali ketidaktahuannya tentang Chloe.
"Di mana lagi aku harus mencarinya?" Gumam Nick pada dirinya sendiri. Dia menyenderkan kepalanya di jok mobil sembari membayangkan kejadian semalam. Kejadian yang seolah menyihirnya masuk ke dalam dimensi baru.
Nick memejamkan matanya berharap dengan ajaib Chloe muncul di depan mobilnya. Mungkin sihir Chloe mulai bereaksi atau ucapan Jade mengenai Chloe menancap ke dalam hati Nick hingga perlahan dia mulai peduli pada Chloe.
***
Chloe menyesap kopi yang masih hangat sembari membaca majalah ekonomi dan bisnis. Akhir-akhir ini dia tertarik mengenai ekonomi dan bisnis. Dahi Chloe mengernyit, dia membaca majalah yang digenggamnya itu, tapi pikirannya melayang pada kehangatan pelukan Nick. Chloe menggigit bibir bagian bawahnya. Dia menggeleng. Sama sekali tak bisa fokus membaca majalah yang baru saja dibelinya sebelum sampai di dalam kafe bernuansa klasik itu.
"Apa yang mau kamu lakukan?" Chloe menatap curiga kalau Nick akan menamparnya. Posisi tangan Nick berada di atas pipinya. Dan yang terlihat di mata Chloe adalah Nick seakan hendak menamparnya.
Nick menurunkan tangannya.
"Kamu mau menamparku, Nick?" Tanya Chloe salah paham.
"Tidak. Aku tidak pernah menampar wanita."
"Kamu jelas-jelas akan menamparku."
"Chloe, aku tidak berniat menamparmu!" Nick kesal hingga dia berkata dengan nada tinggi. "Aku ingin membelai rambutmu. Itu saja. Kamu tidak percaya padaku?"
"Aku tidak punya alasan untuk percaya padamu." Chloe yang marah berbalik badan dan hendak meninggalkan Nick. Namun, Nick mencegahnya. Dia menarik tangan Chloe hingga wanita itu berbalik badan dan jatuh dalam pelukannya.
Nick memeluk Chloe. Wajah Chloe tenggelam di dada bidang Nick yang dilapisi kaus putih itu. Nick tidak bisa menahan diri untuk tidak membelai kepala Chloe. Chloe mendadak menjadi kaku seperti manekin. Otaknya lumpuh seketika. Dia tidak bisa berpikir apa pun. Sentuhan tangan Nick di kepalanya begitu lembut. Kelembutan itu mengirimi rasa hangat yang menjalari tubuh Chloe.
"Chloe?" Suara seorang pria membuyarkan bayangan semalam.
Chloe menatap wajah pria yang tidak asing itu. Tapi, dia agak lupa nama pria bermata sipit yang duduk di hadapannya tanpa ijin darinya. Ras Asia dan Eropa menyatu dalam wajah si pria sehingga wajahnya memang agak sulit dilupakan.
"Kamu teman Nick?"
Steven mengangguk. "Wah, kebetulan sekali ya, kita bertemu di sini sepagi ini."
"Tadinya aku berniat membeli buah untuk Nick, tapi ternyata aku merasa lelah dan memilih menghabiskan waktu di kafe ini sebentar saja." Dusta Chloe. Dia hanya ingin menghindari Nick. Agak sulit baginya untuk berkomunikasi seperti biasa dengan Nick. Dia butuh waktu memulihkan hati dan pikirannya dari pelukan hangat Nick.
"Santai saja, Chloe. Ini kafe milikku kok. Buka dua puluh empat jam."
"Oh." Chloe ingin segera bergegas pergi dari kafe milik Steven.
"Kamu masih ingat namaku bukan?" Tanya Steven penasaran.
"Emmm... aku lupa. Kamu Noah atau Steven ya?"
"Hahaha." Steven terbahak. "Coba tebak saja. Kalau benar aku akan memberimu cokelat."
Chloe menatap Steven sembari menebak-nebak nama pria itu. "Steven?"
Steven tersenyum lebar. "Betul. Oke, aku akan mengambilkanmu cokelat." Beberapa saat kemudian Steven kembali muncul dan mengulurkan cokelat pada Chloe.
"Untukmu." Katanya.
"Wah, terima kasih." Chloe meraih cokelat pemberian Steven. "Aku harus segera pulang. Terima kasih untuk cokelatnya."
"Oh ya, Chloe, kamu bisa datang ke kafe ini kapan saja dan bilang saja ke pelayan di sini kalau kamu temanku."
"Ya, terima kasih."
"Titip salam untuk suamimu, Chloe."
"Ya." Chloe tersenyum kecil. Dia bergegas pergi meninggalkan kafe milik Steven. Dalam perjalanan dia menyalakan ponselnya. Matanya membulat saat Nick meneleponnya berkali-kali dan puluhan pesan dari Nick meramaikan notifikasi ponselnya.
Kamu ke mana, Chloe? Tolong, jangan buat aku khawatir dengan pergi tanpa memberitahuku.
***
Ada yang khawatir nih ^^
Chloe mau bales pesan dari Nick nggak nih?
KAMU SEDANG MEMBACA
The Perfect CEO (21+)
Romance*** Di saat semua wanita memuja Nicholas Dean Willis hanya Chloe yang berani menyebutnya 'sampah'dan itu membuat Nick tertantang untuk membuat Chloe bertekuk lutut padanya. mampukah Nick membuat Chloe bertekuk lutut ataukah yang terjadi malah sebal...